Home / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 60. Perlakuan Suami Dan Mertua

Share

Bab 60. Perlakuan Suami Dan Mertua

Author: Rifat Nabilah
last update Huling Na-update: 2025-03-14 00:18:41

"Tutup mulutmu, Hafizah! Jangan sekali lagi berani bicara seolah Ayahmu lebih baik darimu! Aku tidak mau tahu, sekarang minta maaf kepada Ibuku atau aku akan melakukan sesuatu padamu."

Ancaman itu dilontarkan Hamid kepada Hafizah, yang merasa terinjak-injak oleh sikap Hafizah, sementara sikap Hafizah sendiri sudah kurang pantas pada ibunya, itu yang membuat emosi Hamid membara.

"Mas Hamid, aku tidak mau. Kamu tahu aku tidak bersalah di sini, tetapi kamu selalu membela Ibumu meskipun dia salah. Apa yang salah dariku? Aku hanya membela diriku sendiri, dan Ibu juga yang memulai. Aku rasa Ibu terlalu ikut campur dalam pernikahan kita. Seharusnya kamu bisa tegas sebagai suami. Apakah kamu ingin pernikahan ini hancur?"

Hafizah berusaha menyadarkan suaminya agar menegur ibunya, setidaknya memberikan ketegasan bahwa ibunya sudah terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga mereka.

"Jadi, menurutmu, ibuku adalah orang yang akan merusak rumah tangga kita? Apakah kamu tidak menyadari bahwa kamu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Upik Abu Mertua   Bab 61. Penyesalan Suamiku

    "Bu, kenapa Ibu selalu meminta uang dari Mas Hamid? Kami juga memiliki banyak kebutuhan yang belum terpenuhi setiap bulannya. Aku berusaha menghemat untuk semua itu, tetapi Ibu dengan mudahnya berbelanja untuk kebutuhan pribadi dan uangnya cepat habis. Aku tidak suka jika Ibu terus-menerus melakukan hal ini kepada Mas Hamid. Aku adalah istrinya, dan aku berhak untuk tidak setuju mengenai masalah keuangan dalam rumah tangga kami."Hafizah berusaha menegur mertuanya yang tampaknya tidak mempertimbangkan kehidupan Hamid dan istrinya. Mereka masih memiliki banyak cicilan yang harus dibayar setiap bulan, dan situasi keuangan mereka semakin memburuk, ditambah lagi dengan permintaan uang dari mertuanya hanya untuk bersenang-senang."Diam lah, Hafizah! Jangan berani menegur aku tanpa sepengetahuan anakku. Kamu tahu bahwa anakku sendiri memberikan uangnya padaku, jadi kenapa kamu yang harus pusing? Uang itu adalah uang anakku, dan kamu tidak berhak mengatur, meskipun kamu adalah istrinya. Seor

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Upik Abu Mertua   Bab 62. Selalu Disalahkan

    Hamid menyentuh kaki Hafizah yang terjulur tanpa selimut. Selimut itu memang tak pernah dipakai Hafizah karena Hamid melarang. Bagi Hamid, selimut tersebut miliknya semata. “Hafizah!” serunya mencoba membangunkan istrinya, tetapi Hafizah tetap tertidur. Saat panggilan kedua tidak membuahkan hasil, Hamid menarik tangan Hafizah dengan kasar hingga hampir membuatnya terjatuh dari tempat tidur. “Bangun kamu!” bentaknya tajam. Hafizah membuka mata dengan pandangan kebingungan dan nada lemah bertanya, “Mas Hamid, kenapa Mas seperti ini?” Ia lelah, baik fisik maupun hatinya. Beban dari sikap mertua yang terus-menerus menyalahkannya serta suami yang jarang berpihak sudah cukup menguras emosinya. Namun, jawaban Hamid jauh dari kata meredakan. “Masih tanya kenapa? Kamu itu istri! Tugas kamu membahagiakan aku dan ibu aku! Kamu tuh siapa? Hanya seorang wanita sebatang kara yang soalnya beruntung bisa masuk ke keluarga kami. Tapi apa yang kamu lakukan? Bukan cuma nggak membuat ibuku senang,

