Share

Chapter 4

Ssssh ....

Suara air shower menyala.

Membasahi tubuh yang kini hanya diam mematung. Merasakan dinginnya air yang mengalir dari kepala sampai sela-sela jari kaki. Merilekskan pikiran yang sedari tadi bekerja. Mencoba untuk menenangkan hati yang sudah dicoba untuk ditenangkan.

Pikiran selalu mengatakan 'tidak apa-apa' tetapi hati tidak bisa menerima pendapat tersebut.

Hingga hanya menciptakan air mata yang terus keluar.

...

Jam 9 malam.

"Lama banget mandinya, Nak?" tanya seorang pria paruh baya pada wanita yang baru saja menyelesaikan mandinya.

"Tadi pulang kuliah panas banget Yah, jadi Yura mandinya lama. Hehe ...," jawab Yura sambil berjalan ke arah sofa, menghampiri ayahnya yang sedang menonton TV. "Ada berita apa Yah?"

"Biasa, politik bikin ruwet," jawab Ayah Yura sambil menyesap secangkir kopi hitam. "Kuliah gimana hari ini, Ra? Lancar?" Kini perhatian Ayah berpindah ke Yura.

"Iya lancar Yah, cuma tiap semester makin rumit aja gitu," jawab Yura dengan wajah malas.

"Kasihan ...." Ledek sang ayah.

Ledekan itu membuat Yura cemberut dan sang ayah hanya bisa tersenyum melihatnya. Ayah Yura kemudian berdiri, bergerak menuju dapur yang tidak jauh dari ruang nonton TV. "Kamu mau makan apa, Ra? Tadi kamu belum makan, 'kan?"

"Aku nggak laper Yah, tadi udah makan siomay Bang Jali sebelum pulang." Yura menjawab sambil menggosok-gosokan rambutnya yang basah dengan handuk.

"Yakin? Itu kan cuma cemilan, Ra," ujar sang ayah lagi. "Kamu kan makannya banyak. Hahaha ...."

Yura hanya bisa berdecih sambil menggerutu dan pergi menuju kamarnya.

"Bener nih? Ayah mau bikin mie pake telor nih ...." Ledeknya lagi. Mie adalah makanan yang paling susah ditolak oleh masyarakat pada umumnya. Dan hal itu berlaku juga pada Yura. Tapi saat ini Yura benar-benar tidak nafsu makan, maka dari itu dia tetap masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar berukuran 2x2 itu, Yura duduk di lantai sambil bersandar di samping tempat tidurnya. Masih diam melamun, memikirkan seseorang yang tadi sore membuat dia merasa sedih. Sedih akan penolakan cinta yang tidak biasa. Ada perasaan tidak rela jika seorang pria yang dia cinta itu berbeda dari pria lain yang pernah dia kenal.

Lamunan itu membuat yura kembali ke masa lalu. Masa di mana si pria tersebut selalu mencarinya hanya untuk memberikan sebuah minuman. Kemudian berakhir pada kedekatan seperti sepasang kekasih. Berangkat dan pulang kuliah bersama dan juga selalu makan siang bersama. Yura selalu membawakan bekal makanan untuk mereka makan berdua pada jam istirahat. Atau terkadang, mereka akan pergi ke cafe yang berada dekat dengan kampus, Deni Cafe.

Mencoba mengingat hal janggal yang dilakukan oleh pria yang dia cintai. Hal janggal yang mungkin Yura belum sadari bahwa 'Yuda tidak menyukai perempuan'. Semakin dia mencoba untuk mengingatnya, semakin terasa ini tidaklah benar.

"Tidak mungkin Yuda tidak menyukai perempuan. Mungkin dia hanya tidak menyukaiku dan takut menyakiti perasaanku. Tapi dengan dia mengatakan hal seperti itu, itu sangat menyakitiku."

Batin Yura terus berucap. Mencoba menyangkal segala hal yang Yuda katakan padanya. Hingga hanya air mata yang sesekali menetes membasahi pipi chubbynya.

