Share

Pengutit

“Pelurunya kosong,” ucap Fox lalu mengambil pistol dari tangan Alicia.

Alicia mulai membuka mata dan ternyata perkelahian sudah usai. Di mata Alicia, perkelahian itu seperti rubah dan kucing hutan yang sedang berebut mangsa.

“Adik kecil kita sudah berani memegang senjata!” ucap Rin sembari memeluk Alicia karena senang.

“Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil! Tapi, ini rasanya empuk dan lembut. Bagaimana kamu menumbuhkannya, Rin?” Alicia merasakan kenyamanan pada dada Rin.

“Kamu bertanya pada orang yang tepat, ayo ikut ke atas.”

Alicia dan Rin pergi menuju lantai dua. Sunny mendekat dan melihat penampilan Fox berantakan, apalagi bajunya robek sampai memperlihatkan bentuk tubuh bagian atas. Sunny menyarankan untuk sesegera mungkin berganti pakaian karena dia harus berangkat bekerja. Dia juga memuji tubuh Fox yang ramping. Tapi sayang, pemikat laki-laki mata keranjangnya tak sebesar milik Rin.

“Aku masih punya tenaga untuk menghadapi satu orang lagi. Dan apa gunanya memiliki dada sebesar itu? Hanya akan menghambat pergerakanku.” Fox memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang.

“Aku kalah,” ucap Sunny segera dan mengangkat tangannya.

Fox menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Rambut blondenya berantakan dan bajunya rusak akibat pertengkaran tadi. Kerusakan itu membuat moodnya hari ini menjadi rusak. Dia pun menelepon bosnya meminta izin untuk tak masuk kerja dengan alasan sakit.

Setelah Sunny selesai mandi, ia berencana menghibur Fox yang sedang sarapan di meja makan dan sudah mengganti pakaian.

“Aku selalu kagum denganmu yang tampil stylish setiap saat,” puji Sunny lalu bergabung di meja makan.

Fox yang kehilangan mood sedang berusaha mengembalikannya. Setelah berpikir lama, dia berencana untuk mengunjungi Gin di kampus karena selama ini dia tak tahu kegiatan Gin saat di luar rumah. Setelah selesai sarapan, Fox memanggil Alicia dan memintanya untuk menemani dirinya menemui Gin di kampus.

“Alicia, apa kamu yakin ini jalanya?” tanya Fox fokus mengendarai mobil.

“Emm, sepertinya tadi harus belok ke kanan hehe.” Alicia kebingungan membaca maps yang ada di smartphonenya.

“Sini adik manis, biar aku saja yang baca maps.” Rin meminta smartphone milik Alicia.

“Kenapa ubur-ubur laut itu harus ikut, Alicia?!” protes Fox.

Fox yang masih kesal kepada Rin lalu menginjak gas dalam-dalam dan mulai mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.

“Hey, rubah licik! Kau berencana membunuh kami?” tanya Rin yang tetap santai di kursi belakang walau Fox memacu mobilnya dengan cepat.

“Diam saja kau kucing penjilat. Cukup beritahu saja ke mana jalannya,” umpat Fox pada Rin.

Berbeda dengan Rin, Alicia terus berteriak ketakutan sampai menangis dan memohon Fox untuk mengurangi kecepatannya tapi Fox tak bergeming dengan tangisan Alicia.

Alicia, Fox dan Rin telah tiba di Washington University tempat Gin berkuliah dengan selamat. Mereka langsung memarkirkan mobil lalu mulai mencari keberadaan Gin di kampus yang luas itu. Untungnya Alicia tahu kalau Gin berkuliah di jurusan kedokteran. Mereka semakin bersemangat mencari Gin saat melihat Tim, nama mobil milik Gin, terparkir di deretan mobil-mobil lainnya.

“Aku yakin itu Gin.” Alicia menunjuk ke arah seseorang.

“Dari bentuknya memang seperti Gin,” ujar Fox.

Alicia sempat beberapa kali memanggil Gin tapi orang yang dipanggil oleh Alicia tak menoleh sedikit pun dan pergi begitu saja. Mungkin karena merasa terganggu oleh kedatangan mereka. Alicia, Fox dan Rin terus mengikuti ke mana pun orang tersebut berjalan. Fox yang masih tak yakin sempat menyarankan untuk berhenti mengikuti orang tersebut karena jika itu Gin pasti langsung menemui mereka. Tetapi Alicia terus memaksa untuk mengikuti orang itu.

Karena lelah, Rin mempunyai ide untuk mengetahui apakah itu Gin atau bukan.

“Sayang, berhenti!” teriak Rin yang seketika menjadi pusat perhatian.

Benar saja, teriakan Rin membuat orang yang diikutinya berhenti dan menghampiri mereka. Orang itu terlihat kesal dan merasa terganggu karena dari tadi mereka selalu mengikuti keduanya seolah ingin melakukan tindakan kejahatan.

“Saya bisa panggil satpam atau polisi jika kalian terus mengikuti kami,” ucap salah satu orang yang mereka ikuti dengan kesal.

Wajah Alicia, Rin dan Fox terlihat panik setelah orang yang mereka ikuti mengancam akan memanggil polisi karena gerak-gerik mereka mencurigakan tadi.

--------------xxxx----------------

Sunny datang ke sebuah hotel mewah bintang lima untuk menandatangani kontrak kerja sebagai koki di sana. Dengan berbekal pengalaman di dapur dan kemampuan masaknya yang mumpuni tak sulit bagi Sunny untuk mendapatkan pekerjaan itu. Sunny datang satu jam sebelum waktu yang sudah ditentukan dan dipersilakan menunggu di ruang tunggu hotel oleh resepsionis. Sunny mulai merasa bosan menunggu memutuskan untuk mengunjungi dapur hotel itu.

“Maaf Nona, area ini terlarang untuk pengunjung hotel,” sambut salah satu koki di sana.

“Maaf saya tersesat.”

Sunny yang sudah dilarang malah masuk semakin ke dalam dapur hotel itu dan mencicipi saus yang ada di panci besar. Orang yang melarang Sunny tadi sedikit kewalahan dengan kelakuan Sunny dan melapor kepada koki senior di sana.

“Apa yang kamu lakukan di sini? Ini bukan tempat umum,” ujar koki senior itu.

“Terlalu banyak lada. Walaupun lada bagus untuk pencernaan tapi agak kurang bijak jika menambahkan lada terlalu banyak karena bisa menutupi rasa alami dari bahan yang lain,” komentar Sunny tentang saus yang dibuat oleh koki di sana.

“Orang sepertimu tahu apa soal masakan?” omel koki senior.

“Kalau dibiarkan, hotel sebagus ini memiliki standar yang kurang dalam hal saus masakannya,” imbuh Sunny.

“Kurang ajar! Saya sudah bekerja di dapur ini selama lima tahun dan tak ada tamu satu pun yang mengelukan sausnya,” murka koki senior lalu menarik kasar Sunny dan mengusirnya dari dapur hotel.

“Kasar sekali Anda dengan wanita,” sindir Sunny.

“Saya tak butuh komentar dari kamu dan jangan pernah lagi menginjakkan kaki di dapur ini,” bentak koki senior lalu membanting pintu dapur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status