Share

Ilusi yang Menyebalkan

            Ilusi ini memang tidak mau pergi. Malah meledek aku yang dengan susah payahnya menghindar. Dia justru berdiri sebagai pawang, dengan sejuta pesonanya yang menawan. Jadi apa salahku menikmati anugrah Tuhan yang indah ini. Aku tidak akan melanggar hukum alam. Akan ku pastikan semuanya baik-baik saja.

“Dea..”sapaku padanya yang sedari ku lihat sedang berjalan ke arah gerbang kampus.

“Bimo?”tanyanya heran karna melihatku tiba-tiba menghampirinya.

“Belum jadi makan kan?”tanyaku yang semoga sesuai dengan yang ku mau.

“Kok tau?”tanyanya kebingungan yang berhasil membuat senyumku mengembang.

“Tadi saya lihat kamu malah balik ke kelas lagi, ayuk makan saya lapar sekarang”ajakku sambil terus berjalan di sampingnya.

“Makan ke kantin kan?”tanyanya memastikan.

“Diluar aja yuk, bosen makan makanan kantin gak ada yang epik.”

“Emang kalo di luar ada yang lebih epik?”tanyanya sambil mengangkat alis berniat meledek.

“Mau saya tunjukin?” Dea menimbang-nimbang ajakanku “Ayo ikut aja tadi saya sudah minta izin sama Bang Fahmi”rayuku dengan sok pasti.

“Kok bisa?”tanya Dea keheranan.

“Mau apa engga?”aku masi berusaha merayu.

“Oke boleh deh. Tapi aku izin chat Bang Fahmi dulu ya”ucapnya yang alhamdulillah mengiyakan. Aku baru sadar Dea adalah sosok wanita yang amat setia terhadap pasangannya. Sungguh sempurna sekali Ciptaan Tuhan yang satu ini.       

---

Kami sampai di tempat sederhana dengan view laut dan pegunungan. Ya, kami sedang berada di atas bukit dengan memakan jajanan dari kedai kecil yang tersedia di sana. Dea begitu menimati pemandangan alam yang disugukkan di sana. Nampaknya dia belum pernah diajak ketempat seperti ini sebelumnya. Yes! Jadi aku orang pertama yang membuatnya kagum, atau hanya aku yang merasa terlalu percaya diri? Entah aku merasa senang sekali membuat senyumnya terpancar indah seperti ini.

“Kenapa? Bagus ya?”ucapku yang tiba-tiba duduk disampingnya dengan menghantarkan coklat hangat menghentikan kegiatanya yang sedang sibuk memotret pemandangan yang disugukan dengan apik di depannya.

“Makasih”ucapnya menerima coklat hangat yang kusodorkan padanya.

“Belum pernah diajak Bang Fahmi ke tempat kayak gini?”tanyaku penasaran.

“Belum sih, tapi udah pernah diajakin ke resto yang nampilin pemandangan yang viewnya hampir mirip kayak gini”

“Sorry ya gak bisa ngasi makanan yang kek gitu, baru bisa ngasih makan diemperan kayak gini”ucapku putus asa.

“Ehh maksudnya gak gitu, jangan langsung mikir aku cewek matre ya, aku cuma berusaha jawab apa adanya aja kok”ucapnya merasa tidak enak.

“Gak keliatan juga muka-muka matre di wajah kamu”kataku jujur sambil memperhatikan raut wajahnya yang meneduhkan.

“Alhamdulillah, Aminn”ucapnya sangat polos sambil meraup wajahnya seperti orang habis berdo’a membuatku tertawa terbahak diikuti dia yang juga ikut tertawa.

            Dea apa sepolos itu? Jujur aku menjadi semakin gemas dengannya. Tolong ini tidak bisa dibiarkan.

---

Sudah pukul 8 malam. Aku masih bersama ilusi cantikku ini, sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Tiba-tiba ketenaganku dalam mengendarai motor dibuat kaget dengan Dea yang memanggil namaku dan menyuruhku untuk menghentikan perjalanan.

“Bim.. denger gak?”ucapnya padaku dengan mata yang sedang mencari-cari sesuatu yang dirasa janggal.

Sebentar, aku sedikit merinding. Dea kenapa ini? dia bukan orang yang paham dengan dunia mistis kan?

“Ah, gak ada apa-apa kok”elakku mencoba tidak menanggapi apa yang Dea katakan karna nampaknya aku sudah merasa sedikit takut. Iya, hanya sedikit.

