Sophie menghentikan langkahnya saat melewati bagian keuangan. Ia sempat ragu selama beberapa saat hingga akhirnya Sophie menolehkan wajahnya.Di sana, Kevin masih berdiri. Pria itu ikut berhenti, seolah telah mengikuti Sophie dengan sengaja. Senyuman yang selalu terpampang di wajahnya kali ini terasa berbeda di mata Sophie, senyumnya yang selalu tenang dan konsisten membuat Sophie merasa merinding..“Tidakkah seharusnya kita berpisah di sini?” suara Sophie terdengar pelan namun tegas, mencoba memberikan jarak lebih di antara mereka. “Bukannya kamu ke sini karena ada urusan?”“Benar.” Kevin mengangguk singkat, senyumannya tetap terjaga. “Tapi apa yang lebih penting dibanding menjaga istri dari bos saya sendiri? Saya yakin, Tuan Lucas akan sangat memahaminya.”Ucapan itu membuat Sophie tercekat sesaat. Lucas tidak akan peduli… pikirnya lirih dalam hati. Namun Sophie tetap mecoba menampilkan senyum tipis, berusaha terlihat tenang.“Aku ada sedikit urusan lagi di sini,” ujarnya, mencoba
Sophie mematung mendengar perkataan Matthew. Seluruh tubuhnya bergetar perlahan, jika ia tidak duduk di kursinya, ia mungkin sudah terduduk di lantai ruang kerja Matthew..Dirinya… sengaja menabrakkan dirinya sendiri?Kata-kata itu terus berulang di kepalanya. Nafasnya tersengal, dadanya terasa sesak.“Pe… pembohong…” Sophie mendesis, suaranya nyaris tak terdengar. Ada sedikit keyakinan yang masih tersisa di dalam dirinya, meski samar. Ia tahu, siapa pun dirinya, apa pun yang orang-orang katakan, ia bukanlah orang seperti itu.Matthew menundukkan wajahnya, menatap Sophie yang memandangnya tak percaya dengan seringai puas. “Pembohong? Kau bisa bilang begitu sepuasmu, Sophie. Tapi coba tanyakan sendiri pada orang-orang yang tahu. Semua saksi kecelakaan itu mengatakan hal yang sama.”Sophie mengangkat wajahnya dengan sulit, menatap Matthew dengan sorot mata bingung sekaligus takut. “Saksi…?”“Ya. Ryan. Maya. Bahkan Anna, asistenmu sendiri. Mereka semua bilang kau melakukannya dengan sen
Sophie tidak menjawab pertanyaan Lucas. Ia memalingkan wajahnya, tidak tahu harus melakukan apa. Kedua tangannya terkepal di depan dadanya sendiri. Sementara kedua matanya ia pejamkan dengan erat. Lucas yang melihatnya tersenyum sinis, lebih menertawakan dirinya sendiri. Istrinya sendiri bersikap seolah Lucas akan menyakitinya setiap kali ia mendekat.Kenyataan itu akhirnya membuat Lucas menjauhkan dirinya dari Sophie. Sophie yang merasakan jarak yang mulai terbentuk diantara mereka berdua akhirnya membuka mata.Lucas sudah berdiri tegak di hadapannya. Menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Sophie mengerti.“Lain kali...” Lucas berkata sambil menatap Sophie dalam-dalam. “Berpikirlah sebelum kau mengatakan hal seperti itu.”Setelah mengatakannya, Lucas berjalan menuju kamar mandi, melewati Sophie yang masih terpaku di tempatnya.Saat pintu kamar mandi itu akhirnya ditutup, Sophie baru menyadari bahwa sejak tadi ia telah menahan nafasnya. Ia menghela nafasnya panjang dan menoleh ke
Lucas yang kembali melanjutkan pekerjaannya di rumah akhirnya keluar dari ruang kerjanya setelah matahari tenggelam.Saat ia berjalan menuju kamarnya, di sana Maya yang baru meninggalkan kamarnya dan Sophie sedang menuju pintu keluar.Lucas berniat mengabaikannya ketika tiba-tiba wanita itu berdiri di hadapannya, menghalangi jalannya.Lucas akhirnya menatap Maya yang menolak menyingkir. “Hai.” wanita itu menyapa dengan senyuman manis di wajahnya.Lucas hanya mengangguk, mencoba menahan pikirannya yang terus mendesak mengeluarkan pertanyaan yang coba ia tahan.“Baru kembali?” Lucas melihat cara Maya dengan sengaja memiringkan kepalanya, satu tangannya menyingkirkan rambutnya ke belakang telinga.“Ya.” Lucas menjawab singkat.“Apa kamu tidak terlalu sibuk bekerja? Sophie sangat kesepian.”Lucas memperhatikan setiap detail gerakan Maya, bahkan caranya meletakkan telunjuknya di depan bibir. Bertingkah seperti gadis lugu.“Bukannya kau datang kemari setiap hari seperti tidak punya tempat
Dalam perjalanan pulang keesokan harinya, Lucas kembali mendengarkan laporan dari Kevin. Sebuah senyuman sinis muncul di wajahnya.Ia bahkan tidak tahu apakah senyuman itu untuk kebohongan yang begitu buruk atau dirinya yang begitu mudah terpengaruh. Dan Sophie bahkan tidak tahu rumor apa yang tersebar tentang dirinya.“Menurutmu, siapa yang membayar mereka?”Kevin tersenyum saat mendengar pertanyaan Lucas, ia sudah menyiapkan beberapa nama untuk situasi ini.“Matthew Elman adalah yang paling diuntungkan dalam situasi ini.” Kevin mulai menjelaskan, tapi matanya tetap fokus pada jalanan di depannya. “Ayahnya, Victor Elman, sangat berambisi menduduki posisi CEO Elman Corp., ini bisa jadi sebuah masalah keluarga.”Lucas mengangguk, tidak begitu mengherankan. Lagipula ia juga sempat mencurigai hal yang sama. “Apa ada nama lain?”“Sebenarnya saya tidak bisa memikirkan nama lain sebelumnya, tapi…” Kevin meraih dokumen yang ia letakkan di kursi penumpang di sampingnya, dan memberikannya pada
Suara musik bar yang memekakkan telinga membuat lantai dansa penuh dengan orang-orang yang berdesakan, tubuh mereka bergerak mengikuti dentuman music. Namun Kevin, yang duduk di Bar Stool, sama sekali tidak tertarik dengan keramaian itu. Tatapannya tajam, menyapu satu per satu wajah yang muncul di antara kerumunan, seakan mencari sesuatu di tengah hiruk pikuk malam.“Mencari seseorang?” suara seorang bartender wanita terdengar di telinganya, penuh nada ramah yang dibungkus dengan senyuman menggoda.Kevin menoleh sekilas, lalu membalas senyum tipis sebelum meneguk minuman di depannya. “Ya,” Jawabannya terdengar tenang, nada suaranya seperti basa-basi biasa. “Sudah lama aku tidak ke tempat ini, jadi aku berharap bisa bertemu orang yang kukenal.”“Oh ya? Siapa orang yang kau cari?” Bartender itu mencondongkan tubuhnya ke meja bar, membuat jarak di antara mereka semakin dekat.Kevin menirukan gerakannya, sengaja menyesuaikan irama permainan halus itu. “Kalau aku memberitahumu, apa mungk