Home / Romansa / Undangan / Bius Cinta

Share

Bius Cinta

last update Last Updated: 2021-09-04 02:43:18

  “Sya…”

  “Ya?”

  Suara Sya memecah kesadaran Rayhan, ia melamun cukup lama. Namun Sya sepertinya tahu dan tak mengganggunya.

  “Kenapa aku ada disini?” Rayhan kembali bertanya tapi emosinya telah turun.

  “I don’t know. You tell me.” Sya menanggapi dengan santai.

  “Why?

  “Because, you came to here.

  “Am I?”

  Sya menyodorkan pisin berisi kue.

  “Makanlah, kau seperti mayat. Apa kau merindukanku?”

  Adu tatap bersinggungan dengan apa yang diucap Sya. Sepertinya hal itu sangat sensitif untuk mereka yang tak berhubungan kontak sangat lama.

  “Bukankah usia kau telah melewati tiga puluh?”

  “Lebih tepatnya tiga puluh lima.” Jawab Rayhan singkat.

  Tatapan mata Sya yang penasaran berusaha menelanjangi Rayhan. Dan Rayhan tahu itu. Sya sangat antusias bertemu dengannya walau tak pernah berubah sifat ketusnya. Malah Sya lebih seperti menontoni Rayhan dengan bersahaja. Matanya begitu melekat namun gerak tubuhnya tenang. Apakah ini yang diinginkannya?

  “Kau telah selesai membaca itu?”

  Rayhan hanya menggeleng.

  “Sayang sekali, kau melewatkan bagian penting.”

  “Kau pernah menjadi bagian penting dalam hidupku. Tapi kau mengacaukannya!” Rayhan mengalihkan pembicaraan.

  “Jadi kau juga tidak mengacau? Ini aneh, Rayhan. Tak seperti yang ku ingat.”

  “Mungkin. Tapi itu meyakinkan diriku bahwa kau tak membutuhkanku.”

  Mereka kemudian terdiam ketika menyadari bagaimana akhir dari hubungan mereka dimasa lalu. Sehembus angin menerpa, dahan pohon meriak, daun-daun kering berjatuhan. Begitu senyap, tidak ada orang lain selain mereka disitu. Waktu berjalan begitu lambat sedangkan perbincangan ini seperti berlangsung selamanya. Tak ada alasan dari Sya maupun Rayhan untuk beranjak dari kursi mereka.

  Setelah sekian lama akhirnya Rayhan menyentuh makanan itu. Mungkin baginya jaim bukan alasan yang tepat bila berhadapan dengan wanita ini. Kue-kue bahkan buah-buahan tampak begitu enak, ini waktu-waktu minum teh yang menyenangkan, untuk saat ini.

  “Kau yang membuat ini?” Sambil menunjukkan kue yang digenggamnya.

  “Ya. Aku punya waktu seumur hidup untuk membuat kue, membuat teh, memetik buah atau sekedar bicara denganmu…”

  “Aku cukup tersanjung.”

  Sya ketawa kecil.

  “Sebaiknya jangan. Kau tidak pernah tahu bagaimana ini akan berakhir.”

  “Terdengar seperti menyeramkan.”

  “Kau seharusnya menyelesaikan buku itu sebelum kesini.”

  Itu kalimat terakhir yang Rayhan dengar sebelum tak sadarkan diri. Rayhan merasakan kepalanya pusing dan berkunang-kunang lalu penglihatannya gelap dalam sekejap. Apa yang ada dikue itu? Apa ini? Apa yang terjadi?! Rayhan pingsan seketika.

*

Rayhan bangun dari pingsan. Ia merasakan kepalanya pusing, tubuhnya lemah. Sepertinya ia masih duduk ditempatnya berada. Ingatannya masih belum pulih.

  “Apa yang terjadi? Sudah jam berapa ini? Aku harus pulang.” Rayhan berbicara sendiri.