Dea terus menajamkan pendengarannya.

“Dea! Heh ngapain kesana-sana sih”panggilku panik karna Dea sudah ingin masuk ke semak-semak. Mau tidak mau aku pun ikut menghampirinya.

“Denger kan Bim suaranya jelas?”ucapnya terus mencoba meyakinkanku.

“Suara apaan si? Enggak ada suara apa-apa kok” balasku tetap tidak ingin tau.

Aku tetap mengikuti kemana arah Dea melangkah sambil terus memegangi tangannya, aku takut Dea terjatuh karna yang sedang kami injak ini tanah merah yang basah disertai semak-semak yang lembab.

Mata Dea terus mencari-cari, dan akhirnya berhenti ke objek yang ia cari.

“Akhirnya ketemu kamu juga, ih kasian banget kamu sendirian disini”ucap Dea yang mengagetkanku.

Ya ampun, itu hanya seekor kucing. Aku sudah memikirkan terlalu jauh tentang keberadaan makhluk halus di sekitar kami. Aku sudah menyangka Dea punya kelebihan bisa merasakan energi lain, untunglah dia masih manusia normal yang sama sepertiku.

Aku mengusap keras mukaku. “Kamu tau gak sih? Saya mikirnya udah kemana-mana Dea”ucapku dengan nada frustasi.

“Hahaha.. kamu ketakutan ya”ucapnya sambil terbahak meledekku, aku pun membuang muka kesal. Dia terus memperhatikanku intens lalu tertawa lagi setelah berhasil melihat apa yang ia dapatkan dariku “Hahaha.. ngakak bulu kuduk kamu berdiri semua. Kamu penakut banget sih Bim”ucapnya terus tertawa meledek.

“Oke tuan putri udah yaa ini udah malem, dari pada kita ngundang malapetaka di pinggir kebon seperti ini kan gak lucu. Yuk keluar”ucapku sambil membawa Dea keluar dari semak-semak. Jika orang yang tidak tau apa-apa dengan kejadian ini, mungkin akan berfikir kami berdua habis melakukan hal yang tidak senonoh, ia kami keluar dari semak-semak. Untungnya fikiran orang yang lalu lalang di sekitar jalanan ternetralisir dengan melihat Dea yang menggendong anak kucingnya.

“Ii... kamu lucu banget si. Kasian banget kamu sendirian di sana kedinginan, kamu ditinggal ya sama ibu kamu? Kasian banget huhu”Dea terus berbicara pada anak kucing itu. Lucu? Sangat, tapi aku tidak ingin menggubris karna sudah telalu kesal padanya, seperti orang yang habis tertipu.

“Oke. Kan yang kamu cari udah dapet nih, dan ini udah jam setengah sembilanan loh. Emang kamu gak kena marah sama ibu bapak kamu?”tanyaku pada Dea yang malah terlihat tenang-tenang saja. Aku di sini sudah merasa takut bila mana nanti orang tuanya marah padanya dan jadi tidak suka denganku.

“Aku kan udah w******p ibu bapak tadi sore kalo lagi jalan sama kamu”

“Bang Fahmi gimana?”tanyaku lagi khawatir.

“Kayaknya handphoneku lowbat deh soalnya dari tadi gak bunyi”

“Yaudah yok kita balik”ucapku sambil menaiki motor diikuti oleh Dea.

Aku memberikan helmnya.“Pegangin dulu”katanya sambil memberikan kucing kecil itu padaku agar ia bisa memakai helmnya. Sungguh aku tidak pernah memegang kucing sebelumnya, jadi aku sedikit geli.

“Udah. Sini kucingnya”aku memberikan lagi kucingnya. “Nanti mampir ke mini market ya.. aku mau beli makanan kucing”tambahnya lagi, aku mengangguk setuju.

---

Kami sudah sampai, tepat di teras rumah terlihat bapak Dea sedang ingin beranjak masuk ke dalam rumah. Sebelum bapak Dea benar-benar masuk aku pun menyapanya sebentar lalu bapak Dea membalas dengan senyuman dan sapaan tangan kemudian masuk ke dalam rumah.

“Kan.. bapak ku gak bakal marah”ucapnya merasa benar.

“Yaudah. Saya pulang ya..”ucapku sambil mengengkol motor tuaku namun dihentikan lagi oleh Dea. Astagfirullah apa lagi ini?

