Share

Bab 4

last update Last Updated: 2022-10-19 05:41:53

"Apa yang kamu lakukan?" Rania menatap tajam ke arahku, tapi langsung bangkit ketika sadar yang ada di hadapannya adalah aku, sahabatnya. "Selena, kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Sayang!" Mas Nizam ikut bangkit dan berjalan ke arahku. "Kenapa kamu ada di sini?Kenapa tidak kasih tahu aku kalau kalian mau makan di sini?" tanyanya ketika melihatku dan Kanaya.

Di antara mereka tidak ada yang marah atas apa yang sudah aku lakukan dan aku sungguh penasaran, apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan di sini malam-malam begini?

"Siapa yang akan menjelaskan?" Aku bertanya dengan wajah dingin, bahkan tanpa ekspresi. Sekarang aku sudah tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihat kami dengan tatapan aneh, yang aku tahu saat ini hatiku sangat berantakan.

"Maaf, sepertinya akan lebih baik kalau kita selesaikan dengan kepala dingin. Mari ikut saya!" Suaminya Nisa memimpin jalan kami hingga sampai di salah satu meja yang paling pojok, bahkan tidak ada seorang pun yang makan di meja sekitarnya.

Rania berusaha meraih tanganku, karena tubuhku masih mematung, tapi dengan cepat aku menghindar. Tidak lama, Mas Nizam juga melakukan hal yang sama, tapi dengan cepat tanganku langsung menepisnya.

"Aku tidak sudi kalian sentuh," bentakku dalam hati.

Aku mengikuti langkah mereka dengan dibantu Nisa. Kanaya juga digandeng sama anaknya Nisa yang lebih besar dari Kanaya.

Beberapa menit kemudian, kita hanya saling diam dalam satu meja. Saat ini aku duduk di antara Nisa dan anak-anaknya. Sementara Mas Nizam, Rania, dan suaminya Nisa berdekatan. Mereka memang pasangan yang serasi karena sama-sama suka berbohong.

Nisa mendekat ke arahnya. "Hadapi dengan cantik, Sayang. Jangan sampai kamu menyesal nantinya," bisiknya, lalu merangkul aku dan memberikan pelukan yang hangat. "Apalagi kita belum tahu siapa pemain yang sebenarnya. Jangan sampai kamu sana anak kamu dirugikan."

Perkataan Nisa membuatku sadar kalau yang kulakukan itu sudah sangat keterlaluan. Dengan enggan, aku menatap ke arah mereka untuk meminta maaf.

"Maaf atas apa yang sudah kulakukan," ucapku tulus. "Tadinya aku mau ke Sukabumi, karena katanya Bibi sakit, tapi tidak lama Bibi kembali menelepon pakai hape tetangga, katanya tidak usah ke sana. Jadi, aku menelepon Nisa dan kita janjian di sini."

Karena aku bukan tipe orang yang suka marah-marah, apalagi sama kedua orang yang ada di hadapanku ini. Merekalah yang selama ini ada untukku di saat suka dan duka.

Benar apa yang Nisa katakan, aku harus bisa mengontrol diri agar tidak menyesal nantinya. Aku harus bermain cantik agar bisa menemukan kebenarannya sekaligus mengumpulkan uang, lalu keluar dari rumah Mas Nizam.

Kalau sekarang, sepertinya sangat disayangkan jika aku merekalah suamiku begitu sama kepada wanita perebut. Mas Nizam masih menyayangiku dan anakku, tidak pernah kasar. Bahkan tidak pernah menuntutku untuk sempurna.

Mertua juga selama ini tidak pernah berselisih denganku, beliau bahkan selalu memaklumi sifatku yang kadang-kadang emosian. Mereka juga tidak pernah merecoki rumah tanggaku.

"Sayang, tidak apa-apa." Mas Nizam tampak akan berdiri, tapi suaminya Nisa memintanya untuk tetap duduk. Mungkin Mas Nizam tidak tega ketika melihat kedua mataku yang mengandung air mata, dan berusaha menahannya.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" Suaminya Nisa menjadi perantara di antara kita. Padahal kalau melihat wajah, sepetinya pria itu lebih muda daripada aku ataupun Mas Nizam. "Kenapa suaminya Mbak Selena dan temannya ada di sini?"

