Share

Unconditional Love
Unconditional Love
Penulis: DCasya

Kepergian Amanda

“Kenapa kaki ku tidak bisa digerakkan?” gerutu Nico. Pria tampan berusia 29 tahun itu tampak kebinggungan saat ia tidak dapat merasakan kedua kakinya.

“Suster…suster!” teriaknya memanggil perawat sambil menekan tombol yang berada disamping ranjangnya.  

Almira yang saat itu akan kembali ke ruang perawat segera berlari begitu mengetahui ruang VVIP menyalakan tombol. “Pak Nico, Anda tidak apa-apa?” tanya Almira yang melihat pasiennya sedang kebinggungan.

“Suster, apa yang terjadi pada kaki saya? Kenapa saya tidak bisa merasakan apa-apa?”

“Pak Nico, tenang dulu. Akan saya panggilkan Dokter Yacob segera.”

Almira segera menghubungi Dokter Yacob yang saat itu sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Tidak lama berselang, Dokter Yacob dan seorang wanita paruh baya datang dan langsung menghampiri ruang VVIP.

Wanita paruh baya itu terkejut melihat kondisi putranya yang kebinggungan sambil berusaha mengerak-gerakkan kakinya. “Sayang, kamu kenapa?” tanya Ratna.

“Dokter, putra saya kenapa?”

“Sepertinya terjadi sesuatu dengan kondisi kaki putra Anda, untuk mengetahui hal itu saya akan segera melakukan pemeriksaan segera.” Ujar dokter Yacob, dan memerintahkan Almira untuk segera melakukan rontgen pada Nico.

***

“Suster Almira, tolong ambilkan hasil pemeriksaan dan laporan medisnya.”

Almira memberikan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter Yacob. “Ini, dok. Hasil pemeriksaan dan laporannya, Pak Nico.”

“Berdasarkan dari hasil pemeriksaan, kaki anda mengalami...kelumpuhan.”

Nico begitu frustasi mendengar kabar yang diberikan oleh dokter Yacob tentang kondisinya. Ia seperti merasa terperosok di dalam sebuah jurang yang dalam. Kini ia hanya bisa berharap calon istrinya tidak meninggalkannya.

Almira memberikan obat penenang pada pasien atas saran dokter Yacob agar pasien bisa sedikit lebih tenang dan bisa beristirahat.

Dari balik pintu seorang wanita muda yang menggunakan kursi roda itu tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka ketika akan masuk keruangan tersebut. Ia mendengarkan penjelasan dokter tentang kondisi pasien yang berada didalam.

“Apa! Nico lumpuh. Dia tidak akan bisa berjalan lagi.” Gerutunya dari luar balik pintu.

Saat wanita yang berada dibalik pintu kamar perawatan, sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba pintu kamar pasien terbuka, menampakkan dokter Yacob dan ibu Nico.

“Amanda!” seru Ratna. “Sedang apa kamu didepan pintu kamar Nico? Kenapa kamu tidak langsung masuk menemui Nico? Saat ini dia sedang sangat membutuhkanmu, nak. Masuklah.”

“Eee…anu…itu, tante, maaf tadinya saya ingin masuk tapi mendadak kepala saya sakit, mungkin efek benturan dikepala saya masih terasa!” ucapnya beralasan dengan memandang dokter Yacob.

“Lebih baik kamu kembali ke kamar dan beristirahat, aku akan memeriksa keadaan mu.” Ucap Dokter Yacob yang mengerti dengan pandangan Amanda.

“Baiklah, beristirahatlah. Tante harap jika kamu sudah tidak apa-apa kamu bisa menemui Nico, karena dia benar-benar membutuhkan dukunganmu saat ini.”

***

“Pa, apa benar yang aku dengar barusan, kalau Nico lumpuh?” ucap Amanda setelah berada dikamar perawatannya.

Dokter Yacob hanya menjawab dengan anggukan. “Yang kamu dengar memang benar.”

‘Ini tidak boleh terjadi, aku tidak mau menikah dengan orang lumpuh.’ seru batinnya

“Apa yang sedang kamu pikirkan, Amanda? Kenapa wajahmu seperti itu.”

“Tidak ada, pa.” jawab Amanda cepat

“Pa, apa aku sudah boleh pulang? Aku sudah baik-baik saja sekarang.”

“Tadi kamu bilang masih merasakan sakit dikepala mu, kenapa sekarang tiba-tiba kamu sudah merasa sehat?” dokter Yacob memicingkan matanya menatap Amanda.

