“Bisa saja ikuti gaya hidup kami. Asal dalam darahmu ada gen Gustav,” balas Vino sambil tertawa mengejek.“Mami kamu kok bisa? Ingat, dia bukan berdarah Gustav!” sangkal Alexander tak mau kalah.“Karena Mami istrinya dan sampe hari ini masih kerepotan mengendalikan nafsu buas akan darah manusia.” Kali ini, Vino bertutur kata dengan kedua mata berkaca-kaca. Dia tahu betul, bagaimana Nyonya Gustav yang tak bisa mengendalikan diri, terpaksa disuruh mengisap darahnya sendiri oleh Tuan Gustav. “Iya, aku tahu soal itu. Hal tersebut yang buat aku salut terhadap Tante dan kalian,” balas Alexander yang berusaha menenangkan hati Vino. Dia paham betul dengan kebiasaan keluarga Gustav karena memang semenjak kecil tumbuh dalam pengasuhan orang tua Vino.Sandra dalam keadaan tertidur pulas setelah Vino menghilangkan pengaruh sihir dari Derick. Kedua pria beranjak menuju kamar Alice. Saat mereka memasuki ruangan, ada orang tua Vino. Mereka sedang berdiri mematung memandangi tubuh Alice yang sedang
“Nah, ini. Soal Derick. Kenapa kamu bisa bersama dengan dia. Ngajak-ngajak Sandra lagi.”“Derick menyamar jadi Alex. Minta aku jemput Sandra.”“Kok bisa kalian di sarang serigala? Ada masalah apa, sampe suruh jemput Sandra? Secara logis, Alex gak kenal Sandra,” ucap Nyonya Gustav semakin penasaran.“Iya, Mami. Aku ceroboh.”“Cinta itu buta. Gak bisa berpikir secara nalar. Mentang-mentang karena Alex berani pertaruhkan nyawa.”“Ya, maaf, Mami.”Selama mereka berbincang, radar telepati Alice bergetar hebat. Ada gerakan ke arah sarang kelompok serigala. Perasaan Alice sudah tak tenang dan gerakan tersebut adalah tentang keberadaan Sandra. Namun, dirinya tak mungkin bisa ke sana lagi. Alice heran dengan pembawaan Nyonya Gustav yang tenang.Apakah karena Mami tak seratus persen bangsa vampir?Di saat bersamaan Nyonya Gustav dapat berkomunikasi singkat dengan Vino lewat telepati. Wanita berambut pirang sebahu tersebut tersenyum penuh arti ke arah putrinya.“Apaan, sih, Mami?” protes Alice y
Alice pun tersenyum lega, akhirnya bisa menemukan cahaya hitam kemerahan tersebut. Dia segera meluncur mengikuti garis cahaya. Jejak kilau berujung pada sebuah rumah berdinding kayu khas vintage style. Alice memicingkan mata melihat tampilan tempat persembunyian yang dipilih oleh Bik Sumi. “Cerdas juga, Bik Sumi. Dia paham fungsi dinding kayu sebagai peredam suara.” Alice bermonolog seraya mengitari bangunan klasik tersebut.Namun, Alice kesulitan mencari akses untuk masuk karena tak ada pintu maupun jendela pada bangunan tersebut. Wanita berambut blonde tersebut memutar otak untuk mencari cara agar dapat masuk rumah.“Bik Sumi!” panggil Alice lewat telepati.Beberapa saat Alice menunggu tanggapan dari Bik Sumi. Namun, harapan tinggal harapan. Wanita muda ini beranggapan bahwa Bik Sumi sengaja tak mau berkomunikasi dengannya. Oleh karena Alice tahu pasti ibu kandung Alexander tersebut sudah hafal dengan suaranya. Tanpa disangka-sangka, Alice mendengar Sandra berbicara padanya.“Kak
“Segawat itu, Kak? Aku meski gimana? Kenapa Bang Vino cepat ambil keputusan sebelum tahu kebenaran?”“Vino tahu sendiri. Tubuh kamu telah dimasukkan peti mati dengan tangan telah tersayat. Tuan Alfonso dengan pasukannya telah menggelar pesta penobatan kamu dengan Mahendra sebagai pasangan darah suci,” jelas Alice dengan air mata bercucuran.“Tapi, Kak. Dalam peti persembahan itu, bukan aku,” jelas Sandra dengan berurai air mata.Hatinya perih bagai tersayat sembilu. Wanita muda ini sungguh tak pernah menyangka bahwa niat baik Bik Sumi untuk menyembunyikan dirinya akan berakibat kesalahpahaman.“Apa kamu tahu, siapa yang menggantikan posisi kamu?” tanya Alice sambil mengingat rute tercepat menuju Ballerup Aden.“Kata Bik Sumi itu pengikut baru kelompok serigala. Dia lagi cari muka buat pengakuan ke kelompok. Nekat bergerak sendiri dan Bik Sumi bisa mencium bau khas yang beda dalam area pribadi Gustav. Saat sampai di kamar, pengikut baru ini sudah siap membopong aku. Seketika itu, Bik S
