Happy reading
========"Apa? undangan makan malam!" ucap Nara spontan kaget."Ya, orang tuaku ingin bertemu denganmu. terutama ibuku, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu calon menantunya ini." Arfaan meneliti tubuh Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas."Kenapa kau tak bilang jujur saja, kalau kita ini cuma berpura-pura Arfaan.""Kau bego ya? aku mengajak mu menjadi kekasih pura-pura ku agar orang tuaku berhenti menjodohkan ku dengan berbagai jenis macam wanita-wanita aneh." ucap Arfaan kesal."Aku rasa bukan wanita-wanita itu yang aneh, tapi kau manusia langkah yang sangat aneh.""Wow! aku langka? hmm, itu artinya pria tampan di dunia ini cuma aku dong. ckck, betapa senang dan bangganya aku di lahirkan." Nara melirik kesal pada Arfaan yang semakin stress."Aku tidak mau datang, menurutku ini tidak di perlukan dalam kerjasama kita." protes Nara."Eeh, siapa bilang?""Aku lah, coba kau pikir saja sendiri!""Tidak! aku capek berpikir.""Hhhh, aku lupa, kau kan memang tidak punya pikiran." ledek Nara.Sebisa mungkin Arfaan mencoba sabar, ia tak menyangka ternyata mulut wanita yang menjadi kekasih pura-puranya ini pedas juga."Jadi?" tanya Arfaan lagi memastikan."Tidak ada acara pertemuan, menurutku ini tidak penting. toh suatu saat kita akan berhenti bersandiwara, dan kembali seperti saling tidak mengenal."Arfaan terdiam mendengar ucapan Nara, hampir saja dia melupakan fakta itu. tak selamanya mereka akan bersandiwara bukan?"Ya, kau benar! berarti ibuku harus kecewa dong, karena keinginannya untuk bertemu dengan kekasih pura-pura batal." sindir Arfaan agar Nara berubah pikiran.Mendengar kata ibu membuat pendirian Nara goyah, pastilah ibu Arfaan sedih."Baiklah.""Kau mau?" tanya Arfaan memastikan."Iya, aku mau." ucap Nara akhirnya.Arfaan tersenyum senang, karena akhirnya rencana untuk mempertemukan Nara pada orang tuanya berhasil."Tinggal menunggu waktunya penolakan mama dan papa." ucap Arfaan dalam hati dan tersenyum licik."Kau kenapa?" tanya Nara heran melihat senyum Arfaan yang aneh."Tidak ada, kalau begitu aku pamit. aku akan menjemputmu nanti malam, berdandan lah yang cantik. ok!"Nara mengangguki titah dari Arfaan, wanita itu menatap punggung kekasihnya yang semakin menjauh. ingat Nara! hanya kekasih pura-pura.Arfaan cukup terpesona dengan tampilan Nara malam ini, bahkan mulut pria itu menganga tanpa ia sadar. Nara jadi salah tingkah dengan tatapan memuja Arfaan padanya.
"Seberapa tebal kau memakai bedak?" tanya Arfaan.Arfaan merutuki mulutnya sendiri yang dengan lancang mengeluarkan kata-kata itu. sungguh, tadinya Arfaan ingin mengatakan. 'Nara, kau terlihat sangat cantik sekali malam ini.'"Aku pakai dempul mobil." dengus Nara kesal, ia kecewa. Nara pikir Arfaan suka dengan penampilannya malam ini."Sudahlah, ayo naik! mau dandan seperti apapun kau ya tetap seperti ini saja. tidak berubah sama sekali."Tanpa perlu Arfaan menyuruh dua kali, Nara masuk ke dalam mobil. ia sama sekali tak mau menatap ke arah Arfaan, sehingga sepanjang perjalanan Nara hanya menatap ke arah luar jendela."Apakah pemandangan di luar sana lebih tampan dari pria di samping mu ini." dengus Arfaan sebal karena Nara cuek padanya."Setidaknya pemandangan di luar sana tak pernah menghina ku."Arfaan menghentikan mobilnya mendadak, spontan Nara menolehkan kepala ke arahnya."Kenapa berhenti?" tanya Nara memprotes."Apakah kau tersinggung dengan ucapan ku tadi?""Ucapan yang mana?" tanya balik Nara."Dengar! kau sangat cantik malam ini, kau terlihat beda sekali malam ini. ok!" akhirnya Arfaan mengutarakan apa yang sebenarnya ingin dia katakan pada Nara."Kau ini sedang memberikan pujian agar aku sedikit percaya diri, kan?" Arfaan menggeleng."Sama sekali tidak, jujur itu isi hatiku yang ingin ku katakan padamu. bahwa kau sangat cantik malam ini Nara."Nara menggigit bibirnya, ia gugup mendengar ucapan Arfaan. apakah pria ini sungguh-sungguh dalam ucapannya?Arfaan membuang pandangannya dari Nara yang tengah menggigit bibirnya, tanpa Nara sadari apa yang dia lakukan mampu membangkitkan insting liar di dalam tubuh Arfaan.Arfaan menjalankan mobilnya kembali dan fokus menyetir, sesekali Nara melirik Arfaan."Terima kasih.""Untuk?" tanya Arfaan bingung."Terima kasih atas pujian mu.""Ya, sama-sama."Tbc...
