Share

Bab 1. Tragedi Eek Cicak

Anggun Clarissa, gadis yang menyandang status perawan tua abadi akhirnya tahun ini bakal mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi pria yang ia kenal sejak sekolah menengah pertama.

Vicky Rahmanto, pria yang menjadi sahabat masa kecilnya tidak menolak saat Hermawan—paman Anggun mengajukan lamaran terhadapnya. Hah? Apa tidak salah? Seharusnya kan pihak laki-laki yang mengajukan lamaran tapi ini kok—

Ya, Hermawan selaku paman dari Anggun merasa bosan dan jenuh dengan status Anggun yang dianggap perawan tak laku-laku. Diusianya yang genap dua puluh delapan tahun, Anggun belum mendapatkan jodoh sebagai pasangan hidup. Hal ini membuat sang paman merasa gemas bukan main, tak ingin keponakannya mati dalam keadaan tua, lajang, dan menyendiri akhirnya Hermawan nekat melamar Vicky—pria yang selalu dekat dengan Anggun sedari kelas dua SMP.

Malam itu rumah Anggun sudah ramai dengan beberapa orang yang turut membantu acara pernikahan, beberapa diantara mereka ada yang sibuk memasak, memasang dekorasi, hingga menyusun beberapa meja serta kursi untuk para tamu undangan esok hari.

Hari itu adalah hari yang paling sibuk untuk semua orang kecuali Anggun Clarissa sendiri.

Ya, bagaimana tidak?! Ketika semua orang sedang sibuk menyiapkan pernikahan akbar untuknya, ia justru enak-enakan main games di ponsel canggihnya. Duh! Anak ini terbuat dari apa sih pikirannya?!

Hermawan yang kala itu memeriksa kamar Anggun hanya bisa menggelengkan kepala di ambang pintu, tidak mengerti lagi dengan sikap Anggun yang begitu mengentengkan hari pernikahannya.

"Anggun, pukul berapa ini? Kenapa tidak tidur?! Ingat, besok kamu harus bangun pagi untuk persiapan akad nikah." Hermawan mengingatkan di ambang pintu, merasa kesal tapi mau bagaimana lagi wong ini adalah keponakannya.

"Iya Paman bentar lagi. Lima menit lagi nih," jawab Anggun sambil terus fokus pada permainan game online yang kini tengah ia mainkan di ponsel canggih miliknya. Sesekali  ia berdesis, kesal karena musuh di game onlinenya berhasil kabur dari bidikannya.

Hermawan menggeleng pasrah, sebagai seorang paman yang dititipi anak perempuan oleh mendiang saudara laki-lakinya, dia tidak bisa melepas tanggung jawab begitu saja. "Nggun, besok kamu mau nikah loh, masak iya sih tampang kamu biasa-biasa aja kaya gitu?!"

"Memangnya Anggun suruh ngapain Paman? Anggun suruh jingkrak-jingkrak gitu ya?!" Anggun masih sempat menjawab meskipun kedua tangannya terlihat sibuk memainkan ponsel. "Lagipula aku udah kenal Vicky kok, dia teman lama Anggun. Jadi untuk apa harus pake acara berdebar-debar segala toh kita udah temenan sejak lama."

Hermawan menghela napas, ia masuk ke dalam kamar lalu duduk di tepi ranjang dimana Anggun tengah duduk bersila sambil memandangi ponselnya tanpa jemu. "Nggun, nikah itu moment-nya tuh nggak kayak pas kamu lagi ultah. Tiup lilin, potong kue, lalu udahan. Tapi ini nikah, setelah akad nikah tanggung jawab kamu baru dimulai. Selain melayani suami, kamu juga dituntut untuk menjadi istri yang berbakti."

"Iya, iya, ngerti kok Paman. Ngerti," jawab Anggun lagi dengan fokus masih tertuju pada ponsel, sesekali ia mengerakkan ponsel karena efek bermain game.

"Jadi selama kamu jadi istri, nggak ada tuh ceritanya Ma-bar seperti ini. Lah kalo kamu main game terus nanti Vicky kamu kasih makan apa? Nanti daleman dia yang nyuciin, njemurin siapa? Masak iya mbak IRT suruh nenteng-nenteng dalemannya suami kamu diluaran rumah?!"

"Iya, iya, ngerti kok Paman. Ngerti?!"

"Jangan ngerta-ngerti aja?! Kamu pahami ucapan pria tua ini kalo kamu gak pengen jadi janda secepatnya." Hermawan menukas, kesal juga ia dibuatnya.

Pria bertubuh gemuk itu lalu bangkit dari tepi ranjang, menggosok tengkuknya lalu pergi menuju ke pintu. "Sudah buruan tidur! Jangan sampai besok kamu kesiangan. Awas kamu kalo nggak tidur-tidur, kubuang hapemu ke tempat sampah!"

Hermawan lantas pergi meninggalkan Anggun yang masih sibuk dengan game online-nya. Gadis bertubuh tinggi ramping dengan memakai kacamata tebal itu tak menggubris bagian akhir dari kalimat yang diucapkan sang paman. Baginya game online sudah menjadi permainan yang asyik dan menyenangkan, tak tanggung-tanggung jika ia bisa menghabiskan waktu seharian di kamar hanya untuk bermain game online.

Fokus Anggun mendadak pecah saat sesuatu berwujud butiran hitam dan putih menggelinding dari arah kepalanya. Pada awalnya anggun tidak terlalu memperhatikan hingga akhirnya ia mencium aroma tidak sedap disekitarnya.

Mendapati e'ek cicak telah jatuh mengenai kepalanya, Anggun berteriak kesal terlebih e'eknya masih sedikit basah dan bau. Gadis itu berteriak keras, dengan cepat meloncat dan membuang ponselnya ke sembarang tempat. "Paman, aku kena E'ek cicak! E'ek cicak sialan! Huhuhu...."

Anggun mencoba mencium jarinya yang sempat terkena kotoran itu. Ia berekspresi jijik lalu kembali berteriak. "Paman, bau! Hueek...."

Oh Tuhan, mimpi buruk apa ini?!

Apakah ini pertanda buruk untuk pernikahannya besok?

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status