Share

8. Ijin Pulang Kampung

last update Last Updated: 2024-01-23 09:45:24

Esti ijin pulang kampung, sedangkan suamiku ijin keluar kota. Sebuah kebetulan yang semakin membuatku yakin bahwa mereka bermain nak4l di belakangku. Baiklah, aku akan memergoki kalian!

Part 8

"Aku berangkat ke bandara sekarang saja," katanya sambil bergerak turun dari ranjang. Napasku masih lagi naik turun karena kelelahan, sehingga tidak mampu menyahut ucapannya. Rasanya beda karena suamiku bisa bermain lebih lama. Ini seperti bukan dirinya dan bukan seperti biasanya.

"Ini masih siang dan kamu belum makan ikan pesmol pesanan kamu, Mas," kataku.

"Ada yang harus aku siapkan untuk meeting besok."

"Kamu gak capek? Kamu sangat berbeda hari ini." Langkahnya terhenti di ambang pintu kamar mandi.

"Tidak, aku merasa biasa saja. Aku duluan bersih-bersihnya ya." Aku mengangguk dan tidak berniat menjawab. Seluruh tubuhku terasa sakit. Tulang ini serasa lepas dari tempatnya karena satu jam bersama Mas Galih. Aku benar-benar tidak bisa bangun dibuatnya.

"Mas bantu aku ke kamar mandi," kataku setengah memohon.

"Aku sudah bilang, Sayang, jangan membuat aku marah." Aku mengangguk. Mas Galih menggendongku ke kamar mandi, bahkan ia membantu membilas badan ini. Suamiku kembali seperti sedia kala dan ternyata memang aku yang berpikir terlalu berlebih-lebihan. Suamiku mencintaiku dan ia tidak pernah menolak jika aku sedang ingin bersamanya.

Selesai mandi, kami pun makan. Semua hidangan sudah tertata rapi di meja. Namun, aku tidak melihat Esti.

"Bu, Pak," panggil wanita itu tiba-tiba, hingga aku dan Mas Galih menoleh serentak.

"Ada apa?" wajah Esti nampak basah. Ia seperti habis menangis.

"Bu, Pak, saya ijin pulang kampung. Bapak saya masuk rumah sakit dan saat ini tidak sadarkan diri. Apa saya boleh ijin dua atau tiga hari?" aku menoleh pada suamiku.

"Boleh saja karena saya rasa, pekerjaan rumah tidak terlalu banyak jika kamu hanya ijin satu atau dua hari. Jangan lebih ya, karena kalau lebih dari tiga hari, kamu akan saya potong gajinya. Paham!" Jawab suamiku sok bijak.

"Baik, Pak, Bu, terima kasih. Mm ... satu lagi, Pak, Bu, apa s-saya boleh kasbon?"

"Berapa?" tanyaku.

"Dua juta sampai tiga juga kalau ada, Bu. Kalau tidak ada segitu, berapa aja buat tambahan beli obat bapak saya." Esti masih menunduk.

"Satu juta, gimana?" tanyaku. Esti mengangguk sambil tersenyum.

"Terima kasih, Bu. Saya ijin merapikan pakaian."

"Tunggu, kamu mau naik apa?" tanya suamiku. Esti mengentikan langkah, kembali menoleh kepada kami berdua.

"Saya naik ojek online, Pak."

"Kamu bareng saya saja. Saya naik taksi online. Kamu rutenya stasiun kan?"

"Iya, Pak, saya mau ke stasiun, tapi gak papa saya bisa naik ojek saja. Jangan merepotkan Bapak dan Ibu." Aku hanya jadi pendengar yang baik saja, saat majikan lelaki dan ART yang masih dalam pantauanku ini bercakap-cakap. Karena aku sudah memutuskan untuk memergoki keduanya dengan caraku. Aku tahu pasti ada yang tidak beres diantara Mas Galih dan Esti, hanya saja aku belum punya cukup bukti.

"Aku gak setuju kamu antar Esti ke stasiun! Biarkan Esti naik ojek online saja. Jangan sampai pembantu diberi ruang untuk jumawa dan lupa diri!" Aku melirik sengit suamiku. Mas Galih hanya bisa diam, lalu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

"Aku berangkat, Sayang. Kamu hati-hati di rumah. Minta ditemani mama kalau kamu takut atau kamu nginep di rumah mama aja." Aku mengangguk paham. Mas Galih sambil membuang sampah ke tong sampah depan.

"Mobil kamu taruh di bandara?" tanyaku.