Sengaja singkat Voted dan komennya Follow akun WP saya terlebih dahulu, ok Terima kasih.See you next partEnjoy reading! ❤️❤️❤️❤️❤️Nara tampak gugup di hadapan kedua orang tuanya Arfaan, tampak sekali jika wanita itu gelisah duduk berhadapan dengan Santi dan Bimo. sedangkan Arfaan yang duduk di sampingnya malah cengenges-cengengesan."Pertunjukan di mulai, let's play!" ucap batin Arfaan senang dan tak sabar menunggu reaksi orang tuanya."Siapa nama kamu sayang?" tanya Santi lembut."Na--Nara tante." jawab Nara terbata-bata."Nama yang sangat cantik." puji Santi. "benarkan pa?" lanjut Santi bertanya pada suaminya."Iya ma, Nara umur berapa?" gantian Bimo yang bertanya."25 tahun om." "Wahh, umur yang sudah pas untuk menikah. bukankah begitu Arfaan?" ucap Bimo pada putranya."Eeh, gimana pa?" kaget Arfaan."Dih, anak kita ma, papa ngasih kode dia gak ngerti." kekeh Bimo.Sumpah! Arfaan merasa jengah dengan situasi ini."Nara pekerjaannya apa sayang?" tanya Santi lagi."Kerja di toko bunga milik bunda
Selamat membaca Arfaan menyudahi ciumannya saat melihat Nara kehabisan nafas, di lihatnya wajah Nara yang memerah dengan nafas tersengal-sengal sama sepertinya.Belum lagi bibir Nara yang terbuka, membuat Arfaan tergoda ingin memakannya habis di dalam mulutnya."Aku tidak suka kau bercanda seperti itu Nara, menakutkan sekali." ucap Arfaan setelah melepaskan ciuman keduanya."Jika kau mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan mengampuninya. kau mengerti!" ancam Arfaan.Nara yang masih mengatur nafasnya pun menganggukkan kepalanya, wanita itu masih belum berpikir dengan jernih."Kita pulang, atau melanjutkan di mobil?" bisik Arfaan membuat Nara tersadar kemudian memukul lengannya kuat."Mesum!""Tapi kau menikmatinya sayang," goda Arfaan.Nara tak menjawabnya karena rasa malu yang menjalarinya. ia memalingkan wajahnya yang memerah karena ucapan Arfaan.Arfaan berhenti menggoda Nara, ia menghidupkan mes
Nara tak berkutik sama sekali saat Santi membawa dirinya ke salon langganan keluarganya, tadinya ia sudah berusaha berulang kali menolak ajakannya. tapi Santi yang mempunyai jurus rayuan mematikan, membuat Nara akhirnya tak tega menolak.Dan di sinilah ia sekarang, membiarkan para mbak-mbak pekerja salon mempermak dirinya. di mulai dari perawatan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu perawatan wajah.Mereka juga memilihkan pakaian yang pas untuk Nara pakai malam ini, pilihannya jatuh pada sebuah gaun cantik dan elegan pilihan Santi. Nara menurut saja saat Santi menyuruhnya memakai gaun berwarna hitam itu, lalu mereka memilihkan heels yang cocok dengan warna gaun yang di pakai Nara. terakhir mereka memberikan polesan make up ke wajah Nara, hanya sapuan riasan yang tipis mampu membuat wajah Nara terlihat sangat cantik."Sudah selesai mbak." ujar salah satu mbak pekerja salonnya.Nara yang sedari awal di make up menutup mata
Arfaan mengernyit heran melihat cara makan Nara yang terkesan mengerikan, bagaimana tidak! wanita itu mencabik-cabik daging steak di piringnya sendiri.Setelah mencabik-cabik, Nara langsung memakannya dalam waktu cepat. seperti tak ingin membuang waktu kebersamaanya dengan Arfaan."Pelan-pelan saja makannya sayang." titah Arfaan mengingatkan agar Nara tidak tersedak.Nara mencibik kesal mendengarnya. sayang-sayang, palamu peyang! itu suara hati Nara yang berseru, jika Arfaan mendengarnya, sudah di pastikan pria itu mencak-mencak di tempatnya.Tiba-tiba saja Nara tertawa sendiri membayangkan Arfaan yang mencak-mencak, makanan yang ada di mulut Nara bahkan sampai muncrat akibat tawanya. "Ada apa? apa yang lucu?" tanya Arfaan curiga."Tidak ada." Nara menjawab santai di sela-sela tawanya."Tidak ada yang lucu, lalu kenapa kau tertawa." Fix, Arfaan mulai sebal jadinya. ia begitu kepo sekarang, Nara sukses membuatnya penasaran.