"Sebenarnya saya ke sini untuk mengerjakan suatu proyek, tadinya mau lewat jalan biasa, tapi saya pikir lagi kapan sampainya. Jadi, saya lewat jalan tos dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi," jelas Mas Nizam yang menurutku sangat tidak masuk akal.

Melihatku amarahku yang kembali akan meledak, Nisa meraih tanganku kembali, dan menggenggamnya.

"Kenapa sangat terburu-buru? Apa ada hal yang harus dilakukan?" Suaminya Nisa kembali bertanya.

"Tidak ada. Hanya saja ada kebahagiaan tersendiri kalau mengendarai mobil dengan cepat, terkadang mengendarai motor pun begitu," jawabnya lagi.

"Temannya Mbak Selena sendiri bagaimana?"

Rania tidak berhenti menatap ke arahku. Bahkan tahapannya terlihat tulus dan lembut, seolah dia benar-benar tidak melakukan kesalahan.

"Saya ke sini untuk menyelesaikan pekerjaan, Mas. Kebetulan saya diminta Kakak saya untuk menggantikan dia bertemu dengan pabrik yang akan dibangun," jelas Rania. Anehnya Mas Nizam selalu menatap ke arahnya dengan tatapan marah. "Lalu, saya mampir ke sini karena restoran ini adalah salah satu tempat yang ingin saya kunjungi, tapi baru saja masuk, saya melihat Pak Nizam sedang bersama seseorang."

Sekarang kami semua menatap tajam ke arah Mas Nizam. Aku sungguh tidak sabar untuk mengetahui siapa seseorang itu, pria atau wanita?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 35

    NizamHari-hari terlah berlalu, tanpa terasa kini sudah waktunya lagi aku datang ke pernikahan yang bahkan tidak aku inginkan. Karena bukan hanya cinta yang masih ada dalam dada, juga ketidakrelaan melihatnya bersanding dengan pria lain."Ikhlas enggak ikhlas, kamu tetap garis merelakannya, Zam." Papa masuk begitu saja ke kamarku yang pintunya memang sudah terbuka. "Mungkin ini sudah takdir yang Allah siapkan untukmu."Aku membenarkan kata-katanya dengan memberikan sedikit anggukan kepala. "Yang Papa herankan, kenapa dia masih belum juga melahirkan? Bukankah seharusnya bulan ini?" tanyanya lagi dan aku juga mempunyai pertanyaan yang sama."Entahlah, Pa. Aku juga bingung, enggak tahu apa yang harus dilakukan." Aku duduk di samping papa sambil menatap layar ponsel yang memperlihatkan foto sebelum pernikahan Selena dan Hanif.Mereka berfoto secara terpisah dengan Naya berada di pangkuannya. Meski duduk mereka tidak berdekatan, tetap saja ada ada luka yang menjalar di tubuhku seakan aku

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 34

    Nizam"Mama enggak mau punya menantu seperti itu. Mama mau Selena kembali." Mama kembali berteriak setelah sadarkan diri. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apalagi anak ustazah Nurjanah secara terang-terangan melamar Selena untuk menjadi istrinya."Nizam, lakukan sesuatu!" Mama kembali mengguncang tubuhku. "Rebut dia selagi janur kuning belum melengkung!""Istighfar, Ma, istighfar," bisikku di telinganya.Dari sejak kejadian di hari itu, mama menjadi suka berteriak dan memanggil nama Selena. Yah, aku sendiri tidak ingin kehilangan dia, tetapi apalah dayaku yang sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Sekarang di antara kita sudah tidak ada hubungan apa pun lagi."Kamu adalah pria yang tidak becus menjaga istri, Nizam. Mama sungguh kecewa sama kamu yang tidak bisa menjadi suami siap siaga," makinya lagi dan selama beberapa hari ini mama selalu mengeluarkan kata-kata kasar.Meskipun demikian, aku masih tetap mengucap syukur karena mama masih menahan emosinya ketika ber

