Home / Romansa / Under His Darkness / 75. Gadis Muda

Share

75. Gadis Muda

Author: Hanana
last update Huling Na-update: 2025-08-05 20:19:18

Adrian bukan pria yang kali ini akan Damian bunuh. Sama sekali bukan. Namun, melihat bagaimana gerak-gerik Damian, sekujur urat seperti menegang seolah dirinya yang akan menjadi korban.

Kedua kakinya melangkah lebih dekat ke arah meja. Dengan sebelah tangan yang bertumpu pada kursi, Adrian menajamkan pandangan. Sorot matanya berubah saat melihat folder itu. Dia masih mengingatnya. Masih ingat bagaimana folder itu pernah disebut Damian sebagai satu senjata yang akan mengakhiri semuanya dengan sekali sayat.

Tanpa ragu, Damian mengklik ikon merah itu. Folder terbuka serupa menampakkan isi peti kutukan. Di dalamnya, ada satu paket berkas. Tak pernah disentuh, tak pernah dibagikan. Disimpan jauh dari sorotan. Dibiarkan tidur sampai waktunya tepat.

Begitu video muncul di layar, Ad

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Under His Darkness   75. Gadis Muda

    Adrian bukan pria yang kali ini akan Damian bunuh. Sama sekali bukan. Namun, melihat bagaimana gerak-gerik Damian, sekujur urat seperti menegang seolah dirinya yang akan menjadi korban.Kedua kakinya melangkah lebih dekat ke arah meja. Dengan sebelah tangan yang bertumpu pada kursi, Adrian menajamkan pandangan. Sorot matanya berubah saat melihat folder itu. Dia masih mengingatnya. Masih ingat bagaimana folder itu pernah disebut Damian sebagai satu senjata yang akan mengakhiri semuanya dengan sekali sayat.Tanpa ragu, Damian mengklik ikon merah itu. Folder terbuka serupa menampakkan isi peti kutukan. Di dalamnya, ada satu paket berkas. Tak pernah disentuh, tak pernah dibagikan. Disimpan jauh dari sorotan. Dibiarkan tidur sampai waktunya tepat.Begitu video muncul di layar, Ad

  • Under His Darkness   74. Folder Merah

    “Tentu saja,” ucap Adrian tiba-tiba..Damian hanya menaikkan sebelah alis. “Apa maksudmu?”Adrian menatap Damian tanpa langsung menjawab. Matanya menelisik, seolah mencari celah kemanusiaan di balik sorot yang terlalu iblis untuk disebut manusia biasa.Dua detik lantas terlewat. Hening merambat, lalu Adrian akhirnya bersandar ke kursi dengan gerakan lambat. Napasnya berembus panjang seperti seseorang yang baru saja menemukan kesimpulan.“Aku bilang, tentu saja,” ucap Adian kemudian. “Tentu saja kamu begitu. Aku hampir lupa kalau kamu bahkan pernah mengalahkan beberapa petinggi di beberapa negara. Jadi, tentu saja kamu masih punya sesuatu untuk ikut menghabisi pengacara dari pria yang akan terus kamu habisi.”Damian tersenyum

  • Under His Darkness   73. Apa Selanjutnya?

    Nathan menghilang. Tak ada kabar, tak ada unggahan. Bahkan, kini, dia tak hadir di ruang sidang. Kursinya kosong, seperti bentuk pengakuan diam-diam atas semua yang sudah terjadi. Dunia mencari, media berspekulasi, tapi Nathan memilih sunyi.Mata-mata wartawan berdiri di luar pagar, sementara kamera-kamera diarahkan ke pintu masuk seperti senjata yang siap ditembakkan. Namun, ruang sidang tetap hening. Tertutup rapat, jauh dari sorotan publik.Nayla duduk di sisi kiri ruang sidang. Wajahnya tenang, seperti sudah tahu siapa yang akan tenggelam. Di sampingnya, Hartono berdiri dengan postur tegap ala seseorang yang paham arah dan medan. Satu tangannya menyentuh meja, satu lagi memegang berkas.Sementara itu, di seberang, Farraz tampak tidak terguncang. Setelan armaninya licin,

  • Under His Darkness   72. Pengakuan

    Udara luar masih membawa sisa embun. Tidak ada suara apapun selain suara langkah yang menginjak kerikil. Damian berhenti di bawah pohon zaitun dengan tangan dimasukkan santai ke saku celana. Begitu kakinya berhenti, dia lantas berbalik menatap Adrian.Adrian membalas tatapannya. Lama. Menimbang."Berani juga kamu masuk ke kamarnya," ucap Adrian pelan, tapi penuh amarah yang terkontrol. "Meski ini rumahmu, kamu tentu tahu batasannya."Damian tidak langsung menjawab. Hanya memberi senyum tipis yang mengintip dari sudut bibirnya."Aku benci mengatakan ini, tapi, okay, maafkan aku, Adrian," ucap Damian akhirnya.Hening sejenak.

  • Under His Darkness   71. Dua Pria

    “Apa yang kamu lakukan di kamarnya?” tanya Adrian tanpa basa-basi.Damian terkekeh pelan. “Sayangnya, aku tidak melakukan apa-apa,” jawabnya sambil menepuk bahu Adrian perlahan. “Padahal aku ingin sekali memberikan dia... kesenangan.”Adrian menyipitkan mata. “Apa maksudmu?”Sebelum Damian sempat menjawab lagi, suara Nayla terdengar dari dalam kamar. Jernih, dingin, dan tegas tak terbantah.“Stop membuat keadaan menjadi semakin keruh, Damian.”Damian berhenti di ambang pintu, lalu menoleh sedikit ke arah Nayla. Sudut bibirnya melengkung sedikit, tapi entah apa maksudnya. Detik selanjutnya, dia kembali berjalan meninggalkan sahabatnya yang masih menuntut penjelasan.Nayla lalu menatap Adrian. Suaranya lebih tenang saat bicara kepadanya, “Dia hanya mengantarkan sarapan.”Damian tidak membantah, tidak juga mengiyakan. Dia hanya duduk di ruang tengah sambil masih memperhatikan kakak beradik yang masih tertangkap oleh jangkauan matanya.“Kamu bangun pagi untuk menyiapkan dia sarapan?” Adri

  • Under His Darkness   70. Medan Perang

    Damian mengetatkan rahang. Kelembutan bukanlah caranya dalam menjalani hidup. Namun, untuk membersamai wanita seperti Nayla, kadang kekuasaan bukanlah kunci. Kadang, seseorang seperti Damian Bellucci pun harus belajar menjadi sabar di tengah kobaran yang menyiksa.“Mengapa masih di sini?” Nayla memecah sunyi.“Well, ini rumahku. Aku bebas duduk di mana pun aku mau.”Nayla masih duduk bersandar di sandaran kepala tempat tidur. Selimut menutupi tubuhnya hingga perut. Dia tidak membalas. Hanya menyambut peperangan perantara tatapan mata.“Kenapa kamu terus menatapku seperti musuh?” Damian kembali bersuara.Nayla menarik napas sebelum menjawab, “Karena terkadang kamu memang terasa seperti musuh.”“Hanya terkadang, kan? Lalu izinkan aku menciptakan peran lain. Barangkali, sebagai tempat kamu pulang.”Nayla terkekeh. “Izin? Are you kidding me? Sejak kapan kamu menemukan kata itu?”“Jangan membuatku kehilangan alasan untuk tetap jadi pria baik, Amore.”Tak ada jawaban.Lalu hening.Beberapa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status