Meninggalkan Labuan Bajo, Meera pergi Bersama Zyan menggunakan pesawat komersil namun dengan tetap saja dengan harga tiket yang membuat Meera takjub. Meera sedang mendengarkan musik yang dia sukai saat Zyan mengetuk pintu cabinnya. Pria itu menunjukkan dua foto jas meminta Meera memilihkannya.
"Yang kanan lebih bagus," ujar Meera memilih jas berwarna navy.
"Good, sudah kuduga." Zyan pergi lagi dan Meera menggelengkan kepalanya.
Oh ya, mengenai kepergian mereka, Zira sangat bahagia karena Meera bersedia pergi Bersama Zyan. Setelah mendapatkan surat dokter yang mengatakan Meera baik-baik saja, dia dan Zyan langsung berangkat. Rencananya tiga hari di London mereka akan menyusul ke Fortania untuk hadir di pernikahan Zia dan Reikhan.
Setelah menghabiskan waktu beberapa jam didalam pesawat mereka akhirnya transit di Dubai, Zyan mengajak Meera untuk makan direstoran yang ada di dalam bandara lalu beristiraha
"Dia istriku."Singkat, namun dua kata itu terus berputar dikepala Meera saat dikamar hotel dia membantu mengobati tangan Zyan yang terlihat memar akibat meninju wajah pria tadi."Kenapa kau diam saja saat wanita itu menampar mu ?""Aku salah, sudah sepantasnya aku meminta maaf." Zyan mendengus masih tidak bisa terima jika pipi Meera yang lembut itu mendapat tamparan.Zo dan Malik yang mendengarkan dari sofa tersenyum penuh makna. Zyan sudah dipastikan menyukai Meera, karena lihat saja dia melupakan jika Melisa tidak ikut bersama mereka.Ponsel Zyan berdering dan dia langsung melihat nama Melisa disana."Ah...shit," umpatnya memuat Zo dan Malik tertawa.Zyan menuju balkon kamar hotel itu untuk menjawab telpon kekasihnya. Disaat itulah Zo dan Malik mendekati Meera. Tapi Meera dan sifatnya yang selalu bersikap jutek. Zo bahkan mundur untuk menanya
"Zyan apa yang kau lakukan ?" tanya Meera sedikit bergetar ketika posisi mereka sangat dekat. Zyan memang menarik tubuh Meera lebih dekat dengannya. Zyan yang ditanya hanya diam, dia mengamati setiap inchi wajah Meera yang terus terang sangat menggoda terutama bagian bibir wanita itu.Satu pikiran waras untungnya masih membuat Zyan sadar akan atmosfir yang dia ciptakan dengan Meera. "Aku hanya memastikan jika yang kulihat ini bukan hantu," ucapnya dan Meera benar-benar kesal hingga merasa kepalanya mengeluarkan asap."Dasar Dajal," balas Meera lalu Zyan tertawa. Meera melepaskan tangan Zyan yang melingkar nyaman di pinggangnya.Zyan lalu bertanya apa yang Meera lakukan sehingga belum tidur, Meera mengatakan jika dia sudah tidur lalu terbangun karena ingin muntah. Muntahannya mengenai baju lalu dia memutuskan untuk mandi saja. Lalu satu ajakan Zyan membuat Meera merasa tidak percaya jika Zyan akan menepati janjinya, Meera piki
Zyan membuka pintu kamar hotel, lalu dia tersenyum lebar melihat Meera sudah siap dengan dress yang dipilihkan Zia untuk Meera saat mereka di Labuan Bajo. Dress berwarna biru muda bermotif bunga kecil-kecil yang pas di bawah lutut Meera. Meera terlihat sangat manis saja."Zyan kenapa melihatku seperti itu ?" tanya Meera membuyarkan pikiran Zyan. Dia berjalan mendekat sambil masih tersenyum."Kau sudah siap ?" tanya Zyan dan Meera mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan mengganti pakaian." Meera mengangguk lagi lalu duduk di sofa sambil melihat ponselnya. Mengirim pesan di grup para geng PSK.Lama Meera menanti balasan dari para sahabatnya namun sepertinya semua sedang sibuk, tidak ada yang membalas pesannya. Padahal Meera jarang sekali membuka percakapan lebih dulu di grub chat mereka. Hingga Zyan sudah keluar dari ruang ganti dengan penampilan yang lebih santai."Ayo aku sudah siap," ajak Zyan dan Meera tersen
Udara sejuk di London dengan kombinasi penghangat ruangan yang ada dikamar hotel adalah perpaduan yang sangat membuat Meera nyaman untuk tidur. Dia meregangkan tubuhnya dan perlahan duduk. Mengusap mata perlahan Meera memegang belakang lehernya dan menguap, namun seolah ada yang memperhatikan Meera menoleh ke kanannya dan benar saja Zyan sedang memeperhatikan dirinya."Good Morning my queen," sapa Zyan dengan senyuman khas pria itu. Meera memberengut namun gagal karena ucapan Zyan. "Memimpikan apa tentang ku semalam ?" Meera kembali menatap kearah Zyan, dia mengingat-ingat dan ya tentu saja dia ingat semalam dia bermimpi."Apa maksudmu ?!""Ck, jangan berbohong aku punya buktinya." Zyan jalan mendekati Meera yang masih duduk di tempat tidur. Mata Meera melebar melihat layar ponsel Zyan. Dia melihat dirinya sendiri yang sedang menutup mata dan menyebutkan nama Zyan beberapa kali. "Jadi kau bermimpi apa ?"