"Iya, biar aku gak repot. Gak jadi naik taksi ke bandara. Bawa mobil saja. Semoga aja sehari urusanku selesai. Jadi, bisa lebih cepat pulang. Dah, Sayang. Aku berangkat!" Aku meng3cup bibir suamiku sekilas, lalu melambaikan tangan mengantarnya keluar dari gerbang. Esti pun sudah pergi juga, malah ia sudah lebih dahulu pamitan.

Aku masuk ke dalam rumah. Tidak tahu harus melakukan apa di waktu akhir pekan seperti ini. Suami pergi, pembantu juga pulang kampung. Kemarin udah shopping, udah jajan di mall juga, tapi aku belum nonton. Ya, aku putuskan untuk menonton saja.

Aku pun mengganti pakaian. Hanya baju kaus warna merah muda, dipadupadankan dengan celana jeans. Tidak lupa aku mengikat rambutku model ekor kuda. Setelah rapi, aku memesan taksi online. Tujuanku adalah mall terdekat dari rumah yang memiliki bioskop.

Kring! Kring!

Aku mengerutkan kening saat suamiku melakukan panggilan.

"Halo, Mas, kenapa?"

"Kamu di mana?"

"Di rumah, tapi mau ke mall Ambara, mau nonton. Boleh ya?"

"Oh, tentu saja boleh, Sayang. Hati-hati di jalan ya."

"Oke, kamu juga." Aku menoleh ke pintu yang baru saja aku kunci. Ada hal yang hampir saja aku lupakan. Taksi pesananku masih dalam perjalanan, sehingga aku sempatkan untuk mengecek tempat sampah tadi. Hanya kertas struk belanja suamiku di minimarket sejuta ummat.

Eh, ini apa? Aku membuka plastik flip bening dan mengeluarkan isinya.

O-obat ini bukannya obat kuat yang ada di kamar Esti? Kemarin bukannya kata Esti sudah dibuang? I-ini malah tersisa dua tablet. Aku mengambil obat tersebut, lalu aku simpan ke dalam tas. Bukti semakin kuat, bahwa benar Mas Galih dan Esti main belakang. Aku akan memergoki mereka. Tunggu saja!

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   138. Keputusan Alma

    Part 34.Pagi hari sebelum berangkat bekerja Brian menyempatkan diri untuk berbicara dengan Baim. Di meja makan kini hanya tinggal mereka berdua sementara yang lain sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Mas?" Brian menyapa. Baim menoleh, seraya menaikkan alisnya menatap Brian. "Kenapa?" Pria itu menyahut, kemudian menyendok sarapan miliknya. "Aku harus tahu di mana Alma sekaran. Mama minta aku cari dia." Brian mengatakan alasan dari pertanyaannya. Baim menatap sekilas, memperhatikan sang adik dengan seksama. "Jadi kamu nyari cuman karena Mama nyuruh kamu?""Ya nggak gitu, aku kan tetap harus tahu karena Alma itu juga istri a—" "Mantan istri kamu." Baim mencoba mengingatkan. "Aku cuman mau Mas kasih tahu dia di mana sekarang?" Brian menekankan, karena ia tak mau lagi berbasa-basi. Yang ditanya menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan ke dapur untuk meletakkan piring makan dan mencuci. "Lagian kamu ngapain nyari dia? Lagian rasanya, Alma juga lebih bahagia tanpa kamu." Sa

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   137. Diusir

    Pasti anak yang dikandung Alma adalah anak Brian. Gak mungkin anak orang lain. Siap! Aku benar-benar dibohongi! Felisa pulang dengan keadaan hati yang panas. Disaat ia baru berbaikan dengan suaminya, meskipun belum seperti dulu, tapi ia berusaha sabar. Pikiran Felisa sama sekali tidak bisa tenang. Terkejut juga, ternyata hubungan Alma dan Brian bukan seperti apa yang ada dalam pikirannya. Hubungan mereka berdua sudah lebih jauh dari itu, apalagi ada benih Brian dalam kandungan Alma."Lo kenapa sih Fel? Habis balik dari toilet kok kayaknya nggak tenang banget?" Bella bertanya pada Felisa. "Nggak apa-apa sih, Kita balik aja yuk. Gue bener-bener lagi bad mood nih."Keduanya kemudian memutuskan untuk kembali pulang. Rencana untuk bersenang-senang dan berbelanja sirna sudah. Felisa melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen. Hari sudah cukup sore dan sepertinya Brian juga sudah tiba. "Udah pulang kamu?" Brian bertanya ketika mendengar suara pintu yang terbuka. "Iya," jawab Felisa ke

