Share

Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku
Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku
Author: Diganti Mawaddah

1. Obat di Laci Lemari Pembantuku

last update Huling Na-update: 2024-01-22 10:57:05

"Esti, baterai jam dinding kamu simpan di mana?" tanyaku pada Esti yang tengah memasak sarapan.

"Oh, ada di laci k4mar saya, Bu. Sebentar saya ambilkan."

"Biar aku saja. Kamu lagi goreng ayam, nanti malah ayamnya gosong." Aku tersenyum. Pembantu yang sudah setahun bekerja di rumahku ini menurutku sangat baik dan patuh. Tentu saja aku cocok dan aku berharap Esti mau lama bekerja padaku.

"Maaf, jadi merepotkan Ibu," balasnya dengan setengah membungkuk. Aku mengibaskan tangan. Pintu kamar belakang tempat Esti tidur, aku buka perlahan. Aroma pewangi setrikaan langsung masuk ke hidungku. Esti memang menyetrika di kamarnya, karena ada kipas angin yang menempel di langit kamarnya. Gak gerah jadinya, itu kata Esti.

Aku membuka laci lemari untuk mencari baterai jam. Namun, aku mengerutkan kening saat melihat ada satu papan k4psul dan juga dua jenis t4blet. Esti s4kit apa? K4psul isi sepuluh itu, tersisa lima lagi. Berarti Esti sudah meminumnya. Begitu juga dengan dua jenis obat lainnya yang angkat tidak familiar namanya.

Baterai jam dinding yang aku perlukan sudah aku dapatkan. Esti sedang mengul3k sambal favoritku dan juga suamiku, saat aku menghampirinya

"Ketemu gak, Bu?" tanyanya.

"Ketemu." Aku memperlihatkan dua buah baterai di tanganku.

"Kamu s4kit ya, Es?" gadis itu berhenti tiba-tiba. Lalu berbalik menatapku.

"Gak, Bu, kenapa?"

"Ada banyak ob4t di laci lemari kamu. Itu ob4t apa?" mulut Esti setengah terbuka dan bola matanya pun ikut membesar. Aku bisa membaca raut keterkejutan pembantuku itu.

"Kalau sakit, harusnya kamu bilang aku," kataku lagi. Esti menggelengkan kepalanya.

"Bu, i-itu vitamin dan obat k-kol3strol."

"Oh, vit4min dan ob4t kol3sterol. Aku kira kamu punya sakit serius. Kalau kamu sakit, kamu bilang aku ya. BPJS kamu udah aku bayarkan gak pernah telat loh."

"Iya, Bu, terima kasih banyak. Saya memang umurnya aja yang muda, Bu. Tapi tenaga saya jomp0." Aku tertawa mendengar komentarnya.

"Ya sudah, siapkan cepat ya. Aku dan suamiku mau berangkat ke kantor bareng hari ini." Esti mengangguk paham. Aku pun masuk ke dalam kam4r untuk mengganti handuk piyama ini dengan baju kerja. Su4miku keluar dari kamar mandi dengan tu6uh yang segar. Tubuhnya atletis dengan tinggi dan berat proporsional.

"Apa kamu gak bosan merhatiin aku sampe gak kedip?" tanya mas Galih sambil memeluk pingg4ngku.

"Su4miku terlalu tampan. Sampai-sampai aku gak berani pasang foto kamu di status." Mas Galih tertawa. Ia melepas p3lukannya setelah mendaratkan kecupan tipis di bibierku.

"Mas, tolong baterai jam dinding diganti dulu sebelum kamu berangkat ya?" Mas Galih mengangguk. Suamiku berganti pakaian dengan cepat.

"Mas, tadi aku menemukan banyak ob4t di laci lemari Esti."

Byur!

Su4miku menyemburkan teh hingga mengenai seragam kerjaku.

"Mas, bajuku kot0r lagi nih! Kamu kenapa?" aku setengah kesal. Entah kenapa aku malah duduk di depannya, sehingga menjadi sasaran s3mburan air teh.

"Apa kamu bilang tadi? Aku gak denger." Mas Galih memukul d4danya berkali-kali, hingga aku tidak tega dan memberikan segelas air putih untuknya.

"Ada banyak ob4t di laci lemari Esti. Aku baru tahu kalau itu vitamin dan ob4t kol3sterol."

"Huk, i-iya, terus masalahnya apa?"

"Esti gak terlihat kayak sakit, ternyata di sakit, Mas. Untunglah gak serius! Ck, aku ganti kemeja lagi nih, tungguin ya." Suamiku mengangguk. Aku bergegas masuk ke kam4r untuk berganti pakaian. Lalu keluar lagi dan melihat mas Galih sudah selesai sarapan. Aku melanjutkan sarapan yang tadi sampai isi di piringku habis. Mas Galih juga gak berkomentar lagi soal obat Esti. Suamiku memang terkenal dingin pada wanita lain.

"Esti, aku dan su4miku berangkat!"

