WANITA KEDUA 9 Oleh: Kenong Auliya ZhafiraSabahat itu akan selalu dengan mudah merasakan perbedaan pada orang terdekat apabila telah terjadi sesuatu. Bukan hanya sekadar ingin tahu atau penasaran, tetapi memang ada kepedulian yang mendasari ikatan persahabatan. Apalagi jika semua pernyataan diri dibarengi kenyataan yang tepat di hadapan. Hal itu jelas semakin menambah pikiran berkelana lebih luas. Yula masih mencoba menerka apa yang kini tengah terjadi. Di mana pria yang memiliki kuasa penuh atas swalayan memberi peringatan kedua kali pada Thifa—sahabatnya. Rasa peduli dan takut hal buruk terjadi seakan berlomba memperebutkan siapa yang akan menjadi penguasa hati. “Thifa ... emangnya tadi pagi kamu kenapa? Kamu buat kesalahan tadi?” bisik Yula pada wanita yang masih memasang wajah setengah gugup. Akan tetapi, Thifa tidak menjawab dan hanya fokus pada pria yang menatapnya dengan wajah serius tapi tetap memiliki kharisma. Lian yang merasa butuh jawaban mengulangi pertanyaannya, “Ka
WANITA KEDUA 10 Oleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalin sebuah ikatan pada hati yang tidak semestinya memang dipastikan hanya mendapat luka dan air mata. Ancaman kehilangan atau pun ditinggalkan akan bisa seperti kematian yang mengintai nyawa di setiap ujung napas. Bahkan, muara yang kadang menjadi impian dari akhir sebuah hubungan bisa saja tidak pernah ada. Hanya hati terpilih dari Tuhan jika ada yang mampu menjalani kisah terlarang tanpa arah, tetapi tetap berserah dan tidak menyerah. Akan tetapi, rasa takut kehilangan akan selalu terbawa di setiap jejak langkah.Ya, Thifa pasti tahu semua kemungkinan terburuk untuk kisahnya sendiri yang menumbuhkan bunga di tempat tidak seharusnya. Rasa takut kehilangan pun memang selalu mengalir bersama aliran darah hingga urat nadi. Apabila seorang Aksa pergi bisa dipastikan hidupnya pun tidak akan baik-baik saja. Wanita yang tidak memungkiri rasa takut itu menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca. “La ... aku mencintai Mas Aksa dari hati. Ak
WANITA KEDUA 11 A Oleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang sebuah hubungan yang disembunyikan rapat tidak ingin membuatnya terbuka begitu mudah pada setiap orang. Ada keinginan besar untuk menyimpannya sendiri bersama segenap luka dan bahagia. Akan tetapi, waktu lebih menggunakan kuasanya kapan kejujuran kembali menjadi pegangan hidup. Karena sejatinya memang segala macam bentuk rahasia akan terkuak bersama waktu. Entah dengan hal-hal tidak terduga, atau hal-hal yang telah direncanakan oleh manusia itu sendiri. Wanita yang kemungkinan besar akan mengalami masa-masa itu hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Di mana dirinya mendapatkan lagi pertanyaan akan kisah yang dirahasiakan dengan sang pria. Ya, Thifa masih tidak tahu harus menjawab apa dan bagaimana. “Em, anu, Bu ... bukan apa-apa, kok. Saya permisi dulu, waktu istirahat sudah hampir habis. Mari, saya duluan ...,” pamit Thifa yang memilih lari sebelum membuka siapa dirinya tanpa persiapan mental apa pun. Ia tidak ingin semakin ban
WANITA KEDUA 11 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tahu betul seperti apa rasanya hanya bisa menarik napas dalam dan mengembuskannya kasar. Ucapan sang pria memanglah benar adanya. Akan tetapi, seharusnya ada satu cara agar luka itu tidak semakin parah. Karena jika ia menjadi Thifa belum tentu sanggup menghadapi perasaan sendiri. “Kamu bener, Mas ... tapi, meski kamu tahu aku dulu wanita hina yang banyak dosa dan tidak terhormat, kamu tetap memilih mencintaiku. Meski tahu itu sakit. Mungkin Thifa juga meraskaan hal yang sama. Walaupun tahu hubungan yang ada membuatnya sakit, tapi tetap memilih menjalani bersama Aksa. Padahal udah sangat jelas kemungkinan bersama itu hanya 0,99 persen,” ujar Mayasha dengan senyum getir. Ia bisa membayangkan bagaimana rindu itu hadir setiap malam dengan membawa sebilah pisau di tangan kanan kirinya. Lian diam-diam mengiakan semua yang dikatakan oleh wanita pilihannya. Wanita yang dipilih karena hati dan perasaannya. Meskipun tahu ada banyak lar
