Home / Romansa / Ups! Salah Suami / Bab 7. Malam Pertama

Share

Bab 7. Malam Pertama

Author: Dacytta Peach
last update Last Updated: 2022-10-04 05:57:41

Vickal memilih untuk tidak membuat kegaduhan semakin parah malam itu dengan cara kembali masuk ke kamar mandi dan memakai pakaian kotor yang semula ia pakai. Sungguh dirinya merasa menjadi pengantin pria paling apes sedunia dimana ia harus menikah tanpa persiapan apapun dan harus menikahi seekor rakun yang begitu rewel.

Selepas memakai pakaiannya kembali, Vickal keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah menyisakan beberapa tetes air yang mengalir melewati dahi dan juga pipinya. Pria itu nampak cuek, melirik sekilas ke arah Anggun yang memperhatikannya dengan begitu detail. "Ada apa? Tidak pernah melihat orang seganteng saya?"

Anggun lantas memalingkan wajah, ia tidak ingin pria ini menilainya dengan beraneka macam penilaian tak jelas. "Aku tidak tahu kenapa kamu harus hadir disaat suasana genting seperti ini?! Entah, apakah aku harus bersyukur atau kesal karena hal ini."

Vickal tak berkomentar, ia berjalan menuju ke pintu untuk keluar dari kamar pribadi milik Anggun. "Kamu terlalu banyak berpikir, saya sendiri juga kaget kenapa harus mendapatkan jodoh seperti kamu. Hanya saja saya segera menerima dengan ikhlas, karena apa? Terkadang Tuhan itu mempertemukan jodohnya dengan cara yang tak biasa."

Seusai menjawab demikian, Vickal keluar dari kamar Anggun. Entah apa yang ia lakukan diluar sana sama sekali tidak mengubah rasa kecewa yang kini telanjur merajam hati Anggun. Menghela napas, gadis itu bangkit dari sisi ranjang lalu bergegas untuk membersihkan diri. Siapa tahu seusai ia menyiramkan air ke tubuhnya maka pikirannya akan jauh lebih baik dan tidak sesesak ini.

Sementara itu Vickal menuruni anak tangga dan menuju ke ruang dapur. Rasa lelah karena harus berpura-pura bahagia di depan tamu membuatnya harus mendapatkan sentuhan kecil dari secangkir kopi yang akan ia buat sebentar lagi. Suasana rumah masih ramai, beberapa orang masih sibuk mengangkat beberapa kursi dan meja sewaan ke dalam truk.

Di ruang dapur Vickal mendapati Vicky tengah menikmati secangkir kopi sendirian. Ia tidak memiliki teman, entah kemana Andini pergi mungkin beliau sudah masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

"Kenapa sendirian?" Vickal menyapa ala kadarnya seraya meraih salah satu cangkir keramik yang tertata rapi di meja dapur. Pria itu mencoba meracik kopi untuk ia minum malam ini.

"Ibu sudah berangkat tidur, semua orang disini nampak kelelahan. Hanya Paman Hermawan yang masih sibuk membantu orang-orang mengangkut kursi tamu sewaan ke atas truk besar." Vicky menjelaskan seraya menatap kepulan asap yang tercipta dari kopi yang ia buat.

Vickal terdiam, ia sibuk membuat kopi. Menambahkan dua sendok gula manis ke atas bubuk kopi, Vickal meraih termos air panas dan menuangkan air mendidih itu ke dalam cangkir. "Bagaimana? Apakah kau puas sekarang?"

"Hah? Apa maksudnya Vickal?" Vicky mengerutkan dahi, ia menatap saudara kembarnya dengan tatapan tak paham.

Vickal belum menjawab, ia tengah mengaduk kopinya dengan santai. "Hanya Tuhan yang tahu apa yang ada di dalam benakmu sekarang."

Menghela napas, Vickal lalu membawa cangkirnya meninggalkan ruang dapur. Pria itu memilih untuk tidak berdebat dan meninggalkan ruang dapur sementara waktu. Menaiki tangga, Vickal membawa kopinya dan memiliki gagasan untuk menikmati minuman kental itu di kamar.