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • Upik Abu Mertua   Bab 63. Mencoba Melawan

    "Cukup, Hafizah! Apakah kamu masih belum bisa menerima aku dan keluargaku? Aku sudah memperkenalkanmu sebelum kita menikah, tetapi kamu tetap ingin bersamaku. Aku dan Dera tidak bisa dipisahkan, dan jika kamu bersikap keras padanya, aku tidak akan membiarkannya. Lagipula, aku telah berjanji kepada ibuku untuk bertanggung jawab penuh atas adik perempuanku yang satu-satunya."Hafizah menghela napas panjang mendengar suaminya yang masih membela adik kesayangannya. Dera, adik kandungnya, tidak pernah memikirkan dari mana kakaknya mendapatkan uang tersebut. Yang Dera tahu hanyalah bahwa Hamid selalu memberikannya sesuai permintaannya setiap kali dia membutuhkan bantuan dari kakaknya."Mas Hamid, tolong pahami situasi ini. Aku tahu kita sudah sepakat sebelum menikah, tetapi aku tidak bisa terus bertahan dengan sikap Dera yang terlalu boros dalam menghabiskan uang. Apakah kamu tidak pernah mempertimbangkan bahwa Dera bisa hidup mandiri? Dia mampu melakukannya, atau kamu bisa membantunya untu

    Huling Na-update : 2025-04-07
  • Upik Abu Mertua   Bab 64. Kemarahan Lestari Yang Semakin Membesar

    Tangan Lestari menarik lengan Hafizah dengan kuat, membawa dia ke tempat yang sebenarnya tidak ingin dimasukinya. "Masuklah! Jangan harap kamu bisa keluar dari ruangan ini sebelum aku yang membukakannya. Ini adalah hukuman karena kamu terus melawan mertuamu," tegas Lestari.Hafizah pun dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan barang-barang di belakang rumah. "Bu, tolong jangan lakukan ini. Keluarkan aku dari gudang kotor ini. Aku tidak ingin berada di sini. Aku tidak bisa mengikuti semua yang kalian lakukan padaku. Aku juga ingin menjelaskan sesuatu kepada Ibu dan Detail tentang Mas Hamid, tetapi belum bisa sekarang karena ada kesepakatan antara aku dan Mas Hamid yang tidak bisa dilanggar," pinta Hafizah dengan penuh harap kepada mertuanya agar tidak menguncinya di dalam gudang.Lestari mengabaikan ucapan Hafizah dan segera mendorongnya menjauh dari pintu, lalu menutupnya rapat-rapat. Dalam keadaan panik, Hafizah mendekati pintu dan mulai mengetuknya, memohon untuk dibebaskan."Bu, to

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • Upik Abu Mertua   Bab 65. Kerasnya Hidup Bersama Mertua

    Hafizah berdiri dengan kaki gemetar saat ibu mertuanya mendekat dalam kemarahan besar. "Jawab, Hafizah!" Lestari menegur Hafizah yang masih terdiam, dengan tangan yang terluka akibat memanjat jendela sebelumnya."Maaf, Bu. Aku pergi karena takut jika Mas Hamid mencari ku dan aku tidak ada di sampingnya, itu bisa membuat nama Ibu menjadi buruk jika Mas Hamid tahu semuanya. Aku keluar juga untuk menyiapkan semua kebutuhan Mas Hamid, karena tidak mungkin Ibu atau Dera yang melakukannya."Hafizah sudah berusaha menjelaskan agar mertuanya memahami, tetapi Lestari semakin marah. "Kamu pikirkan anakku! Dia anakku! Jadi, jangan khawatirkan dia, biar aku yang urus, lagipula sebelum menikah denganmu, Hamid selalu menerima perlakuan dariku. Aku ini ibunya, jangan beralasan tentang semua itu. Aku kecewa padamu, Hafizah. Kamu ingin merusak Hamid supaya menjauh dariku? Atau kamu mengincar hartanya sebelum menikah dengannya?"Tuduhan menyudutkan itu tak menghentikan air mata Hafizah di hadapan me

