Masuk[Mona Olisa:
Mana udah di transfer belum?Kok belum masuk?Marshaa....Jadi gak sih?Apa gue harus ngomong ke Bas?]Rentetatan pesan itu masuk ke ponselku di pukul sepuluh pagi. Bayangkan aku bahkan baru bisa terlelap di pukul enam setelah menahan sakit semalaman.Tapi Mona justru membombardir seolah aku memiliki hutang. Dengan kesal aku mematikan ponsel. Manusia waras mana yang sibuk memanfaatkan rasa sakit orang lain untuk mengambil keuntungan?"Sudah?""Kita bisa mulai lagi dari awal?"Bas mendengkus kasar, tapi tetap nurut dan memintaku memulai. "Bagian reffnya tolong lebih lantang, jangan bisik-bisik."Kami sedang di studio, sebelum masuk ke dapur rekaman, Bas ingin memastikan sendiri aku bisa bernyanyi, yang tentu saja amburadul. Berbekal sweater tebal, maskara, eyeliner, aku pun melakukan yang dia perintahkan. Mulai merekam.Lagu itu berjudul 'Katakan Cinta.' Memang terdengar agak cringe kalauTidak, tidak, tidak.Aku melotot ketika satu per satu kru nurut, menjauh dari kolam renang. Ini sama sekali tidak adil. Kenapa mudah bagi Bas untuk memberi perintah? Dan anehnya semua langsung patuh. Bahkan Mas Danu menyunggingkan senyum keji dari bean bag di pinggir kolam. Dia bangkit, mengambil gelas berisi winenya lalu dengan tenang berkata."Selamat bersenang-senang, kids."Kamera yang super besar dan berkilo-kilo itu ditarik mundur. Kabel-kabel digulung dengan hati-hati, lighting dipindahkan.Jantungku berdegup kencang saat merasakan Bas menarikku ke sisinya. Ya ampun, dia mau apa?"CCTV hidup," peringatku."Kamu belum pernah melakukan hal yang tidak senonoh dan direkam, kan?"Mataku melotot. Kalau kalian ingat Jason Mamoa ketika menjadi Aquaman. Begitulah Bas di mataku sekarang, bedanya dia lebih kelihatan muda. Bagaimana aku tidak terintimidasi?"Kak, aku minta maaf." Akhirnya kupilih
"Kopi?""Aku nggak minum kopi, Kak.""Panggil Noah aja, aku ngerasa tua.""Bukan karena aku istri palsu Bas?"Dia tergelak tanpa suara. "Walaupun kamu bukan istri Bas, tapi kamu adik Gumi, jadi sama aja kita tetap saudara." Akhirnya Noah mengulurkan air mineral botol.Di sini, di tempat pasien berlalu lalang, di bawah pohon rindang, kami duduk bersama. Tadinya aku ingin langsung pulang, tapi Noah mengajak melipir sebentar, aku nurut saja, merasa butuh tempat untuk menarik napas sejenak."Waktu kamu sakit, aku sempat datang ke studio kalian. Saat itu kita belum kenalan, tapi aku agak kaget karena kamu mau tidur sama Bas, padahal kalian dalam proses cerai." Noah memulai. Aku suka dengan caranya yang tanpa basa-basi. "Terus aku mikir, yah, mungkin kalian sudah baikan. Bas kelihatan berharap. Waktu dia nikah, aku cuma datang sebentar saat akad karena ada operasi, kesan aku buat Gumi, she's so adorable. Tipikal perempuan yang disukai
Karena harapan itu jatuh dalam sekejap."Kembali ke kontrak awal, enam bulan, sekarang sudah berjalan tiga bulan. Menurut dokter Gumi butuh therapy. Dia belum bisa menggunakan anggota tubuhnya. Jalan masih susah, pegang pena aja harus diajarin ulang. Butuh waktu lama bagi Gumi untuk pulih. Perkiraan kami bisa memakan waktu berbulan-bulan, jadi Marsha Sadipta," tekan Bas dalam-dalam. "Bisa tetap di sini melanjutkan karir Gumi.""Gue setuju." Ghozali menyahut cepat. "Marsha yang berjuang sama kita dari awal. Jadi nggak ada yang perlu dirubah karena toh, secara teknis dialah gitaris The Blues yang asli. Salahnya dia hanya, Marsha memakai identitas orang lain. Kalau soal kualitas, dia nggak kalah kok. Lihat sendiri gimana hasilnya, kan?""Tapi di sana juga masalahnya loh." Rigen menyahut. Dia meliriku sangsi. "Ini bukan gue benci sama lo Gum, eh, Sa. Tapi pemalsuan identitas itu lumayan fatal, karena Gumi udah diterima jadi anggota, kalau Marsha yang datang, b