"Oh, iya, Bu. Hati-hati di jalan." Esti menunduk. Ia memang seperti itu bila di depan su4miku. Sungkan katanya, sehingga ia tidak berani mengangkat wajahnya. Bicara juga seperlunya saja. Gadis berusia dua puluh tahun itu pun menutup pintu pagar setelah mobil suamiku keluar dari pekarangan.

Jalanan ibu kota selalu saja padat merayap. Apalagi pada jam kerja seperti ini. Mau lewat tol atau jalan biasa, rasa gemas dan kesalnya sama saja. Sama-sama melelahkan menghadapi kemacetan.

"Hari ini aku ada meeting sampai jam sembilan, Mas. Kalau kamu juga lembur, kamu jemput aku ya."

"Oke, Tuan Putri. Semangat kerjanya ya." Mas Galih menciyum bibi3rku sebelum aku keluar dari mobil. Ia menurunkan aku di lobi utama kantor, setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke kantornya yang searah dengan kantorku. Hanya berjarak dua kilometer saja.

Hari ini aku memimpin rapat laporan keuangan per tiga bulan perusahaan. Sejak pagi hingga siang, aku terus bicara di depan orang banyak hingga kehabisan energi. Timku sudah lebih dulu makan siang, karena salah satu anggota kami adalah yang pengantin baru dan baru saja kembali dari cuti menikah.

"Bu, bagaimana?" tanya Sarah.

"Kalian ini, masa senang-senang gak ajak saya," kataku dengan wajah cemberut.

"Maaf, Bu, soalnya jam makan udah kelewat he he he ...." jawaban Rubi membuatku tertawa. Aku pun memesan makan siang sambil bercakap-cakap ringan dengan timku.

"Dapat kado dari mana, Rubi?" tanyaku pada sang Pengantin baru. Di tangannya, Rubi memegang sebuah kotak yang dibungkus kado.

"Ini, Bu, dari temen-temen. Udah saya buka. Pada iseng banget mereka." Aku mengerutkan kening sambil ikut tertawa.

"Kadonya apa?" Rubi mengeluarkan isi kotak yang bungkusnya sudah setengah ia buka.

"Apa ini?" tanyaku heran, tetapi aku seperti tidak asing dengan benda yang kini ada di tanganku. Mirip dengan t4blet yang ada di laci Esti.

"Kalian kasih kado pengantin ob4t kol3sterol?" tanyaku sambil terkekeh geli.

"Bu, itu bukan obat kolesterol, tapi obat kuat pria. Rubi pengantin baru, jadi su4minya pasti butuh ini. Ini juga ada macam-macam, Bu. Apa Ibu mau juga buat ayang di rumah?"

"Hah, apa? Obat kuat pria?" saat itu juga aku merasa jantungku berhenti berdetak. Ob4t ini seperti milik Esti

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   138. Keputusan Alma

    Part 34.Pagi hari sebelum berangkat bekerja Brian menyempatkan diri untuk berbicara dengan Baim. Di meja makan kini hanya tinggal mereka berdua sementara yang lain sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Mas?" Brian menyapa. Baim menoleh, seraya menaikkan alisnya menatap Brian. "Kenapa?" Pria itu menyahut, kemudian menyendok sarapan miliknya. "Aku harus tahu di mana Alma sekaran. Mama minta aku cari dia." Brian mengatakan alasan dari pertanyaannya. Baim menatap sekilas, memperhatikan sang adik dengan seksama. "Jadi kamu nyari cuman karena Mama nyuruh kamu?""Ya nggak gitu, aku kan tetap harus tahu karena Alma itu juga istri a—" "Mantan istri kamu." Baim mencoba mengingatkan. "Aku cuman mau Mas kasih tahu dia di mana sekarang?" Brian menekankan, karena ia tak mau lagi berbasa-basi. Yang ditanya menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan ke dapur untuk meletakkan piring makan dan mencuci. "Lagian kamu ngapain nyari dia? Lagian rasanya, Alma juga lebih bahagia tanpa kamu." Sa

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   137. Diusir

    Pasti anak yang dikandung Alma adalah anak Brian. Gak mungkin anak orang lain. Siap! Aku benar-benar dibohongi! Felisa pulang dengan keadaan hati yang panas. Disaat ia baru berbaikan dengan suaminya, meskipun belum seperti dulu, tapi ia berusaha sabar. Pikiran Felisa sama sekali tidak bisa tenang. Terkejut juga, ternyata hubungan Alma dan Brian bukan seperti apa yang ada dalam pikirannya. Hubungan mereka berdua sudah lebih jauh dari itu, apalagi ada benih Brian dalam kandungan Alma."Lo kenapa sih Fel? Habis balik dari toilet kok kayaknya nggak tenang banget?" Bella bertanya pada Felisa. "Nggak apa-apa sih, Kita balik aja yuk. Gue bener-bener lagi bad mood nih."Keduanya kemudian memutuskan untuk kembali pulang. Rencana untuk bersenang-senang dan berbelanja sirna sudah. Felisa melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen. Hari sudah cukup sore dan sepertinya Brian juga sudah tiba. "Udah pulang kamu?" Brian bertanya ketika mendengar suara pintu yang terbuka. "Iya," jawab Felisa ke