“Hentikan, Sandra! Masih ada cara lain untuk membuat Vino bisa kembali!” teriak Alice yang keberatan dengan kenekatan Sandra.“Tenang, Cantik! Dia telah mengambil keputusan. Itu adalah hal terindah buat kami,” ucap salah satu anggota dewan dengan diiringi tawa ketiga pria yang sama-sama berpakaian lapis emas dengan bola mata hitam pekat.“Kak, aku mau mati bersama Bang Vino!” teriak Sandra yang semakin bulat tekatnya.“Biarlah dia abadi di alam kematian bersama kekasihnya. Bukankah ini cinta paling romantis?”Wanita tak bermanik mata berucap sambil melangkahkan kaki mendekat ke arah Sandra. Namun, Alice buru-buru menghadang saat langkah wanita tersebut tinggal selangkah lagi.Wanita tersebut seketika menyeringai dengan raut wajahnya merah padam. Sandra yang sudah tak sabar, langsung berlari ke arah pintu yang terbuka lebar. Itu berada di belakang singgasana para dewan kematian.Sandra yang telah sampai di ambang pintu melihat punggung Vino yang berdiri menatap cakrawala. Pria tersebut
Mereka kaget dengan kedatangan Bik Sumi. Wajah wanita yang selalu memakai daster ini tampak pucat pasi. Dia dengan napas terengah-engah berdiri terpaku memandangi mereka satu per satu.“Ada apa, Bik?” tanya Sandra sambil menghampiri pengasuhnya sejak bayi tersebut.“Ini salah Bibik, Nona. Nyonya diculik oleh Derick. Maafkan saya, Non,” jawab Bik Sumi dengan terisak-isak.“Duduk dulu, Bik. Tenangin diri dulu,” sahut Vino kemudian.Sandra membimbing wanita tersebut untuk duduk. Alice yang paham akan ada ‘sesuatu’ lalu memegang tangan Bik Sumi. Beberapa saat kemudian, wanita berambut blonde berpotongan cepak ini tersenyum sinis.“Mereka memang licik. Bik Sumi diperlakukan sebagai robot pelacak. Maaf, Bik. Ini terpaksa aku lakukan,” ucap Alice sambil menatap dua manik mata Bik Sumi. Kemudian, dia menekan kuat-kuat ibu jari ke urat nadi di tangan kanan Bik Sumi. Beberapa saat, wanita 35 tahun tersebut menjerit kesakitan lalu jatuh tak sadarkan diri. Vino dengan cekatan menahan tubuhnya. A
Bik Sumi telah siuman. Namun, wanita tersebut belum bisa menggerakkan anggota badan. Alice sengaja mengunci tubuh Bik Sumi selama proses pembersihan toksin berlangsung. Alexander segera sadar akan sesuatu.“Gua kemari, tujuannya buat menyembuhkan Ibu,” ucap Alexander. Pria berprofesi sebagai kepala polisi ini segera beranjak menghampiri sosok yang masih duduk diam di atas motor.“Wah, aku baru ingat juga kalo Bang Alex ngajak teman. Siapa, Bang?” tanya Sandra yang berjalan menghampiri Alexander.Vino yang melihat hal tersebut segera memberi kode ke Alexander. Sementara itu, dirinya buru-buru memeluk tubuh Sandra lalu membawa ke arah Alice. Wanita berambut blonde ini tersenyum dan paham dengan maksud si adik.“Sandra, kita cek keadaan dalam, yuk,” ajak Alice yang cekatan menggelandang Sandra ke arah pintu. Dengan kekuatan supranaturalnya, wanita berambut cepak tersebut berhasil membawa masuk Sandra dengan cara menebus pintu. Saat mereka telah berada dalam ruang tamu, Sandra merasa syo
Tiba-tiba kaca jendela menjadi jernih dan Sandra bisa melihat jelas penampakan Vino yang sedang menatapnya sambil tersenyum. Tanpa disangka-sangka Bik Sumi berdiri lalu menatap ke arah dalam. Wanita tersebut tersenyum lebar.“Bik Sumi telah sembuh!” teriak Sandra girang.Dia bangkit lalu berlari ke arah pintu. Dirinya baru tersadar bahwa tak membawa kunci rumah. Alice segera menghampiri dan segera menggandeng tangan calon adik iparnya. Keduanya berjalan menebus pintu. Begitu sampai di luar, Bik Sumi langsung beranjak menghampiri Sandra dan memeluknya.“Non Sandra harus jaga diri. Banyak yang mengincar darah Nona,”ucap Bik Sumi kemudian.Sementara Sandra sedang asik berbincang dengan Bik Sumi. Alice diam-diam menarik tangan Vino agak menjauh dari mereka. Di bawah pohon mangga yang berada di samping rumah, Alice mengajak Vino berbicara serius.“Kenapa harus Tuan Anggara? Gak bisa yang lain?” ucap Alice bernada protes kepada adiknya.“Bik Sumi butuh darah suci buat netralin toxin dari se