  Tampaknya tiada siapa-siapa disitu. Kursi yang Sya tempati kosong. Meja juga ditata berbeda, kali ini ada sepiring makan berat. Rayhan kemudian melihat arah datangnya matahari yang berbeda, letaknya di timur. Sedangkan sebelum ia pingsan matahari letaknya di barat. Lamat-lamat Rayhan melihat kearah arlojinya. Oh My God? Pukul 8? Artinya ini sudah esok hari?

  “Kau sudah bangun?”

  Kedatangan Sya cukup mengangetkan.

  “Aku pingsan dari kemarin?!” Rayhan menunjukkan kekesalannya.

  Sya tak menjawab, dia lebih memilih menuang jus digelas dan meminumnya. Sepertinya dia masih memakai baju yang kemarin, apa dia berusaha menipu Rayhan?

  Rayhan seperti tak habis pikir. Dia marah dan tak diam diduduknya. Berjalan kesana kemari dengan kesal. Tubuhnya begitu kaku dan sakit. Kepalanya masih pening. Ia kemudian menemukan sejenis keran air dan buru-buru ketempatnya. Begitu keran dibuka, ia meletaknya mulutnya dibawah keran. Membiarkan air membersihkan mulutnya. Sedikit banyak ia meminumnya karena kehausan. Kemudian wajah dan kepalanya juga ikut bagian merasakan segarnya air. Jika tak terhalang wadah menampung air, Rayhan ingin mandi saja saat itu juga.

  “Aku ingin pulang”. Dihadapan Sya, usai membersihkan wajahnya.

  “Kenapa kau tidak makan dulu?”

  “Kenapa juga aku harus makan? Kau ingin membuatku kembali pingsan?! Apa kau sudah gila, Sya?! Apa yang sebenarnya kau inginkan?!”

  “Aku ingin kau makan!”

  “For God Sake! Kau ingin aku makan? Ini… sudah ku makan!”. Emosi Rayhan memuncak dan dia mengambil piring dimeja kemudian dibanting ketanah sampai pecah dan berantakan dihadapan Sya. Sya yang kaget, langsung bangkit berdiri menghindar.

  “Kau ingin main-main?! Mari kita main-main!”.

Rayhan yang marah sejadi-jadinya. Mendekati Sya kemudian membopong tubuh Sya dibahunya. Dengan tubuh dan baju yang sebagian basah, Rayhan berjalan cepat kedalam rumah. Sya berontak namun tak digubris Rayhan. Dengan kasar, Rayhan membuka paksa setiap pintu yang ada dirumah. Sebuah kamar tak dikunci dimasuknya tanpa tending alih-alih. Rayhan melempar tubuh Sya ke kasur.

  “Kau ingin aku makan, Sya? Aku-akan-memakan-mu!”

  Rayhan membuka paksa baju yang dikenakan Sya. Bahkan dia tak segan merobeknya. Kemudian Rayhan melumat bibir Sya yang begitu menggodanya sejak kemarin. Terdengar rintihan Sya menerima lumatan bibir dari Rayhan.

  Tangan Rayhan menjelajahi setiap jengkal dari tubuh Sya. Pagi yang begitu menggairahkan Rayhan lewati dengan mengeksplor kedua buah d*** Sya. Sya tampak menikmatinya dengan mengeluarkan suara erangan.

  Rayhan jelas tak ingin buru-buru melakukan aksi yang lebih panas. Ia mengulur-ulur waktu yang cukup lama membuat Sya gelisah. Rayhan kemudian menjamah kewanitaan Sya. Sekujur tubuh Sya merinding seketika merasakan nikmatnya. Karena reaksi Sya yang begitu panas, Rayhan mengeksplor bagian itu sesuka hatinya. Sya menggelinjang keenakan sambil mengeluarkan suara erangan yang tak kalah keras.

  Setelah dirasakannya sudah sangat siap. Barulah Rayhan memasuki kewanitaan Sya. Karena sudah tidak sabar, Rayhan mempercepat gerakannya ketika didalam kewanitaan Sya.