WANITA KEDUA 12 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang tidak memberi tahu apa yang kita rasa dan lalui bukan berarti tidak menganggap orang itu berarti. Justru karena terlalu berarti hingga ada keinginan untuk tidak membagi segala luka. Bukan berkurangnya perasaan, melainkan tidak ingin membagi sebuah kesakitan. Sebab cinta bisa mengubah diri sekuat baja demi orang terkasih. Bahkan, rela merasakan sakit perih dalam diam tanpa ingin membuatnya ikut merasakan apa yang kita rasa. Ya, hanya itu yang bisa dipikirkan oleh seorang Aksa. Meskipun ada kecewa, tetapi ia tahu betul jika Thifa bisa melakukannya. Akan tetapi, diri seolah menjadi pria tidak berguna karena membiarkan hal itu terjadi tanpa bisa mencegahnya. Aksa menatap pria yang kini mengetahui hubungan rahasianya dengan salah satu karyawannya. Dengan wajah bingung ia berkata, “Sebelummya aku minta maaf, Li ... aku enggak tahu kalau apa yang dilakukan Rena membuat Thifa mendapat peringatan darimu. Dan tentang Thifa ... aku bukan
WANITA KEDUA 12 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSeketika Lian dan Mayasha saling pandang. Sepertinya di antara mereka memang sudah apa percikan api sebelum bertemu. Meskipun sekarang tahu sosok Thifa, tetapi tidak ingin ikut campur yang bukan ranahnya. Lian sendiri memilih memberi kode untuk segera meninggalkan keduanya. Ada rasa ketidakenakan mendengar perkataan perdebatan yang bukan urusannya. “May, aku lupa tadi kurang satu lembar baca laporan kemarin. Kalau kita kembali ke swalayan, gimana? Kita pulang, ya?” tawar sang pria yang sengaja tidak mendengar nama Thifa—salah satu karyawannya. Wanita yang paham langsung mengangguk. “Ya udah. Tadi juga janijnya enggak lama,” sahutnya sembari melempar senyum ke arah dua manusia yang seperti menahan sesuatu. “Aku balik dulu, Rena ... senang bisa kumpul seperti ini,” ucapnya lagi sebelum langkah menjauh. Sementara Lian menepuk lembut Aksa sebagai kode agar tetap terlihat baik-baik saja. Tatapan mata yang tidak sengaja bertemu pun seakan sal
WANITA KEDUA 13 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengetahui orang yang selama ini hidup begitu mencintai sesuatu kemudian berani memilih pergi untuk satu alasan, pastinya orang tersebut telah melalui pemikiran matang dan tidak sembarang. Karena perbedaan kebiasaan hidup akan menjadi taruhan. Bahkan bayang kekurangan bisa saja menjadi ancaman. Apalagi jika keputusan itu keluar berdasarkan emosi, bisa saja menjadi awal kehancuran. Namun, kemungkinan mendapat kebahagiaan pun bisa masuk dalam ketidakmungkinan. Serena masih menatap tajam pria yang mulai berani mengungkapkan apa maunya. Sungguh sebuah perubahan luar biasa setelah sekian tahun lamanya hidup bersama. Akan tetapi, jika perubahan itu karena kehadiran orang lain, ia tidak bisa menerima.“Maksud kamu, apa, Mas? Kamu ingin bisa lepas dari restoran dan meninggalkan aku? Biar kamu bisa sama Thifa? Iya, begitu?!” tanya wanita dadanya mulai terbakar emosi. Ada kemarahan dalam suaranya ketika sang pria menjawab pertanyaan dengan kesadar
WANITA KEDUA 13 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDi swalayan, wanita yang berusaha baik-baik saja mulai bekerja dengan begitu fokus. Meksipun pikiran dan hatinya berperang memperebutkan siapa yang menjadi pemenang. Akan tetapi, peringatan dari pemilik swalayan menamparnya untuk tetap berdiri pada keadaan yang di depan mata. Thifa sendiri sadar memang kesalahan ada padanya. Sebab terlalu memikirkan dan membawa masalah pribadi ke area pekerjaan. Ia berkali-kali menarik napasnya dalam ketika bayang Aksa selalu menari dalam pikiran. Bahkan, perasaan perlahan-lahan berubah menjadi tidak tenang. Seolah-olah pria di sana telah terjadi sesuatu. “Kenapa perasaanku jadi tidak enak begini, ya? Mikirin Mas Aksa terus pula. Jadi khawatir,” ujarnya dalam hati. Thifa mau tidak mau harus berusaha menepikan sejenak keresahan hingga jam kerja selesai. Entah bagaimana caranya, ia harus bisa bertahan dan fokus agar tidak melakukan kesalahan yang mengancam pekerjaannya. Karena bagaimanapun ia masih membut