“Tunggu. Tunggu bentar hehe”Dea berusaha menghentikanku.

“Apaan lagi?”ucapku tidak jadi menghidupkan motor.

“Bentar. Please!”pintanya kemudia langsung masuk ke dalam rumah sambil setengah berlari. Mau tidak mau aku harus menurutinya untuk menugunggu sebentar di luar gerbang rumahnya.

Dea kembali lagi dengan membawa.. akupun sendiri tidak tau persis itu apa, intinya tas berukuran sedikit besar dengan wujud transparan yang di atasnya terdapat ventilasi kecil dan di dalamnya ada si kucing kecil yang ia dapatkan tadi. Wah apa-apan ini aku mencium firasat buruk yang akan terjadi padaku.

“Bimo...”panggilnya agak sedikit lembut seperti orang merayu.

“Hmm..”balasku malas.

“Aku boleh minta tolong kan?”

“Minta tolong apa nih?”tanyaku ragu.

“Rawat kucing gumush ini”menunjukkan tas kucing yang terdapat si kucing kecil di dalamnya  ke arahku.

“HAH?”aku terkaget-kaget. Yaa jelas guys gimana tidak kaget ini tak terduga dan beban sekali.

“Please.. aku gak bisa ngerawat dia karna kucing aku udah lima jadi gak bisa nampung dia, tapi aku gak mau dia kenapa-kenapa oleh sebab itu aku titipin ke kamu karna kamu adalah orang yang paling tepat untuk bisa ngerawat kucing ini”jelasnya panjang dan memohon.

Apa-apan ini pemirsa...

“Sorry nih ya saya dari lahir baru tadi megang kucing jadi mana bisa saya rawat itu kucing, mana masih anakan pula. Lagian kamu ngapain juga si di bawa-bawa kalo emang gak bisa ngasuh”balasku sedikit kesal.

“Aku gak tega liat dia terlantar, aku langsung ngebayangin kucing-kucingku tapi setelah aku pikir-pikir aku gak bisa rawat dia. Kucing aku di rumah besar-besar aku gak tega liat dia diberantemin kucing-kucing aku yang lain kan kasian, mana masi kecil. Yah please kamu pasti gak tega kan liat dia terlantar”ucapnya terus memohon.

“Saya mana bisa ngerawat kucing Dea, megang kucing aja baru tadi itu. Mending kasihin deh ke orang yang suka kucing”

“Kucing kampung kayak gini mana ada orang yang mau ngerawat Bim. Jarang banget nemuin orang yang suka rela mau ngerawat kucing kampung. Ayolah Bim masa kamu tega sih liat kucing gemesh ini terlantar di jalanan. Dia bisa jadi temen kamu loh di kosan kalo kamu lagi kesepian, bisa diajak ngobrol suer”rayunya tidak ingin berhenti.

“Ya tapi gimana cara ngerawatnya saya gak ngerti”jawabku sangat frustasi.

“Cari di internet banyak Bim. Aku bakal bantuin kamu terus buat ngerawat dia kamu gak perlu takut bakal kerepotan, yaa please mau”rayuan terakhirnya sekaligus senjata yang paling tepat untuk meluluhkanku.

Oke. Ada baiknya juga aku bakal sering ketemu Dea.

“Yaudah kalo gitu iya saya bakal rawat dia”

“Alhamdulillah, pahala kamu berkali-kali lipat Bim”

“Aminn”balasku singkat langsung membawa tas kucing itu ke motorku.

“Amiinn ya Allah”sambarnya kegirangan.

“Agak susah ya bu bawanya”ucapku bingung ingin meletakan si tas itu di mana, karna lumayan besar.

“Kamu ransel kaya gini aja, tas kamu di taro di depan”ucap Dea mencoba membantuku. Wangi aroma strowbarry yang minis dari rambutnya dapat tercium oleh indra penciumanku karna jarak kami hampir berdekatan.“Dah bisa kan?”timpahnya lagi.

“Okey. Kalo gitu saya pulang ya” ucapku kembali mengengkol motorku untuk segera beranjak pulang.

“Yuuhuu.. hati-hati di jalan. Makasih banyak ya Bim buat hari ini”

Aku mengangkat kedua alisku dan tersenyum tanda mengiyakan ucapannya, lalu segera melajukan motorku untuk segera pulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status