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 33

    "Wah, denger aku mau ke sini, ternyata langsung membuat hatimu panas, ya. Padahal di Jakarta banyak tempat hiburan yang enggak kalah jauh dari tempat ini," celetukku sambil melihat Siska dari atas sampai bawah.Sekarang dia bahkan tidak menggunakan kerudung dan pakaiannya benar-benar sangar terbuka. Jauh dengan Siska yang dulu. Meski tidak menutup aurat secara sempurna, tetapi tidak separah sekarang."Kau!" Siska mengarahkan telunjuknya sambil menatapku dengan penuh amarah.Padahal, aku hanya menyapa dengan bahasa yang lembut, tetapi dia sudah marah seperti sekarang dan mengeluarkan suara yang keras hingga membuat kita menjadi pusat perhatian.Mas Nizam dan Mama yang ada di sampingnya menatapku lekat. Kaget mungkin karena melihatku menutup aurat dan ini adalah kali pertama."Kamu Selena?" tanya Mas Nizam sambil membulatkan mata."Selena, kamu pakai gamis dan jilbab?" Mama mertua terlihat lebih syok lagi."Iya, Ma. Sama seperti yang Umi katakan, aku akan menutup aurat kalau suamiku mem

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 32

    Selena"Aku ke sini mau memperingatkan wanita yang tidak tahu malu yang sukanya menggoda suami orang lain," ucapnya lantang.Aku yakin suaranya itu terdengar ke beberapa tetangga dan sekarang mereka sedang bersiap-siap untuk ke sini. Apalagi ada beberapa orang yang memang suka bergosip dan suka membesar-besarkan masalah.Duh, Siska. Kalau ngomong gak pernah lihat ke diri sendiri dulu. Padahal dia yang begitu, tetapi malah lempar batu sembunyi tangan."Apa?" Rania terbahak-bahak ketika mendengar perkataan Siska. "Kebalik. Ada juga Lo yang merebut suami Selena sampai Naya enggak punya seorang ayah. Dasar teman enggak ada akhlak, Lo!"Kali ini Rania benar-benar emosi dan aku juga demikian. Hanya saja sekarang belum waktunya untukku bicara, biarkan Rania mengungkapkan kekesalannya dulu. Aku yakin Umi juga mau bicara. Siska sudah menebar kebencian kepada beberapa orang. Jadi, wajar saja kalau dia sekarang bukan hanya dijauhi, tetapi dimusuhi.Kita memang tidak boleh membenci makhluk Allah

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   BB 31

    Selena"Tidak! Selena tidak akan pernah rujuk dengan pria egois sepertimu!"Dari luar, terdengar umi berteriak sangat keras. Padahal, beliau tidak pernah berbicara seperti itu.Bergegas aku mendekat ke arah pintu dan melihat siapa yang memancing amarah umi sampai seperti itu. Kedua tanganku terkepal ketika melihat Mas Nizam. Untuk apa malam-malam di ada di sini?"Enggak mungkin! Dia pasti mau rujuk denganku," tegas Mas Nizam yakin.Segera aku membuka pintu dan melipat kedua tangan di dada. "Aku tidak mau rujuk!" teriakku lantang.Semua orang yang ada di luar langsung melihat ke arah sini, tetapi aku masih berdiri kokoh dengan tatapan tajam ke arah Mas Nizam. Sungguh pria yang tidak tahu malu dan tidak bisa menjaga harkat dan martabat istrinya sendiri."Pergilah dari sini, Mas, karena aku tidak akan pernah mau kembali padaku," tegasku lagi."Enggak, kamu pasti mau kembali padaku!" teriaknya penuh percaya diri.Karena emosi, umi mendekat padanya. "Mas Nizam," tanyanya lembut, tetapi mar

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 30

    Nizam"Hari ini Mama benar-benar kehilangan muka." Mama mulai menggerutu setelah masuk ke mobil dan tepat duduk di sampingku. "Lagi pula kenapa kamu mengatakan semuanya tadi?""Aku tidak mau menjadi pembohong, Ma." Aku berucap lirih."Tetap saja harusnya kamu bisa menjaga mulut kamu itu. Walau bagaimanapun Siska adalah istrimu, dia adalah bagian dari hidupmu," bentaknya, tetapi aku tetap bergeming.Entah sejak kapan mama berubah menjadi orang yang menilai segala sesuatu dari penampilannya, yang jelas aku tidak suka mama seperti ini. Ditambah sikapnya terhadap Siska dan Selena sangar jauh berbeda.Padahal, jelas-jelas yang sejak dulu menjadi istriku adalah Selena, bukan Siska. Membuatku marah saja."Ma, Selena sudah menikah denganku selama enam tahun. Sementara Siska ... kita baru menikah beberapa bulan, tetapi dia sudah hamil." Aku berucap pelan karena takut emosi mama akan kembali meluap.Memang benar, hanya aku dan papa yang paling tahu seperti apa sikap wanita yang tengah duduk di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status