Membuka pintu kamar dengan santai, tiba-tiba matanya terpaku saat Anggun baru saja selesai mandi dan tengah memakai salah satu beha yang ia lihat beberapa saat lalu. Melihat Vickal masuk tanpa mengetuk pintu, Anggun menyalak galak. Ia segera menutupi tubuhnya dengan handuk dan tak lupa pula menyumpahi Vickal. "Hei, apa kau lupa kau berada di rumah siapa sekarang? Ketuk pintu dulu jika kamu masuk. Kamu bukan pria berandalan 'kan?!"

Vickal tak menjawab, ia mundur beberapa langkah lalu menutup pintu kamar seperti semula. Tak ada kata maaf, menurut asumsinya ia tidak perlu melakukan hal itu karena pada dasarnya sekarang ia memiliki hak atas tubuh Anggun. Ya, mereka suami istri sekarang.

Pintu terdengar terbuka, Vickal menoleh saat sosok Anggun sudah berpakaian lengkap menatapnya dengan tatapan dingin. "Masuklah!"

Vickal tak banyak bicara, ia masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu kembali. Pria berwajah tampan itu memilih duduk di salah satu sofa yang terdapat di pinggir jendela kaca di kamar itu. Menatap suasana malam yang gelap sembari menyeruput kopi yang tadi ia buat di dapur.

Anggun menatap Vickal sementara waktu tanpa banyak bicara. Berjalan menuju ke depan kaca rias, Anggun mencoba mengeluarkan softlens yang ia pakai dan mulai kembali memakai kaca mata usang miliknya dengan nyaman.

Suasana kamar itu begitu senyap, tak ada obrolan berarti kecuali sibuk dengan aktifitas masing-masing. Namun demikian kegundahan tetap saja menghampiri perasaan keduanya. Anggun mencabut kabel daya baterai di ponselnya lalu duduk diatas ranjang, beberapa game belum sempat ia selesaikan tadi malam.

"Apakah kau selalu bermain game setiap malam?" Vickal bertanya sesaat setelah melihat Anggun duduk diatas ranjang dan mulai bermain game andalannya.

"Ya, apa kau tidak suka? Seharusnya mulai malam ini kamu harus belajar membiasakan diri melihatku bermain game hingga larut pagi." Anggun menjawab santai tanpa menatap ke arah Vickal.

Vickal menghela napas, ia menyeruput kopinya lalu menatap pemandangan luar. "Seharusnya kamu mulai belajar bagaimana bersikap menjadi istri yang baik."

"Aku tidak memiliki cita-cita seperti itu, kamu bukan suami yang aku inginkan." Anggun berkata tanpa basa-basi, ia terus sibuk dengan ponselnya.

"Tapi kamu yang melamar Vicky Rahmanto 'kan?" Vickal menimpali, melirik sekejap ke arah Anggun untuk melihat reaksinya.

"Ya tapi itu bukan kamu tapi adik kamu." Anggun menjawab sekenanya, ekspresinya sedikit tertekan tapi ia berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan terus bermain game online.

Vickal tak menyangkal, ia memilih diam daripada percakapan berubah menjadi pertengkaran malam itu. "Tidurlah, jangan bermain game terus. Saya akan membawamu pulang kampung besok."

"Kenapa? Apakah aku harus menurut padamu?" Anggun menyangkal, ia pura-pura tertawa tanpa menghentikan kebiasaannya bermain game.

Vickal menatap Anggun sesaat, ia menarik napas dalam-dalam. Sepertinya kesabarannya akan diuji mulai sekarang, pria itu meletakkan cangkirnya di meja lalu beranjak berdiri. Perlahan ia berjalan mendekati ranjang, tanpa rasa malu Vickal menghempaskan diri di samping Anggun. Tentu saja Anggun berteriak kalap mendapati pria asing berada diatas ranjang bersama dirinya.