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • Upik Abu Mertua   Bab 66. Amarah Memuncak

    "Baiklah, aku serahkan pada Ibu. Tapi, apakah Ibu akan menghabiskan semuanya?" tanyanya."Ya, tentu saja aku akan menghabiskannya. Lagipula, kamu tidak boleh meminta uangku yang diberikan oleh Hamid. Sekarang, aku harus pergi. Sebelum aku kembali, semuanya harus sudah selesai.""Iya, Ibu."Hafizah sudah melihat Ibu mertuanya menjauh dari pandangannya. Dia tidak menyangka masih diberi kesempatan untuk bernapas tanpa kehadiran ketiga orang yang selalu membuatnya stres."Mereka semua pergi, jadi aku bebas di rumahku sendiri tanpa harus berperan sebagai pembantu. Lebih baik aku menghubungi seseorang untuk menyelesaikan semua ini, dan aku bisa bersantai."Hafizah hampir mengeluarkan ponselnya ketika tiba-tiba ada yang memanggilnya lagi."Hafizah!"Suara keras itu berasal dari arah pintu. Ternyata, yang berteriak adalah Dera yang sedang menatapnya."Dera, ternyata kamu sudah pulang. Aku ingin berbicara berdua denganmu," kata Hafizah sambil mendekati Dera yang menyilangkan tangan di pinggang

    Huling Na-update : 2025-04-14
  • Upik Abu Mertua   Bab 67. Hafidz Yang Sempurna

    Saat Hafizah merasa ketakutan akan kemarahan Hamid yang sudah tak terkendali, ia menutup mata, enggan melihat tatapan suaminya yang penuh kebencian. "Buka mata kamu, Hafizah! Aku sedang bicara sama kamu!" suara Hamid menggelegar, sembari tangannya menggenggam lengan Hafizah yang gemetar di hadapannya. Hafizah berusaha melepaskan diri, meski kesulitan, tetap berjuang keras untuk bebas. "Lepaskan! Lepaskan aku!" teriak Hafizah, teringat kembali saat-saat dirinya perlahan membuka mata karena genggaman Hamid tak kunjung longgar. Saat ia menatap di depannya, ternyata yang ada adalah seseorang yang duduk di sampingnya, menatap dengan penuh perhatian. "Hafidz, apa yang kamu lakukan di sini?" "Hafizah, kamu sudah lama tertidur. Aku tidak mau menjelaskan panjang lebar sekarang, lebih baik kamu istirahat saja. Aku bisa pergi kalau kamu mau.""Apa maksudmu, Hafidz? Mengapa aku di sini bersamamu? Bisa jelaskan sebelum pergi?""Kamu terlalu banyak berbicara tentang masa lalu mu, meski seperti

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Upik Abu Mertua   Bab 68. Kekhawatiran Luar Biasa

    Saat mereka berdua sedang menikmati waktu bersama sambil makan, tiba-tiba Hafidz menerima panggilan. "Kenapa tidak kamu angkat, Hafidz?" tanya Hafizah.Hafizah melihat dengan jelas bahwa Hafidz menatap ponselnya, tetapi ia enggan mengangkatnya di hadapannya. "Tidak terlalu penting, nanti aku akan menghubungi balik," jawab Hafidz.Hafizah merasa penasaran dengan pernyataan Hafidz, seolah ada sesuatu yang disembunyikannya dari calon suaminya. "Kalau begitu, lanjutkan makan. Aku tidak ingin kamu sakit. Lagipula, jika memang tidak penting, kenapa wajahmu terlihat panik seperti tadi?" Hafidz langsung menghentikan makannya dan menatap mata Hafizah yang penuh rasa ingin tahu tentang penelepon yang dianggapnya tidak penting itu. "Apa yang ada di pikiranmu, Hafizah? Apakah kamu meragukan kejujuranku?" tanyanya dengan serius."Aku penasaran dengan apa yang kamu sembunyikan dariku. Apakah salah jika aku ingin tahu leb

