Share

07. Aku Tidak Berguna Lagi?

Halaman belakang kediaman Grim begitu indah dan segar. Banyak sekali bunga-bunga mawar putih tumbuh subur membentuk pagar alami yang memisahkan rumah itu dengan hutan di belakangnya.

Indah sekali. Pemandangan ini membius mata Elora. Ia tidak pernah melihat sesuatu yang seindah ini.

Ada meja-kursi taman yang terbuat dari besi berlapis perak ada di dekat situ.

Damio menarik salah satu kursi sambil mempersilakan, "silakan."

Elora menatapnya. Dia baru sadar, sejak kemarin, sikap Damio makin membaik. Dia diperlakukan seperti seorang Lady, padahal dia hanyalah vampire asing.

"Terima kasih." Dia duduk di kursi yang dipilihkan oleh Damio. Agak gugup.

Damio tersenyum tipis.

Melihat senyuman seorang bangsawan itu, Elora jadi tegang. Ini tidak masuk akal. Kenapa Damio tampan sekali? Tidak adil. Apa dia reinkarnasi dewa?

Damio bertanya, "Kenapa melihatku terus begitu?"

"Kamu yang melihatku terus," balas Elora masih gugup.

Obrolan mereka terhenti akibat kedatangan kepala pelayan, Haervis, yang mendorong nampan berisi beberapa cangkir serta teko berisi teh yang sudah siap.

Haervis menyajikan teh untuk mereka berdua sambil berkata, "saya menyiapkan teh yang anda minta, Tuan, Teh Earl Grey."

"Terima kasih." Damio menatap Elora, lalu bertanya, "kamu suka teh Earl Grey 'kan?"

Elora tidak paham dengan segala jenis teh. Satu-satunya yang dia tahu adalah teh kantong yang biasa ada di minimarket.

Damio tersadar. "Oh, aku lupa kamu ini vampire, Vampire hanya menyukai darah. Mereka tinggal di lembah-lembah atau tempat terpencil dan terbelakang. Mana tahu apa itu teh."

"Enak saja, aku tahu apa itu teh."

"Oh iya?"

Tanpa banyak bicara, Elora meminum teh. Ini pertama kali, dia minum teh yang aromanya begitu menenangkan. Teh-nya hambar, tetapi tetap terasa nikmat.

"Saat minum teh, kamu nikmati dulu aromanya, ini bisa membuat hati kamu jadi tenang," ucap Damio memperlihatkan cara menikmati teh yang baik dan benar.

Elora tak mengatakan apapun tapi meniru cara Damio minum teh. Dia bertanya-tanya, apa cara minumnya sudah benar? Apa caranya memegang cangkir benar? Apa dia tidak salah apapun?

Damio senyum-senyum lagi. Dia meminum tehnya dengan cara yang sangat elegan.

Elora tersadar terlalu loyo, lalu menegakkan punggung. Ia kembali minum teh. Semua yang dia lihat dari Damio, dia tiru. Tingkahnya sangat mirip anak-anak.

Damio menoleh ke Haervis, lalu memberi perintah, "tinggalkan kami sendiri."

"Baik, Tuan." Setelah mengatakan itu, Haervis segera meninggalkan tempat itu sambil mendorong nampan lagi.

Tanpa menoleh, Damio tahu sedang diawasi oleh pengawal pribadinya. Dia memberi perintah agak keras, "kamu juga, Fionnan, cepat pergi! Aku mau sendiri dengan Elora."

Elora kaget, melihat ke sekeliling. Tidak ada siapapun. Dimana Fionnan? Kenapa Damio bisa tahu kalau diawasi?

Damio menyindir halus, "kamu tidak sadar kalau diawasi, kamu ini vampire atau apa? Kenapa indera tubuh kamu tumpul sekali?"

"Aku sadar kok kalau diawasi."

"Oh iya?"

"Iya."

Damio tidak menjawab. Dia terus menikmati teh sambil senyum-senyum melihat Elora. Perasaannya sangat aneh.

Makin hari, dia makin tertarik dengan gadis vampire itu. Baru pertama kalinya, dia melihat ada vampire yang polos, lugu, dan juga konyol.

Dia berdiri, lalu berkata, "sebentar, aku mau berikan sesuatu untuk kamu."

"Sesuatu?"

"Sebentar ..." Damio berjalan ke arah kebun bunga mawar yang rimbunnya minta ampun.

Pria itu seolah lenyap tertelan masuk ke dalam kebun bunga. Iya, kelihatannya begitu— seluruh tanaman mawar disini sangat tinggi, sebagian juga merambat kemana-mana.

Elora agak cemas. Dia bicara sendiri, "Kenapa aku khawatir? Memangnya dia siapa? Aku dan dia hanya kerjasama ... Tidak ada hubungan, tapi sebentar ..."

Wajahnya tertunduk lesu, baru sadar— kalau kutukan Damio sudah lenyap, kalau musuh sudah tidak ada, lantas, apa gunanya kerjasama ini?

Apa itu artinya dia sudah tidak berarti untuk Damio?

Tidak berguna artinya mati?

Kerjasama terbentuk jika menguntungkan kedua bela pihak. Sekarang, nyawa Damio tak terancam lagi, artinya tak butuh informasi apapun.

Elora meneguk ludah. Dia mendadak takut. Apa mungkin Damio barusan sangat baik, mengajaknya minum teh, itu karena untuk dieksekusi?

Apa pria itu ingin membuatnya lengah, sehingga gampang dibunuh? Atau malah mungkin pria itu pergi untuk memanggil tentara kerajaan, lalu menangkapnya?

Dia sudah tak ada artinya lagi, untuk apa dibiarkan hidup?

"Aku ... aku harus kabur," ucap Elora merinding. Di kepalanya penuh akan pemikiran buruk.

Tetapi, baru saja dia hendak berdiri, sebuah tangan menahan bahunya dari belakang.

Damio. Tahu-tahu, pria itu sudah datang. Dia berbisik, "mau kabur kemana, Vampire Kecil-ku?"

"Aku ... Aku ..."

"Aku tidak akan membiarkanmu kemanapun."

Elora meneguk ludah, takut dan tegang, tak berani menoleh. Apa jangan-jangan ada mata pedang yang menodong tengkuknya sekarang?

Tiba-tiba, Damio mengulurkan tangannya ke depan, menunjukkan apa yang dia genggam. Setangkai bunga mawar merah.

Ketegangan yang dirasakan Elora sirna sudah. Dia bingung, "Apa ini?"

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
udah tau itu bunga, kenapa tanya apa? .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status