Share

BABAK BELUR

ADNAN

Dengan menahan getaran di dada aku menghampiri keduanya. Aku mencium tangan Ibu dan menjabat tangan kakak lelaki Rida. Lepas itu kupersilakan kembali keduanya duduk.

“Rida dan anak-anak mana? Panggillah, mama kangen banget!”

Kalimat perintah tersebut seperti sebuah letusan senjata api di telingaku. Tungkai kaki mendadak jadi lemas membayangkan aura kemarahan mereka jika tahu yang sebenarnya.

Sialan tangan ini, kenapa harus bergetar. Kuletakkan tangan di pinggir paha agar tak terlihat getarannya.

“Minum dulu Mah, Bang!” tawarku setelah bi Asih meletakkan jamuan. Wanita ini tanpa harus disuruh, sudah melakukan tugasnya. Ia pun undur diri beberapa menit kemudian.

Sepertinya mereka memang haus. Pastilah sebab perjalanan dari bandara ke rumah ini cukup jauh. Apalagi sebelumnya telah mengudara selama dua jam di angkasa. Belum lagi perjalanan dari rumah mama menuju bandaranya. Panjanglah perjalanan itu.

“Kok, mama gak bilang dulu kalau mau dat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status