    Huling Na-update : 2025-04-17

Pinakabagong kabanata

  • Upik Abu Mertua   Bab 83. Membiasakan Diri

    Setelah Hafidz memesan makanan untuk kami berdua, kami langsung menyantapnya tanpa ragu. Namun, Putri masih belum sadar, sementara Hafizah menunggu agar bisa makan bersama kami. Suster yang menjaga juga memastikan asupan makanan yang diperbolehkan untuk Hafizah, mengingat dia baru saja keluar dari rumah sakit."Hafizah, kamu pasti menunggu Putri datang ke sini. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa Putri lagi. Biarkan dia beristirahat, aku yakin dia akan sadar dengan sendirinya.""Aku mengerti, Hafidz. Aku hanya berharap dia ada di sini. Tidak ada yang salah, kan?""Tidak ada, kamu benar. Aku juga mengizinkanmu tidur bersama Putri jika kamu mau, meskipun aku sedikit khawatir luka kamu belum sepenuhnya aman jika terpegang oleh anakku saat dia bangun nanti."Hafidz merenung sejenak dan kemudian mendapatkan ide yang bisa membuat Hafizah tidur satu kamar dengan anaknya."Aku akan meminta orang-orang kepercayaan ku untuk men

  • Upik Abu Mertua   Bab 82. Pengertian

    "Aku akan bersikap adil. Setidaknya, aku tahu mana yang benar untukku dan mana sikap mereka yang bisa aku perbaiki. Jika aku benar-benar menikah denganmu, itu berarti aku akan menjadi seorang ibu. Maka, aku akan mencintai dengan tindakan, bukan?"Hafidz tersenyum mendengar pernyataan Hafizah, calon istrinya yang sangat berbeda dari wanita yang pernah dicintainya sebelumnya."Baiklah, aku percaya padamu. Kita akan segera sampai di rumah."Hafidz merasa tenang mendengar jawaban Hafizah, terutama karena perlakuannya terhadap anaknya dan dirinya sendiri yang selama ini ia kenal.Setelah lima menit, mereka tiba di depan rumah Hafidz. Mobil pun berhenti karena pagar tertutup rapat. Hafidz menghubungi penjaga rumahnya di dalam menggunakan ponselnya. Ini tampaknya sudah menjadi kebiasaan, karena Hafidz melarang siapa pun untuk membuka pintu gerbang kecuali jika ia yang menghubungi terlebih dahulu.Saat pintu dibuka, Hafizah tiba-tiba keluar dari mobil

  • Upik Abu Mertua   Bab 81. Sebuah Kejujuran

    Pada malam hari, saat Hafidz tiba di rumah sakit, ia mendapati Hafizah sudah menunggunya dengan senyuman. Di sampingnya, terdapat beberapa makanan dan selimut yang disiapkan untuk Hafidz jika ia ingin menunggu di sana."Selamat datang, Hafidz," sapa Hafizah."Ada apa ini? Kenapa kamu menyambut ku dengan begitu meriah?" tanya Hafidz."Saya hanya ingin menghargai kamu yang kemarin menunggu saya tanpa makanan dan selimut. Sekarang, karena saya sudah sadar, saya ingin memberikan semua ini. Anggap saja ini sebagai latihan saya sebagai calon istrimu. Meskipun kemarin kita tidak jadi menikah, bukan berarti kita tidak bisa bersatu, kan?" Hafidz mendekati Hafizah yang terbaring di tempat tidurnya dan menggenggam tangannya."Tentu, kita akan bersatu dan menjelajahi samudera yang luas bersama. Selain itu, kamu akan bersama Putri, yang akan menjadi anakmu."Hafizah tersenyum, terharu mendengar kata-kata itu. Ia merasa bahagia melihat orang