“Aku sekarang makan. Seperti keinginanmu!”

“Terus Rayhan jangan berhenti.”

Tubuh mereka bergoyang, keringat bercucuran seperti kehabisan oksigen. Tak butuh waktu lama mereka telah mencapai klimaksnya. Lalu Rayhan terkapar dikasur sementara Sya meninggalkan kamar itu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Undangan   Bali III

    Pagi itu, mereka telah menaiki speed boat menuju ke tengah laut. Sya, Rayhan dan Luki telah memakai perlengkapan menyelam. Mereka akan snorkling, melihat kehidupan laut di kedalaman tertentu. Jika meraka beruntung, mereka dapat melihat ikan berbagai rupa yang cantik-cantik. Atau terumbu karang yang bentuknya unik. Karena baru pertama kali, untunglah mereka di dampingi penyelam profesional yang akan membantu mereka menemukan objek yang dicari. Speed boat telah berhenti. Instruktur pun menyuruh mereka menyelam di lokasi itu. Ketika semua sudah di dalam air, instruktur memandu mereka menyelam. Dengan membawa kamera khusus dalam air. Luki banyak memotret objek yang menurutnya bagus. Tiga puluh menit kemudian, Sya menunjukkan telunjuknya ke atas meminta untuk naik. Instruktur pun menyuruh Rayhan dan Luki juga ikut ke permukaan. Setelah mereka semua telah berada di speed boat, Rayhan tampak cemas dengan keadaan Sya. “Kamu gapapa, sayang?”, tanya Rayhan khawatir.

  • Undangan   Bali II

    “Mau langsung ke pantai?”, tanya Rayhan kepada mereka semua. “Ayo om, sekarang aja!”, jawab Luki tidak sabar. “Masih panas loh Luki, sore aja gimana?”, balas Rayhan. “Jalan-jalan dulu gapapa dong?”. Rayhan mengiyakan permintaan Luki dengan masuk ke dalam mobil. Usai mereka santap siang dan belanja di toko oleh-oleh. Rayhan tahu benar waktu Luki tak banyak, jelas Luki tak ingin membuang waktunya walau hanya sekedar istirahat. Istirahat bisa malam hari ketika tidur dan itu sudah cukup. Sya hanya mengikuti keinginan Luki. Dia merasa liburan kesana memang untuk menyenangkan anaknya. Dan untuk merehatkan pikirannya sejenak dari pekerjaan. Namun jika berlama-lama, dia bisa kelupaan tak berkutat pada pekerjaannya lagi. Rayhan pasti akan senang dengan hal itu, punya banyak waktu untuk bersama dengannya. Karena permintaan Luki yang ingin jalan-jalan. Maka Rayhan mengendarai mobil keliling kota saja sampai waktu sore tiba. Baru setelahnya mereka

  • Undangan   Bali I

    Di bandara, Luki datang bersama Heri. Sedangkan Sya, Rayhan, dan Fina telah menunggu untuk boarding lalu mereka semua santai sejenak minum kopi di kafe. Walaupun Rayhan telah bertemu Luki beberapa kali, tapi mereka belum pernah berbincang satu sama lain sehingga Rayhan tampak canggung saat Sya dan Luki saling berbicara. “Schedule kita nanti gimana, ma?”, tanya Luki kepada Sya. “Okay, kita terbang sekitar dua jam. Jam sembilan nyampe, kita ke hotel dulu. Lalu belanja, makan, istirahat sebentar. Sore baru ke pantai, makan malam, terus main kembang api. oiya ada tari kecak juga, nanti kita nonton. Baru besok pagi kita snorkling sampai siang. Setelah itu terserah kamu mau ngapain, yang penting jam delapan malam kamu sudah harus di bandara. Gimana?”, jawab Sya mejelaskan ke Luki panjang lebar. “Wow asyik! Tapi masa besok aku udah harus pulang sih?”, kata Luki melas. “Kan kamu sekolah”, jawab Sya. “Tapi sebentar banget ma, gak asyik. Huh..”, kata Lu