"Memang menyakitkan jika menyukai tanpa balasan."

...

Di dalam sebuah kamar yang indah dengan luas 30 meter persegi ini dihiasi begitu banyak perabotan-perabotan mahal.

Kasur berukuran besar, TV LED 40 inci, AC, meja belajar, lemari dan perabotan kamar lainnya. Juga ada kamar mandi yang lengkap dengan bathub di dalamnya. Kamar ini hampir mirip seperti kamar untuk hotel bintang 4.

Tidak ketinggalan pula balkon yang dilengkapi dengan dua tempat duduk dan 1 meja kecil menambah kemewahan kamar itu. Kamar tersebut dimiliki oleh seorang anak laki-laki berusia 19 tahun, yang berkuliah di Universitas Harapan Bangsa Fakultas Teknik, yaitu Yuda Irawan.

Yuda lahir di keluarga yang berkecupan.

Tapi sedari kecil, orangtua Yuda tidak pernah lupa mengajarkan anaknya untuk selalu rendah hati. Ayahnya selalu mengajak Yuda ikut ke beberapa acara amal yang diselenggarakan oleh sang Ayah.

Ibu Yuda juga selalu berkata "Apa yang kita miliki bukanlah milik kita sepenuhnya, jadi kita harus membaginya pada orang lain."

Hal itu akhirnya membuat Yuda menjadi anak yang tidak sombong. Dia selalu berpenampilan sederhana dan tidak berlebihan. Sikap dia yang begitu ramah, membuat Yuda mudah mendapatkan banyak teman. Tapi sebagian dari mereka bukanlah teman sebenarnya, karena beberapa dari mereka hanya memanfaatkan Yuda yang notabene anak orang kaya.

Yuda memiliki 2 sahabat kecil bernama Rio Siswanto Adi dan Aulia Utami. Mereka sudah berteman sejak duduk di Sekolah Dasar. Kedua orangtua Rio dan Aulia berteman dekat dengan orang tua Yuda.

Kedua orang tua Rio adalah teman SMA Ibu Yuda. Setelah beberapa tahun menikah, mereka memutuskan untuk pindah rumah yang ternyata jaraknya dekat dengan rumah Ibu Yuda, hanya sekitar 700 meter.

Sedangkan Ayah Aulia adalah teman kerja Ayah Yuda, jauh sebelum sang Ayah sukses seperti sekarang. Dan kini mereka sedang menjalin kerjasama untuk perusahaan yang mereka bangun bersama.

Karena hal-hal tersebutlah yang akhirnya membuat ketiga anak mereka bersahabat. Tapi setelah lulus SMA, ketiga sahabat itu berpisah. Rio melanjutkan kuliahnya di luar negeri, sedangkan Aulia berkuliah di luar kota tepatnya di Universitas Negeri Surabaya.

Mereka memiliki kesibukan masing-masing yang membuat mereka jarang untuk saling mengobrol, atau bahkan sudah tidak pernah lagi. Tapi beruntungnya, Yuda bertemu dengan seorang teman yang baik di kampusnya. Dia bernama Ari Wahyudi. Ari selalu membantu Yuda tanpa meminta balasan. Itulah yang membuat Yuda senang berteman dengan Ari.

Ayah Ari adalah seorang manajer di salah satu perusahaan perbankan, dan Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Ani Wahyuni yang bekerja sebagai sekretaris direktur perusahaan jasa periklanan.

Ari juga sudah memiliki seorang kekasih bernama Lia Kartikawati. Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun. Lia juga berkuliah di universitas yang sama dengan Ari, hanya saja Lia berada di Fakultas Ekonomi jurusan akutansi.

Benih-benih cinta timbul saat masa orientasi. Setelah Ari tahu Lia berkuliah di Fakultas Ekonomi, Ari kemudian mengajak Yuda untuk menemaninya ke Fakultas Ekonomi. Dan hal itulah yang membuat mereka dihukum oleh para senior.

Ospek untuk Fakultas Teknik memang terkenal sangat keras. Jadi jika sampai ada yang melanggar, akan mendapat hukuman yang cukup berat juga.