  • Upik Abu Mertua   Bab 80. Menjebak Lestari

    Ketika Lestari berusaha melarikan diri dari kamar Hafidz, tiba-tiba tiga orang polisi masuk dan mengepungnya di hadapan Hafidz, yang telah merencanakan semua ini."Menyerah lah, Lestari! Polisi sudah datang untuk menjemputmu, dan aku pastikan kamu tidak akan bisa bebas. Di sana adalah tempatmu," kata Hafidz dengan tegas.Hafidz tidak ingin melihat wajah Lestari lagi, apalagi membiarkannya masuk ke rumahnya. Ini adalah yang terakhir kalinya."Dasar licik, Hafidz! Kamu telah menjebak aku di sini, padahal kamu sendiri yang berniat mencuri barangku," Lestari berusaha memfitnah mantan menantunya."Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Lestari? Memfitnah lagi? Itu tidak akan berhasil, karena bukti-buktinya sudah ada. Polisi juga mendengar percakapan kita di luar tadi. Jadi, jika kamu ingin memfitnahku, lebih baik bicarakan semua itu kepada dokter jiwa yang akan memeriksa kejiwaanmu."Lestari tampak sangat ketakutan saat polisi mengarahkan pistol ke

  • Upik Abu Mertua   Bab 79. Kemarahan Hafidz Pada Lestari

    Hafidz menggendong anaknya dan memasuki rumah. Mereka telah tiba dan berencana melanjutkan ke kamar Putri. Saat itu, Hafidz merasa tenang karena rumahnya cukup aman dengan banyak penjagaan di luar.Namun, ia keliru. Seseorang sedang mengendap-endap dari samping, memasuki rumah melalui jendela yang terbuka, dan bergerak di dalam mencari ruangan dengan niat yang tidak baik."Di mana kamar, Hafidz?"Lestari berjalan perlahan di dalam rumah, bertekad untuk mengambil apa yang diinginkannya. Dia tidak melihat Hafidz di sekitarnya, tetapi yakin bahwa Hafidz dan Putri sudah ada di sana.Sementara itu, Hafidz masih sibuk di dalam kamar, memberikan obat kepada anaknya agar bisa beristirahat. Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari luar kamar, sesuatu jatuh dengan keras, meskipun suara itu tidak akan terdengar dari luar rumah. Hafidz membuka sedikit pintu kamar anaknya dan melihat tidak ada orang di luar. Namun, dia mulai curiga bahwa seseorang telah masuk

  • Upik Abu Mertua   Bab 78. Ketahuan

    "Hafizah, aku harus pulang sekarang. Sepertinya kamu sudah merasa lebih baik. Aku perlu mengganti pakaian, tapi nanti aku akan kembali ke sini. Apakah kamu baik-baik saja jika aku pergi?"Hafidz berusaha mencari kesempatan untuk melihat anaknya di ruangan lain, sementara Hafizah masih berjuang untuk membuka diri."Baiklah, kamu bisa pulang dulu. Aku melihat wajahmu yang sangat lelah. Pergilah sekarang," jawab Hafizah.Meskipun Hafizah tidak ingin menahan Hafidz untuk tetap bersamanya, ada rasa curiga yang menggelayuti pikirannya tentang alasan di balik kepergian Hafidz."Kalau begitu, aku akan pergi. Kamu bisa menghubungiku jika membutuhkan sesuatu, atau aku bisa menugaskan seseorang yang aku percayai untuk menjagamu di sini.""Sepertinya itu tidak perlu, Hafidz. Di sini masih ada dokter dan perawat. Kamu bisa pergi sekarang, tidak perlu berlebihan menjagaku."Hafizah sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan saat sakit, tidak ada yang menemaninya sep

