Share

BAB 44. Mas Arman kesal.

“Entah deh, enggak janji. Tergantung Fatki mau bersikap manis atau tidak. Sudah kamu jangan seperti orang bodoh begitu. Nikmati saja peranmu. Kamu kan, ganteng, jadi wajar kalau punya istri dua. Lagi pula kamu itu jangan hanya menyalahkan Ibu saja. Ini sudah terlanjur. Kita kan, sudah sepakat. Lagi pula kamu suka juga kan, sama Reni.”

“Suka, Bu, tapi aku tidak cinta padanya.”

“Halah, persetan dengan cinta. Nanti kalau anakmu sudah lahir juga kamu bakalan cinta sama dia.”

“Entahlah, Bu. Tapi, hidupku tanpa Fatki rasanya hambar sekali. Apalagi tadi Fakti pergi sama dosennya Intan. Itu ancaman banget untukku, Bu.” Curhat Mas Arman.

“Halah, enggak usah khawatir dan kamu itu enggak usah terlalu dramatis, Man. Mana mungkin itu dosen terpikat sama Fatki. Meski, dia itu cantik, tapi yang laki-laki butuhkan itu bukan hanya cantik. Keturunannya pun dibutuhkan. Ibu yakin itu laki-laki bujang enggak mau sama Fatki. Mahasiswinya saja banyak yang cantik, tajir, pintar, dan juga subur.”

“Iya, aku ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status