"Hei Cheetah apa yang kau lakukan? Aku tidak mengijinkanmu berbagi ranjang denganku. Sebaiknya kau tidur di sofa saja," teriak Anggun pada Vickal. Terpaksa gadis itu menghentikan permainannya dan meneriaki Vickal yang tiba-tiba saja menghempaskan diri di sampingnya.

Vickal menatap Anggun dengan sorot mata aneh, "Apakah kita tidak akan melakukan malam pertama, Anggun?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ups! Salah Suami   Bab 18. Pulang Ke Kota

    Vicky terdiam, berat baginya untuk menuruti kata ibu sambung. Bagaimanapun Vickal adalah saudara laki-lakinya, ia tidak bisa melakukan kecurangan itu demi sebuah harta tapi...."Ngerti nggak sih Vicky?!" Andini setengah membentak, menahan suaranya agar tidak terdengar orang lain. Wanita itu hendak menjewer kuping Vicky namun segera ditepis oleh si empunya kuping."Iya-iya Bu, iya. Vicky ngerti kok," ucap Vicky lalu mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan tiba-tiba dari Andini.Wanita paruh baya itu tersenyum puas lalu menganggukkan kepala, ia berkacak pinggang sekali lagi. "Bagus, itu baru anaknya Andini. Ya sudah, kamu segera mandi sana. Bau sekali badanmu!"Vicky menarik napas lalu berbalik badan meninggalkan Andini. Kini di depan gudang itu hanya tinggal Andini seorang diri, sambil tersenyum puas Andini bersedekap dan membayangkan indahnya masa depan. "Dengan memperalat Vicky, aku akan mendapatkan harta dari Hariyadi. Andini akan menjadi wanita paling kaya se-Indonesia."

  • Ups! Salah Suami   Bab 17. Siasat Licik

    ****"Apakah kamu yakin Mas?" Vicky terlihat bingung, untuk sesaat ia terbengong dengan keputusan Vickal yang menurutnya diluar nalar. "Mas, kamu dan Anggun sekarang suami istri. Jika aku berada ditengah kalian, aku takut Anggun tidak bisa berpaling dariku. Maaf ya Mas, bukannya aku sombong atau apa tapi ini demi kebaikan rumah tangga kalian juga."Vickal terdiam, tanpa diketahui Vicky pria itu meremas jarinya di dalam saku celana dengan erat. Sebenarnya apa yang dikatakan adiknya memanglah benar, jika ia membiarkan Vicky terus hadir dalam rumah tangganya maka sejauh apapun Vickal berusaha maka Anggun tetap tidak akan bisa melupakan Vicky dan terus mencintainya. Namun di lain sisi, Vickal tidak mau dicap sebagai seorang pria yang tak berperasaan. Ia tidak cukup mengenal Anggun, sebuah kesulitan bagi dirinya untuk mengenali gadis itu terlebih mereka baru mengenal dalam hitungan hari. Rasanya pasti sulit untuk Anggun menjalani hari di tempat terasing seperti ini tanpa ada satupun keluar

  • Ups! Salah Suami   Bab 16. Vickal Yang Baik Hati

    Mendengar Kakek Jayadi berkata demikian, tatapan Anggun lantas tertuju pada pria tua berambut putih dengan tatapan serius. "Semuanya?""Ya, tentang pernikahan kamu yang tidak sesuai ekspektasi bukan?!" Kakek menjawab dengan jujur, ia tersenyum tipis lalu menarik napas. "Sedari kecil Vicky dan Vickal tidak bisa terpisahkan. Barulah sekitar usia sepuluh tahun mereka terpisah karena ayah mereka meninggal karena sebuah kecelakaan mobil. Andini, ibu sambung mereka memilih pergi ke kota dan membawa Vicky. Aku sengaja menahan Vickal di sini karena jujur aku sendiri takut akan kesendirian. Setelah putraku meninggal, aku melihat masa tuaku begitu suram. Aku tidak memiliki siapapun kecuali hanya Vickal. Beruntung anak itu mau tinggal dan menemaniku sampai sekarang."Keduanya kini diam, Anggun menyimak cerita itu dengan kedua tangan saling beradu sedangkan Kakek Jayadi terdiam guna mengenang masa-masa sulit yang pernah ia lalui selepas anak laki-lakinya meninggal kala itu. Kembali menarik napas,