Perjalanan yang sangat Panjang dan melelahkan meski Meera dan Zyan menaiki pesawat pribadi. Meera merasa perutnya sangat keram saat sudah tiba dikamar. Tepatnya kamar pangeran mahkota yang tak lain adalah Zyan. Meera kembali satu kamar dengan pria itu, namun dia sudah pasrah saja.Zyan masuk tiba-tiba lalu menarik tangan Meera untuk mengikutinya. "Zyan pelan-pelan perut ku sedang terasa keram." Zyan berhenti lalu tak lama langsung menggendong tubuh Meera."Hei Zyan, apa yang kau lakukan." Zyan tidak menjawab namun tak lama dia terkejut dengan indahnya sebuah ruangan megah yang sudah dihias banyak lampu-lampu kristal serta lilin dan bunga."Happy birthday," kata Zyan membuat Meera lagi terkejut dengan moment romantis yang tercipta. Zyan menurunkan Meera dari gendongannya lalu bisa Meera lihat sudah banyak orang yang ada diruangan itu ternyata.Meera melihat kearah Zyan yang tersenyum. Zira mem
Perjalanan yang sangat Panjang dan melelahkan meski Meera dan Zyan menaiki pesawat pribadi. Meera merasa perutnya sangat keram saat sudah tiba dikamar. Tepatnya kamar pangeran mahkota yang tak lain adalah Zyan. Meera kembali satu kamar dengan pria itu, namun dia sudah pasrah saja.Zyan masuk tiba-tiba lalu menarik tangan Meera untuk mengikutinya. "Zyan pelan-pelan perut ku sedang terasa keram." Zyan berhenti lalu tak lama langsung menggendong tubuh Meera."Hei Zyan, apa yang kau lakukan." Zyan tidak menjawab namun tak lama dia terkejut dengan indahnya sebuah ruangan megah yang sudah dihias banyak lampu-lampu kristal serta lilin dan bunga."Happy birthday," kata Zyan membuat Meera lagi terkejut dengan moment romantis yang tercipta. Zyan menurunkan Meera dari gendongannya lalu bisa Meera lihat sudah banyak orang yang ada diruangan itu ternyata.Meera melihat kearah Zyan yang tersenyum. Zira mem
Perjalanan yang sangat Panjang dan melelahkan meski Meera dan Zyan menaiki pesawat pribadi. Meera merasa perutnya sangat keram saat sudah tiba dikamar. Tepatnya kamar pangeran mahkota yang tak lain adalah Zyan. Meera kembali satu kamar dengan pria itu, namun dia sudah pasrah saja.Zyan masuk tiba-tiba lalu menarik tangan Meera untuk mengikutinya. "Zyan pelan-pelan perut ku sedang terasa keram." Zyan berhenti lalu tak lama langsung menggendong tubuh Meera."Hei Zyan, apa yang kau lakukan." Zyan tidak menjawab namun tak lama dia terkejut dengan indahnya sebuah ruangan megah yang sudah dihias banyak lampu-lampu kristal serta lilin dan bunga."Happy birthday," kata Zyan membuat Meera lagi terkejut dengan moment romantis yang tercipta. Zyan menurunkan Meera dari gendongannya lalu bisa Meera lihat sudah banyak orang yang ada diruangan itu ternyata.Meera melihat kearah Zyan yang tersenyum. Zira mem
Perjalanan yang sangat Panjang dan melelahkan meski Meera dan Zyan menaiki pesawat pribadi. Meera merasa perutnya sangat keram saat sudah tiba dikamar. Tepatnya kamar pangeran mahkota yang tak lain adalah Zyan. Meera kembali satu kamar dengan pria itu, namun dia sudah pasrah saja.Zyan masuk tiba-tiba lalu menarik tangan Meera untuk mengikutinya. "Zyan pelan-pelan perut ku sedang terasa keram." Zyan berhenti lalu tak lama langsung menggendong tubuh Meera."Hei Zyan, apa yang kau lakukan." Zyan tidak menjawab namun tak lama dia terkejut dengan indahnya sebuah ruangan megah yang sudah dihias banyak lampu-lampu kristal serta lilin dan bunga."Happy birthday," kata Zyan membuat Meera lagi terkejut dengan moment romantis yang tercipta. Zyan menurunkan Meera dari gendongannya lalu bisa Meera lihat sudah banyak orang yang ada diruangan itu ternyata.Meera melihat kearah Zyan yang tersenyum. Zira mem