"Keadaan Gumi nggak bisa langsung membaik dalam satu, dua hari. Dia belum stabil, jadi kamu tetap harus tanggung jawab dengan kontrak kerja kamu." Bas melirik ke arah koperku. "Simpan itu. Setelah semua yang terjadi, nggak mungkin kamu kabur gitu aja."Hidungku kembang kempis, namun aku nurut. Ghozali tampak puas melihat benda itu kumasukkan kembali dalam lemari."Kita diskusi di bawah," katanya.Alis Bas mengerut, dia menyentuh lengan Ghozali yang akan keluar. "Lo udah tau?"Bisa kulihat wajah pria itu berubah keras ketika Ghozali mengangguk. Bibirnya tersenyum sinis sebelum semburan sumpah serapah keluar. Aku sampai memejamkan mata. "Brengsek, jadi di antara kita cuma gue yang nggak tau?""Ini cuma kebetulan, Bas. Marsha nggak pernah cerita apa-apa," tegas Ghozali. "Mending kita bahas di bawah."Sebagai permulaan, Ghozali berjalan lebih dulu di depan. Bas menggeleng samar. Dia memandangku dengan berang, tatapannya persis sepert
"Kamu bodoh, benar-benar bodoh, dari dulu kamu nggak bisa apa-apa sih, harusnya kamu diam aja dan nggak usah ngomong atau cari alasan. Ini kenapa kamu malah pasrah, Sa?"Aku memejamkan mata dengan bentakan Mama. Beliau sepertinya baru dikabari pihak rumah sakit mengenai keadaan Gumi yang terbangun. Bukannya bersyukur beliau malah menyempatkan untuk memarahi aku perkara Bas."Kalau begini tamatlah riwayat kita berdua. Kamu nggak paham siapa yang lagi dihadapi? Bas. Bas Sangkara. Astaga Marsha, dia bisa nyeret kita ke penjara." Mama kembali misuh-misuh.Aku menghela napas sabar. "Ma, aku juga udah capek cari-cari alasan terus. Lagian Bas bukan orang tolol. Dia udah sadar aku bukan Gumi dari pertama lihat aku. Kalau terus-terusan nyamar, itu malah bikin kita ngebodohin diri sendiri, Ma.""Itulah kenapa Mama bilang, kamu sabar sedikit. Kamu pikir cuma kamu yang capek? Kamu pikir Mama selama ini liburan? Mama pontang panting cari pinjaman ke sana ke si
Kamu tahu adegan film di saat dunia terasa melambat. Seperti tiba-tiba jarum jam berhenti berdetak, suasana hening, pandangan menyempit dan hanya dia.Itulah yang kurasakan.Bas menoleh, dia langsung menyadari kehadiranku. Selama mengenalnya ada banyak ekspresi Bas yang sudah kusaksikan. Mulai dari mengamuk, bahkan sampai dia malu-malu di kamar. Tapi tidak pernah kulihat wajahnya dalam kombinasi rasa marah dan kecewa seperti ini. Dan itu membuatku seketika gemetar.Kutelan ludah susah payah selama berjalan mendekat, aku ingin bertanya apa yang dia lakukan di sini? Tapi sudah jelas, Bas telah mengetahui semuanya."Kamu udah lama?" tanyaku pelan."Dua hari."Jadi selama ini dia tidak di Bandung melainkan menemani Gumi?Aku sudah kalah."Nggak ada yang mau kamu katakan? Kamu bilang bisa menjelaskan."Mataku sudah panas, dan ingin bersimpuh di kakinya memohon pengampunan. "Bas, Gumi udah koma dari tiga bula