  • Undangan   Persiapan Liburan

    Ketika sosok Sya sudah menghilang, Rayhan mengecek panggilan yang ada di ponselnya. Ternyata yang dimaksud oleh Sya adalah Erin. Erin meneleponnya. Kalau dipikir, Rayhan memang sudah lama tidak bertemu dengannya sejak malam pernikahan Pak Hendra waktu itu. Tak mau menebak-nebak terlalu jauh. Rayhan menyempatkan dirinya untuk menelepon Erin. “Halo Rin? Ada apa kamu telepon tadi?”, tanya Rayhan tanpa basa basi. “Ehiya mas, maaf tadi ku pikir mas Rayhan. Tapi ternyata yang jawab suara perempuan, aku takut ganggu”. “Enggak itu cuma teman aku, Rin. Hei, kau belum menjawab pertanyaanku”. “Hmm aku mau ngajak mas makan malam di rumah ku. Dulu mas sempat minta masakin sop buntut kan?”. “Mungkin gak sekarang, Rin. Nanti aku kabarin lagi ya”. “Oh gitu mas, yaudah gapapa”. “Udah dulu ya, bye”. Rayhan pikir ada hal mendesak. Rupanya cuma mengajak makan malam. Memang sejak Sya tinggal di apartemennya, Rayhan lupa dengan Erin. Perasaa

  • Undangan   Rencana Liburan

    Esok paginya mereka memulai hari yang sama seperti kemarin. Karena tubuh jauh lebih segar saat pagi hari, Rayhan memutuskan untuk bercinta hanya pada saat itu saja. Frekuensi yang terlalu sering juga akan mengakibatkan keduanya bisa merasa bosan. Jadi Rayhan berusaha untuk tidak memaksa jika Sya tidak ingin. Sarapan pagi itu, Sya tampak sedang video call dengan anaknya. Di sela-sela panggilan tersebut, Sya mengajak Rayhan untuk video call juga. Tak dapat menolak, Rayhan menurut saja. “Luki ini ada om Ray...”, kata Sya menyodorkan ponselnya tepat ke muka Rayhan. “Hai Luki gimana kabarmu?”, tanya Rayhan masih mengunyahkan makanan. “Hai om, kabarku baik. Apa mama merepotkan disana?”. “Sama sekali tidak merepotkan, om senang ada mama disini. Kamu juga bisa kesini kalau kamu mau”, jelas Rayhan. “Enggak ah om, mama sedang puber”, ledek Luki. “Mama dengar loh Luki”, ucap Sya tegas. “Hehehe bercanda ma”. “Gini deh, kamu

  • Undangan   Kegiatan Baru di Apartemen

    “Kok lu bisa mesra banget sama dia? Bukannya dia punya pacar?”, kata Luis mengawali obrolan di mobil yang dalam perjalanan. “Pacar? Pacar yang mana?”, balas Sya heran. “Itu loh yang kemarin kita sempat pas-pasan di bassment, waktu pernikahan Pak Hendra”, kata Luis menjelaskan. “Oiya, gue lupa. Ya kita lihat aja apakah dia beneran punya pacar atau tidak. Tapi menurut perasaan gue, ya dia sama gue aja sekarang ini”, jawab Sya. “Mungkin, kalau ternyata dia buaya tenang aja biar gue hajar dia! Gantengan juga gue, Sya daripada dia!”, tegas Luis sambil memperagakan adegan tinju. “Udah dah, makan nih. Lu rese kalau lagi laper!”, ucap Sya sambil melemparkan kantong berisi roti isi itu. “Lah itu mah iklan yang kita buat hahaha”. Sampai di kantor, Sya dan Luis bekerja seperti biasa. Tidak ada pembicaran tentang Rayhan atau yang lain-lain. Mereka sangat serius jika konsentrasi sedang tinggi-tingginya. Beberapa pekerjaan mampu terselesaika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status