  • Upik Abu Mertua   Bab 77. Menutupi Dari Hafizah

    Hafidz terus berdoa dengan penuh harapan dan air mata, memohon agar Putri tidak meninggalkannya. Ia telah berjuang keras agar anaknya tidak sakit, meskipun kenyataannya Putri menderita penyakit yang sangat serius."Putri, Ayah tidak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri jika kamu pergi. Bangunlah, sayang. Kamu tahu betapa besar kasih sayang Ayah padamu, dan Ayah tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."Di tengah kecemasannya, Hafidz juga ingin menjenguk Hafizah, yang telah dipindahkan ke ruangan lain yang tidak jauh dari tempat Putri dirawat. Dengan perlahan, ia memasuki ruangan dan melihat Hafizah yang masih terbaring tak sadarkan diri."Hafizah, bangunlah. Aku tidak akan kuat menghadapi semua ini sendirian, terutama saat anakmu berjuang melawan rasa sakitnya sejak kecil. Aku sudah berusaha, tapi kali ini aku tidak tahu harus berbuat apa."Hafidz menangis sambil memegang tangan Hafizah, diliputi rasa takut akan hidup tanpa anaknya.

  • Upik Abu Mertua   Bab 76. Masih Gagal

    "Apa yang kamu lakukan di sini, Lestari?"Hafidz memergoki wanita tua itu berdiri dekat pintu ruang perawatan tempat Hafizah dan Putri dirawat. Keberadaannya mengisyaratkan bahwa Lestari mungkin memiliki maksud buruk terhadap kedua wanita yang tengah berusaha untuk sembuh."Hafidz, kamu juga di sini? Apakah kamu tahu betapa aku menikmati permainan ini? Aku akan melaksanakan apa yang sudah seharusnya.""Apa maksudmu?""Putri akan mati, Hafidz!"Ucapan Lestari terucap tegas di depan Hafidz, yang tengah dilanda kemarahan. Mereka saling menatap serius, tatapan tajam Hafidz memperlihatkan kemarahannya atas ancaman Lestari terhadap anaknya."Tidak akan kubiarkan! Semua ucapanmu hanya buntut dari amarahmu belaka. Aku takkan membiarkan itu terjadi dan akan melindungi Putri serta Hafizah.""Tidak! Yang aku katakan akan jadi kenyataan, mungkin bukan saat ini, tapi jika kamu gagal memenuhi permintaanku, kamu akan menyesal. Kamu akan melihatnya sendiri, Hafidz."Hafidz merespons dengan senyum sin

  • Upik Abu Mertua   Bab 75. Hafizah, Putri Berada Di Rumah Sakit

    Hafidz berlari menuju mobilnya setelah melihat wajah Putri yang sangat pucat. Dia menyadari bahwa penyakit yang diderita anaknya mulai kambuh dan segera memerlukan penanganan."Putri, jangan tinggalkan Ayah, ya. Ayah tidak akan sanggup hidup tanpamu, sayang. Kita akan pergi ke rumah sakit, kamu pasti akan sembuh. Ayah akan melakukan segalanya untukmu, anak Ayah yang cantik."Setelah Putri masuk ke dalam mobil, Hafidz segera mengemudikan kendaraan menuju rumah sakit, meninggalkan Lestari yang merasa kesal karena kehilangan uang yang sudah dia impikan untuk mengubah masa depannya dan melarikan diri dari masalah yang dihadapinya."Hafidz, kamu salah jika berurusan denganku. Aku pasti akan datang untuk mengambil uang itu, dan aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan semua yang aku inginkan."Lestari bertekad untuk tidak menyerah dan berjanji untuk tidak lagi berbuat jahat kepada Hafidz, Hafizah, dan Putri. Bagi Lestari, mereka adalah sarana untuk meraih kekayaan tanpa harus berusaha kera

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status