Saat itu Yuda dan Ari mendapatkan hukuman lari mengelilingi lapangan yang luasnya hampir sebesar lapangan sepakbola sebanyak 3 kali. Hukuman itu terjadi karena mereka datang terlambat untuk berkumpul di lapangan.

Keterlambatan itu dikarenakan Ari yang mencoba mencari di mana ruang kelas Lia. Karena dia ingin memberikan coklat berisi tulisan tangan Ari dan meletakkannya di tas Lia. Dan juga mereka harus menunggu ruang kelas yang Lia tempati kosong.

"Ayo Ri, kita udah telat nih ...," keluh Yuda kesal.

"Iya, tunggu satu orang lagi keluar Yud," jawab Ari sambil melihat ke arah ruang kelas Lia.

Setelah ruangan itu kosong, barulah Ari melakukan rencananya. Setelah itu mereka pergi menuju lapangan dan mereka dihukum. Baru 2 kali putaran, Ari sudah tidak sanggup berlari. Akhirnya mereka berhenti, sambil melihat apa ada senior fakultas teknik di dekat mereka.

Untuk sejenak mereka duduk sambil mengatur napas, Yuda melihat sekeliling tempat mereka berada dan melihat ada seorang wanita berjalan ke arah tempat minuman. Yuda melihat si wanita memakai baju jingga sama seperti yang dipakai Lia, Yuda meyakini bahwa wanita itu satu fakultas dengan Lia.

Yuda melihat Ari yang masih kelelahan dan akhirnya Yuda memiliki ide untuk meminta minuman pada si wanita yang dia lihat tadi. "Ri, tunggu di sini ya sebentar, aku mau kesitu." Tunjuk Yuda ke arah seorang wanita yang sedang berdiri di dekat cooler box.

"Hah? Mau ngapain?" tanya Ari dengan nafas tersengal-sengal. Tapi Yuda tidak menjawab dan langsung pergi meninggalkan Ari.

Lapangan yang luas itu sangatlah penuh, karena semua fakultas sedang mengadakan ospek, sehingga hal itu membuat para senior tidak bisa memperhatikan mereka dengan baik.

Dan disinilah saat pertama kali mereka bertemu. Yuda melihat Yura yang sedikit terkejut karena kehadirannya. Seorang wanita berambut hitam panjang yang dia kuncir dan juga tatapan mata besar yang indah. Tatapan itu seketika membuat Yuda terdiam sejenak dan kemudian Yura mulai bersuara.

"Ehm ... ada apa ya?" tanya Yura halus. Pertanyaan itu membuat Yuda kembali tersadar dan memberikan senyum terbaiknya.

...

Pertemuan itu membuat Yuda terus memikirkan Yura, ditambah Ari selalu mengajak Yuda untuk minta ditemani ke Fakultas Ekonomi. Hal itu membuat Yuda sesekali bertemu dengan Yura. Yuda mengetahui bahwa si wanita tersebut adalah Yura dari salah satu teman di kelasnya Yura.

Hingga pada suatu hari, Yuda pergi ke supermarket dekat rumahnya dan melihat botol minuman yang Yura berikan waktu itu. Yuda mengambil minuman tersebut kemudian tersenyum manis sampai terlihat jelas lesung pipitnya yang indah.

Sejak saat itu Yuda mulai mendekati Yura. Dan akhirnya mereka bisa saling mengenal. Yuda sangat bahagia akan hal itu. Yuda sangat nyaman berteman dekat dengan Yura, sampai dia tidak menyadari bahwa hal itu membuat Yura merasakan hal lain selain berteman.

Kebodohan yang Yuda kini rasakan membuat dia hanya bisa termenung di kamarnya. Dia berbaring di tempat tidur besarnya sambil menutup mata dengan tangan kanan berada di atas dahinya.

"Aku mencintainya," gumam Yuda sambil terus menutup mata.

Kenangan masa lalu sesekali datang kembali. Membuat perasaan Yuda semakin bimbang.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status