Share

BAB 40. Disuruh tidur di luar.

“Tu—nggu dulu, aku ikut ya, Mbak Fatki?” Intan menggandeng lengan tangan dan mencubit pinggangku.

“Ikut? Kamu, kan, enggak diundang?” jawabku.

Wajah Intan seketika memerah bak kepiting rebus pasti dia menahan malu. Ha ha ha makanya jangan main kasar. Emang enak aku kerjain. Kalau enggak mau dicubit jangan nyubit orang duluan.

“A—ku mau temanin Mbak Fatki,” ujar Intan lagi. Tidak mau menyerah rupanya. Intan ngebet sekali ikut pasti karena ada pak dosen idolanya. He he he dasar ABG labil.

“Enggak bisa, ini sudah malam nanti kita telat datang ke acaranya apalagi kamu dandanya lama banget. Kasihan ini Mas Fais nunggu lama. Iya, kan, Mas?” sahut Susanti.

“I—ya, ini umiku sudah kirim pesan menanyakan sudah sampai mana,” jawabnya tanpa menoleh pada kami. Pandangannya sibuk ke ponsel.

“Nah, betul sekali. Ayo, kita berangkat!” ajakku.

Aku lihat Intan sangat kesal lalu membanting pintu.

Aku dan Susanti duduk di bangku belakang. Mobil Mas Fais ini sangat bagus. Honda Civic keluaran terbaru. Mulu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status