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   136. Bertengkar

    "Mana istri kamu itu?" tanya Kikan kesal pada Brian yang baru saja kembali dari kantor polisi. Felisa benar-benar menguji dirinya. Malam tadi ternyata Felisa ditangkap dan ditahan oleh kepolisian setelah berpesta dengan beberapa temannya di klub. Dan Brian yang bertanggung jawab untuk itu. Setelah menyelesaikan urusannya di kantor kepolisian, Brian meminta Felisa untuk kembali ke apartemen. Sementara itu harus kembali ke rumah. "Dia ada di apartemen Ma." Brian menjawab malas. Kikan kesal, tidak habis pikir dengan kelakuan Felisa seperti itu. "Ada-ada aja, nggak ada yang benar dari istri kamu itu. udah pakaian nggak sopan, tingkah lakunya juga kayak gitu. Kamu itu suka dia dari mananya sih?"Brian sudah cukup kesal dan lelah dengan kelakuan Felisa hari ini. Dia juga rasanya sangat malas untuk menanggapi perkataan sang mama. "Udah ya ma, aku mau ke kamar."Brian kemudian melangkahkan kakinya ke kamar. Pria itu duduk di tempat tidur memikirkan apa yang seharusnya dilakukan setelah ini

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   135. Pakaian Terbuka Felisa

    “Aku ke bawah duluan. Kamu nyusul aja kalau udah selesai,” kata Brian dari luar pintu toilet.Di dalam kamar mandi Felisa sedang membersihkan dirinya. Selesai mandi, ia berjalan keluar menggunakan pakaian daster midi super seksi, menunjukkan lekuk tubuh dan juga potongan yang pendek.Saat Felisa melangkahkan kakinya menuju meja makan membuat Baim, Maura, dan Batara— ayah mertuanya menatap dengan tatapan tak enak. Untung saja saat ini Kikan sedang berada di luar entah bagaimana reaksinya ketika melihat pakaian Felisa.“Maaf terlambat, aku habis mandi.” Felisa mengatakan dengan tak enak. Semua yang berada di sana mencoba mengalihkan pandangannya dari Felisa. Baim awalnya biasa saja, tapi akhirnya dia memutuskan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Lalu disusul oleh Batara, yang melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan. Keduanya merasa tak nyaman sebagai laki-laki. “Makanya, kamu tuh kalau di sini pakai bajunya yang lebih sopan gitu loh.” Itu adalah suara Maura. Maura kemudi

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   134. Rasakan!

    Setelah kemarin mengucapkan talak, Brian merasa lega. Setidaknya hubungannya dengan Felisa kini tidak perlu ditutupi lagi. Pagi ini bahkan bersiap untuk ke pengadilan, akan mengajukan gugatan cerai kepada Alma.Sarapan pagi di meja makan terasa sunyi. Semua diam tak ada yang berbicara dengan Brian. Mereka semua kesal dengan kelakuan Brian, sementara Brian memilih tak peduli dan makan sarapan paginya seperti biasa. "Kalau kalian semua mau musuhin aku nggak apa-apa. Aku anggap ini sebagai pembayaran dosa Aku karena sudah bersikap seenaknya." Brian bertutur. Baim dan Maura sama-sama berdecak dan menggelengkan kepalanya. Benar-benar tak menyangka kalau Brian berani berkata seperti itu."Kamu tuh bener-bener nggak ada rasa bersalahnya ya?" Maura bertanya kesal kepada sang adik. Saat itu ia mendapatkan senggolan dari Baim meminta Maura untuk diam saja"Jangan lupa habis makan semua cuci piring sendiri, ingat lagi nggak ada bibi." Itu suara Baim yang memberitahu kepada yang lain.Saat ini

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   133. Baim Mencari Alma

    Setelah bertemu dengan Pak Rahmat membuat Brian sedikit kesal karena dia dipukuli oleh pria itu. Meskipun ada perasaan lagi karena telah menolak dalam perjalanan beliau memutuskan untuk mampir ke sebuah klinik, mengobati luka-luka yang ia dapatkan lagi bolgem mentah dari Pak Rahmat"Emangnya habis berantem sama siapa Pak?" tanya dokter yang menangani Brian. Brian tentu saja akan malu jika dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. bahwa mukanya babak belur karena dihajar oleh ayah mertuanya . "enggak, ini saya tadi jatuh, kepleset di tangga."Sang dokter hanya tersenyum saja melihat apa yang dikatakan oleh Brian. tentu saja dia sudah mengetahui, kalau Brian itu biji dipukuli dan bukan terjatuh.Bryan sedikit menjerit ketika sudut bibirnya yang robek diobati oleh dokter. Agak sedikit malu sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi luka itu benar-benar sakit saat sedang dibersihkan oleh dokter."Aduh, hati-hati dok, itu tadi kena meja waktu saya jatuh."Sang dokter menganggukan kepalanya "sa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status