Nara menggeram kesal pada seseorang yang saat ini dengan penuh niat mengetuk pintunya sangat kencang. entah siapa orang usil itu yang menganggu tidur nyenyak Nara sepagi ini."Aissshh, siapa sih yang datang bertamu sepagi ini!" gerutu Nara kesal seraya turun dari ranjang.Nara bahkan tak sempat memperhatikan penampilannya pagi ini yang terlihat cukup acak-acakkan. Nara langsung berjalan menuju pintu utama rumahnya, takut jika kelamaan sedetik saja maka rumahnya bisa roboh saat itu juga.Cklek..."Hai...." sapaan ceria pada sih penggendor pintu.Orang tersebut melihat penampilan Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.Senyum manis tersungging di bibirnya, namun bukannya membuat Nara meleleh, malah semakin bertambah kesalnya."Ada apa kau ke rumahku sepagi ini?!" tanya Nara galak tanpa basa-basi."Uhm, kangen beb." ucap Arfaan manja.Nara mendelik mendengarnya, beb dan kangen? dih, apa-apaan pria ini."Kau mabok ya?" "Tidak!
Happy reading! ♡♡♡♡♡"Sudah selesai." ucap Nara ceria begitu nyaringnya.Nara mematikan kompor, lalu ia taruh nasi goreng yang telah matang ke piring bersih, ia tata cantik, lalu Nara bawa dan ia hidangkan di atas meja.Wangi harum nasi goreng menggugah indera penciuman Arfaan, tampak mata pria itu berbinar bahagia melihat masakan Nara."Yeeaayy! makan!" serunya berteriak senang.Tak di pungkiri hal itu membuat Nara terseyum senang."Tolong ambilkan." pinta Arfaan manja menyodorkan piring kosong agar Nara mengambilkan nasi goreng untuknya.Dengan senang hati Nara mengambil piring itu, lalu mulai meyendokkan nasi goreng ke dalam piring Arfaan."Ini," Nara kembali menyodorkan piring yang sudah berisi kepada Arfaan."Terima kasih." ucap Arfaan tersnyum manis.Begitu semangatnya Arfaan ingin memakan masakan kekasihnya, Arfaan mulai menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. dan..."Bagaimana?" tanya Nara harap-har
Merindukan mu huhu Wkwkwkw ☆☆☆☆☆☆Sudah seminggu ini kepergian Arfaan ke Bali, dan seminggu ini pula Nara merasakan yang namanya kesepian.Jika biasanya mereka akan selalu ribut dan mendebatkan sesuatu hal, maka kini mereka terpisah oleh jarak dan waktu untuk beberapa saat."Menyebalkan!" gumamnya kesal.Nara kesal sekali pada Arfaan yang tak menghubunginya selama di Bali, pria itu hanya sekali menghubunginya dan itu pun cuma memberitahukan pada Nara jika ia telah sampai di Bali dengan selamat.Hal ini pun menjadi tanya besar bagi Nara, apakah Arfaan terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak sempat memberikan kabar. atau, pria itu tengah menikmati hari-harinya di Bali dengan wanita lain.Cepat-cepat Nara menggelengkan kepalanya saat pikiran tentang Arfaan selingkuh dengan wanita lain. "Apa yang aku pikirkan?" gumamnya merasa geli. "memang kenapa jika Arfaan selingkuh dengan wanita lain? hubungan kami juga han
"Aku merindukanmu." dua kata pengakuan yang meluncur mulus dari mulut Natasha.Arfaan tak bereaksi sedikit pun, tubuhnya terlalu kaku yang saat ini bertemu dengan Natasha."Apa yang sedang kau lakukan disini Arfaan?" Natasha pun tak berhenti bertanya demi agar Arfaan mau bicara."Perjalanan bisnis." jawab Arfaan singkat."Kesini sendiri?" Arfaan mengangguk.Natasha terdiam, sikap Arfaan yang terkesan kaku dan dingin. membuat ia sedikit tak enak, mungkinkah pria masa lalunya ini masih marah padanya."Kau sendiri, dalam rangka apa ke Bali? bukankah selama ini kau menetap di luar negeri?" tanya Arfaan balik."Ah iya, kebetulan aku sedang pemotretan disini. rencananya aku akan menetap di Indonesia untuk sementara waktu."Arfaan mengangguk, dan keadaan kembali canggung."Baiklah, nikmati harimu. aku masih ada urusan lain." pamit Arfaan s