“Baiklah, aku hanya memberikan alasan pada Tante Ratna tadi, karena aku butuh waktu untuk berfikir jadi aku beralasan kepalaku masih sakit!”

“Jangan coba-coba berfikir untuk meninggalkan Nico, Amanda!” ucapnya dengan tegas. “Pernikahan kalian hanya tinggal dua minggu lagi.”

“Tidak, pa. Tapi ijinkan aku pulang hari ini, ya. Ku mohon….” pinta Amanda yang merengek pada dokter Yacob.

“Baiklah, papa mengijinkan mu pulang hari ini, tapi kamu harus menemui Nico dulu sebelum pulang.” Perintahnya

“Terima kasih, pa.”

“Almira akan membantumu membereskan barang-barangmu dan mengurus semuanya.” Ucap dokter Yacob dengan dijawab anggukan dan senyuman dari Amanda.

***

Almira membantu mengurus segala administrasi yang diminta oleh Dokter Yacob untuk kepulangan Amanda saat ini. Ia menghampiri kamar Amanda, “Aman..da..?” panggil Almira saat membuka pintu kamar Amanda, dilihatnya kamar tersebut sudah tidak berpenghuni.

Almira mencoba menghubungi Amanda namun tak kunjung ada jawaban, lalu ia mencoba menghubungi Dokter Yacob melalui pesan singkat yang berisi jika Amanda sudah meninggalkan rumah sakit tanpa memberitahunya.

Dokter Yacob meminta Almira untuk segera menyusul Amanda ke rumahnya untuk menghentikan kepergian Amanda. Namun saat Almira sampai di rumah, ia melihat ada sebuah mobil Pajero sport telah terparkir dihalaman rumah Dokter Yacob.

Almira bergegas masuk kerumah dan ia melihat Amanda sudah mengemasi barang-barangnya. “Amanda, apa yang kamu lakukan? Kamu mau kemana, membawa semua koper-kopermu?”

“Itu bukan urusanmu, Al!”

“Tapi, Amanda….”

“Tutup mulutmu dan urus urusanmu sendiri!” ucapnya sarkas. “Dan satu lagi, jangan katakan apapun pada papa jika aku pergi bersama Kevin, mengerti.”

“Ayo, Kev. Kita pergi sebelum dia mengatakan lebih banyak lagi.” Ucap Amanda pergi meninggalkan Almira, namun sebelum Amanda keluar dari pintu Almira memanggilnya.

“Tunggu, Amanda.” Ucapnya dengan berlari mengejar Amanda yang sudah berada di depan pintu. “Kamu tidak bisa pergi seperti ini, apa kamu lupa jika sebentar lagi kamu akan menikah.”

“Lalu…,”

“Kalau kamu pergi, bagaimana dengan pernikahan mu?”

“Ya ampun, Almira! Bisakah kau diam dan membiarkan aku pergi. Lagipula itu bukan urusanmu!” seru Amanda kesal.

Almira menatap Amanda dengan mengerutkan dahi, ingin rasanya Almira membenturkan kepala Amanda karena mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya, entah mengapa setiap kali berurusan dengan Amanda ia selalu saja merasa akan terjadi sesuatu dalam hidupnya. Almira dan Amanda memang bersaudara namun berbeda ayah, itulah sebabnya mereka mempunyai kepribadian sangat berbeda, tiap kali Amanda melakukan sesuatu selalu Almira yang akan merasakan akibat perbuatan Amanda.

Tidak ada yang tahu jika Almira adalah anak tiri dari Dokter Yacob Lucero, directur rumah sakit Karya Bakti tempatnya bekerja. Karena memang Dokter Yacob tidak pernah suka dan menganggap Almira sebagai anaknya sendiri, berbeda dengan Amanda yang memang darah dagingnya.

Setelah kematian ibunya, Almira memutuskan pindah dan tinggal bersama neneknya di Surabaya. Namun, karena sesuatu hal akhirnya Almira harus kembali ke Jakarta. Dan, disinilah ia saat ini dihadapkan dengan Amanda yang selalu membuat masalah.

“Sudahlah, aku harus pergi, jadi jangan cemaskan yang bukan urusanmu, adik tiriku yang cantik!” kata Amanda dengan sedikit penekanan, lalu pergi meninggalkannya dan bergegas naik ke dalam mobil. Almira yang melihat kelakuan Amanda hanya bisa menggelengkan kepala. ‘Semoga saja, apa yang kamu lakukan saat ini tidak memberikan dampak buruk pada hidupku lagi, Amanda.’ Ucap Almira dalam hati.  

Bersambung…

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status