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   136. Bertengkar

    "Mana istri kamu itu?" tanya Kikan kesal pada Brian yang baru saja kembali dari kantor polisi. Felisa benar-benar menguji dirinya. Malam tadi ternyata Felisa ditangkap dan ditahan oleh kepolisian setelah berpesta dengan beberapa temannya di klub. Dan Brian yang bertanggung jawab untuk itu. Setelah menyelesaikan urusannya di kantor kepolisian, Brian meminta Felisa untuk kembali ke apartemen. Sementara itu harus kembali ke rumah. "Dia ada di apartemen Ma." Brian menjawab malas. Kikan kesal, tidak habis pikir dengan kelakuan Felisa seperti itu. "Ada-ada aja, nggak ada yang benar dari istri kamu itu. udah pakaian nggak sopan, tingkah lakunya juga kayak gitu. Kamu itu suka dia dari mananya sih?"Brian sudah cukup kesal dan lelah dengan kelakuan Felisa hari ini. Dia juga rasanya sangat malas untuk menanggapi perkataan sang mama. "Udah ya ma, aku mau ke kamar."Brian kemudian melangkahkan kakinya ke kamar. Pria itu duduk di tempat tidur memikirkan apa yang seharusnya dilakukan setelah ini

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   135. Pakaian Terbuka Felisa

    “Aku ke bawah duluan. Kamu nyusul aja kalau udah selesai,” kata Brian dari luar pintu toilet.Di dalam kamar mandi Felisa sedang membersihkan dirinya. Selesai mandi, ia berjalan keluar menggunakan pakaian daster midi super seksi, menunjukkan lekuk tubuh dan juga potongan yang pendek.Saat Felisa melangkahkan kakinya menuju meja makan membuat Baim, Maura, dan Batara— ayah mertuanya menatap dengan tatapan tak enak. Untung saja saat ini Kikan sedang berada di luar entah bagaimana reaksinya ketika melihat pakaian Felisa.“Maaf terlambat, aku habis mandi.” Felisa mengatakan dengan tak enak. Semua yang berada di sana mencoba mengalihkan pandangannya dari Felisa. Baim awalnya biasa saja, tapi akhirnya dia memutuskan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Lalu disusul oleh Batara, yang melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan. Keduanya merasa tak nyaman sebagai laki-laki. “Makanya, kamu tuh kalau di sini pakai bajunya yang lebih sopan gitu loh.” Itu adalah suara Maura. Maura kemudi

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   134. Rasakan!

    Setelah kemarin mengucapkan talak, Brian merasa lega. Setidaknya hubungannya dengan Felisa kini tidak perlu ditutupi lagi. Pagi ini bahkan bersiap untuk ke pengadilan, akan mengajukan gugatan cerai kepada Alma.Sarapan pagi di meja makan terasa sunyi. Semua diam tak ada yang berbicara dengan Brian. Mereka semua kesal dengan kelakuan Brian, sementara Brian memilih tak peduli dan makan sarapan paginya seperti biasa. "Kalau kalian semua mau musuhin aku nggak apa-apa. Aku anggap ini sebagai pembayaran dosa Aku karena sudah bersikap seenaknya." Brian bertutur. Baim dan Maura sama-sama berdecak dan menggelengkan kepalanya. Benar-benar tak menyangka kalau Brian berani berkata seperti itu."Kamu tuh bener-bener nggak ada rasa bersalahnya ya?" Maura bertanya kesal kepada sang adik. Saat itu ia mendapatkan senggolan dari Baim meminta Maura untuk diam saja"Jangan lupa habis makan semua cuci piring sendiri, ingat lagi nggak ada bibi." Itu suara Baim yang memberitahu kepada yang lain.Saat ini

  • Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku   133. Baim Mencari Alma

    Setelah bertemu dengan Pak Rahmat membuat Brian sedikit kesal karena dia dipukuli oleh pria itu. Meskipun ada perasaan lagi karena telah menolak dalam perjalanan beliau memutuskan untuk mampir ke sebuah klinik, mengobati luka-luka yang ia dapatkan lagi bolgem mentah dari Pak Rahmat"Emangnya habis berantem sama siapa Pak?" tanya dokter yang menangani Brian. Brian tentu saja akan malu jika dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. bahwa mukanya babak belur karena dihajar oleh ayah mertuanya . "enggak, ini saya tadi jatuh, kepleset di tangga."Sang dokter hanya tersenyum saja melihat apa yang dikatakan oleh Brian. tentu saja dia sudah mengetahui, kalau Brian itu biji dipukuli dan bukan terjatuh.Bryan sedikit menjerit ketika sudut bibirnya yang robek diobati oleh dokter. Agak sedikit malu sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi luka itu benar-benar sakit saat sedang dibersihkan oleh dokter."Aduh, hati-hati dok, itu tadi kena meja waktu saya jatuh."Sang dokter menganggukan kepalanya "sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status