Share

Part 7

Happy reading

========

"Apa? undangan makan malam!" ucap Nara spontan kaget.

"Ya, orang tuaku ingin bertemu denganmu. terutama ibuku, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu calon menantunya ini." Arfaan meneliti tubuh Nara dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.

"Kenapa kau tak bilang jujur saja, kalau kita ini cuma berpura-pura Arfaan."

"Kau bego ya? aku mengajak mu menjadi kekasih pura-pura ku agar orang tuaku berhenti menjodohkan ku dengan berbagai jenis macam wanita-wanita aneh." ucap Arfaan kesal.

"Aku rasa bukan wanita-wanita itu yang aneh, tapi kau manusia langkah yang sangat aneh."

"Wow! aku langka? hmm, itu artinya pria tampan di dunia ini cuma aku dong. ckck, betapa senang dan bangganya aku di lahirkan." Nara melirik kesal pada Arfaan yang semakin stress.

"Aku tidak mau datang, menurutku ini tidak di perlukan dalam kerjasama kita." protes Nara.

"Eeh, siapa bilang?"

"Aku lah, coba kau pikir saja sendiri!"

"Tidak! aku capek berpikir."

"Hhhh, aku lupa, kau kan memang tidak punya pikiran." ledek Nara.

Sebisa mungkin Arfaan mencoba sabar, ia tak menyangka ternyata mulut wanita yang menjadi kekasih pura-puranya ini pedas juga.

"Jadi?" tanya Arfaan lagi memastikan.

"Tidak ada acara pertemuan, menurutku ini tidak penting. toh suatu saat kita akan berhenti bersandiwara, dan kembali seperti saling tidak mengenal."

Arfaan terdiam mendengar ucapan Nara, hampir saja dia melupakan fakta itu. tak selamanya mereka akan bersandiwara bukan?

"Ya, kau benar! berarti ibuku harus kecewa dong, karena keinginannya untuk bertemu dengan kekasih pura-pura batal." sindir Arfaan agar Nara berubah pikiran.

Mendengar kata ibu membuat pendirian Nara goyah, pastilah ibu Arfaan sedih.

"Baiklah."

"Kau mau?" tanya Arfaan memastikan.

"Iya, aku mau." ucap Nara akhirnya.

Arfaan tersenyum senang, karena akhirnya rencana untuk mempertemukan Nara pada orang tuanya berhasil.

"Tinggal menunggu waktunya penolakan mama dan papa." ucap Arfaan dalam hati dan tersenyum licik.

"Kau kenapa?" tanya Nara heran melihat senyum Arfaan yang aneh.

"Tidak ada, kalau begitu aku pamit. aku akan menjemputmu nanti malam, berdandan lah yang cantik. ok!"

Nara mengangguki titah dari Arfaan, wanita itu menatap punggung kekasihnya yang semakin menjauh. ingat Nara! hanya kekasih pura-pura.

Arfaan cukup terpesona dengan tampilan Nara malam ini, bahkan mulut pria itu menganga tanpa ia sadar. Nara jadi salah tingkah dengan tatapan memuja Arfaan padanya.

"Seberapa tebal kau memakai bedak?" tanya Arfaan.

Arfaan merutuki mulutnya sendiri yang dengan lancang mengeluarkan kata-kata itu. sungguh, tadinya Arfaan ingin mengatakan. 'Nara, kau terlihat sangat cantik sekali malam ini.'

"Aku pakai dempul mobil." dengus Nara kesal, ia kecewa. Nara pikir Arfaan suka dengan penampilannya malam ini.

"Sudahlah, ayo naik! mau dandan seperti apapun kau ya tetap seperti ini saja. tidak berubah sama sekali."

Tanpa perlu Arfaan menyuruh dua kali, Nara masuk ke dalam mobil. ia sama sekali tak mau menatap ke arah Arfaan, sehingga sepanjang perjalanan Nara hanya menatap ke arah luar jendela.

"Apakah pemandangan di luar sana lebih tampan dari pria di samping mu ini." dengus Arfaan sebal karena Nara cuek padanya.

"Setidaknya pemandangan di luar sana tak pernah menghina ku."

Arfaan menghentikan mobilnya mendadak, spontan Nara menolehkan kepala ke arahnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Nara memprotes.

"Apakah kau tersinggung dengan ucapan ku tadi?"

"Ucapan yang mana?" tanya balik Nara.

"Dengar! kau sangat cantik malam ini, kau terlihat beda sekali malam ini. ok!" akhirnya Arfaan mengutarakan apa yang sebenarnya ingin dia katakan pada Nara.

"Kau ini sedang memberikan pujian agar aku sedikit percaya diri, kan?" Arfaan menggeleng.

"Sama sekali tidak, jujur itu isi hatiku yang ingin ku katakan padamu. bahwa kau sangat cantik malam ini Nara."

Nara menggigit bibirnya, ia gugup mendengar ucapan Arfaan. apakah pria ini sungguh-sungguh dalam ucapannya?

Arfaan membuang pandangannya dari Nara yang tengah menggigit bibirnya, tanpa Nara sadari apa yang dia lakukan mampu membangkitkan insting liar di dalam tubuh Arfaan.

Arfaan menjalankan mobilnya kembali dan fokus menyetir, sesekali Nara melirik Arfaan.

"Terima kasih."

"Untuk?" tanya Arfaan bingung.

"Terima kasih atas pujian mu."

"Ya, sama-sama."

Tbc...

Sengaja singkat

Voted dan komennya

Follow akun WP saya terlebih dahulu, ok

Terima kasih.

See you next part 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status