  • Ups! Salah Suami   Bab 15. Pura-pura Pingsan

    Vickal lantas membopong tubuh Anggun memasuki kamar, meskipun ia sudah menjanjikan pada keluarganya bahwa Anggun akan baik-baik saja dibawah penangananya namun hal itu sama sekali tidak berlaku untuk Kakek Jayadi. Pria tua berambut putih dan memiliki tahi lalat di pipi itu mengikuti langkah Vickal sampai di depan pintu kamar mereka."Cucuku, apa yang terjadi pada istrimu? Kenapa ia mendadak pingsan? Apa kau melakukan sesuatu yang jahat padanya tadi malam?" Kakek Jayadi memberondong Vickal kendati ia terus mengekor cucunya dengan perasaan was-was.Vickal tak menjawab, ia merebahkan tubuh Anggun di atas ranjang lalu berbalik badan menatap kakeknya. Vickal mengembuskan napas panjang, dari sekian jumlah anggota keluarganya hanya Kakek Jayadi-lah yang begitu khawatir dengan Anggun. Hanya beliau-lah satu-satunya orang yang peduli dengan keberadaan orang asing yang baru saja masuk ke dalam keluarganya."Kakek, Anggun baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti siuman," ucap Vickal mencoba menena

  • Ups! Salah Suami   Bab 14. Malu Bukan Kepalang

    Anggun menggosok pipinya pada bantal berulang kali, terasa sangat lembut dan juga nyaman. Rasa hangat yang ditawarkan sang selimut membuatnya sejenak terlena, ia tersenyum dengan mata masih terpejam. Kenyamanan ini selalu ia rasakan ketika hari libur telah tiba di kamarnya yang besar dan juga hangat.Namun tunggu dulu, bukankah ia sedang dalam perjalanan menuju ke kampung halaman Vickal? Lalu kamar siapa yang ia tempati kali ini? Tidak mungkin 'kan jika ia berada di kamarnya sendiri?! Melalui gagasan itu, Anggun buru-buru membuka matanya dengan cepat. Setelah mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer, Anggun dengan cepat bangun dari tidurnya. Gadis itu menendang selimut, memandang sekitar dengan tatapan asing dan juga bingung. Kamar siapakah ini? Kenapa tidak ada orang sama sekali?Deburan ombak menyapa telinga Anggun, gadis itu sejenak tertarik lalu beringsut bangun dari ranjang. Dengan kaki telanjang, Anggun berjalan menuju ke jendela kaca besar dan menyibak tirai putih yang menutu

  • Ups! Salah Suami   Bab 13. Bertemu Keluarga Besar

    "Melakukan apa?" Tiba-tiba Anggun menyahut ucapan Vickal. Sebuah reaksi yang benar-benar mengguncang dada Vickal saat itu.Anggun membalasnya dengan nada lirih, kendati kepalanya masih tertunduk namun Vickal dibuat kebat-kebit karenanya. Terdiam cukup lama, Vickal mencoba menunggu reaksi Anggun setelahnya. Jantung yang semula berdebar mulai teratur kini harus mengalami guncangan paling hebat.Vickal menahan napas ketika Anggun membetulkan letak kepalanya yang tertunduk cukup dalam, suasana tidak mengenakkan seperti ini jangan sampai Anggun terbangun dan justru menuduhnya yang tidak-tidak.Setelah sekian lama menunggu reaksi Anggun, Vickal dapat bernapas lega karena nyatanya Anggun hanya mengigau dalam keadaan mata masih terpejam. Mengembuskan napas di udara, wajah Vickal memanas luar biasa. Untung saja Anggun tidak terbangun, coba saja si rakun ini bangun mungkin dia akan langsung menyerang secara ganas.Tersenyum tipis, Vickal mengusap wajahnya yang panas dingin tidak karuan. Baru ju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status