Share

Bab 5

last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-19 05:42:21

"Apa masalahnya? Dia bosku, seorang pria juga." Mas Nizam langsung melakukan pembelaan.

Aku dan Nisa mengembuskan napas lega.

"Tahu dia seorang pria, tapi hubungan kalian terlihat dekat, melebihi seorang bos dan bawahannya!" Rania langsung menyambar.

"Wajar kami dekat, karena aku sudah lama bekerja dengannya. Bahkan sebelum aku menikah dengan mamanya Kanaya." Mas Bagas kembali mengelak.

Aku tersenyum kecut melihat kekompakan mereka, sama-sama saling menjatuhkan. "Sudahlah, toh, dia seorang pria juga. Terus apalagi yang kamu tahu?"

Rania menatapku lekat. "Lalu aku menghampirinya dan kita pun berbincang-bincang biasa hingga kalian datang. Aku bahkan sangat bahagia bisa melihatmu di sini, Selena," jelasnya.

Mas Nizam langsung menatap tajam ke arah Rania. "Jangan tatap istriku seperti itu!" ucapnya keberatan.

Nisa mendekatkan kepalanya ke arahku dan berbisik," Sepertinya di antara mereka memang tidak ada apa-apa, tapi kita jangan terlampau percaya dulu. Kita lihat saja secara pelan-pelan. Bukankah kamu juga tidak punya penghasilan pribadi?"

Aku mengangguk pelan.

"Tetaplah jadi ibu dan istri yang baik, dan pintar-pintarlah dalam mengatur keuangan agar punya simpanan yang bisa digunakan di kemudian hari," lirihnya lagi.

Aku kembali mengangguk tanpa mengatakan apa pun, karena aku juga sudah punya pemikiran seperti yang dia katakan. Sekarang aku hanya perlu memikirkan bagaimana caranya agar bisa membuktikan kalau Mas Nizam benar-benar tidak memiliki selingkuhan. Baik wanita, apalagi pria.

"Mas minta maaf kalau kebersamaan Mas terlihat berbeda di matamu, Sayang, tapi Mas berani bersumpah, Mas memang tidak melakukan apa pun dengan Rania. Dia antara kita tida pernah ada hubungan," jelas Mas Nizam.

"Iya, Mas. Maaf juga karena aku sudah bertindak sembrono, ya," lirihku tidak enak hati.

"Jadi benar di antara kalian tidak ada apa pun?" Suaminya Nisa kembali memastikan dan kedua orang itu mengangguk mantap.

"Lagi pula sejak dulu saya memang tidak menyukai pria ini, jadi kenapa saya harus dicurigai? Bahkan Selena sendiri tahu tentang hal itu." Rania tiba-tiba bicara.

Suaminya Nisa mendadak berubah dingin. "Bukan masalah suka atau tidak suka, karena perbedaan mereka bahkan tidak terlihat, tapi tentang kesetiaan," sentaknya membuat Rania kembali diam. "Sudahlah, sebaiknya kita pesan makanan dulu, baru membicarakannya lagi."

Mas Nizam terlihat tidak masalah dengan keputusan yang sudah ambil suaminya Nisa, tapi tidak dengan Rania. Dia terlihat gelisah dan selalu melihat ke arah pintu, seolah dia melihat seseorang yang tidak ingin ditemuinya. Namun sejauh ini, aku rasa dia tidak membenci siapa pun, jadi kenapa dia bersikap seperti ini?

"Kita makan dulu!" Suaminya Nisa memimpin doa, lalu kita makan bersama.

"Mau pada bermalam di mana?" Aku bertanya kepada Mas Nizam dan Rania.

"Proyek!" Mereka menjawab bersama-sama.

Aku tersenyum tipis. "Kenapa kalian harus bermalam di proyek? Terutama kamu, Rania. Kamu adalah wanita," ucapku mengutarakan pendapat. Meski hati membara, tapi harus tetap tenang dan anggun.

"Kenapa sama?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Rania malah menatap tajam ke arah Mas Nizam, seolah proyek yang mereka maksud berbeda.

Aku juga ikut menatap tajam ke arah Mas Nizam, karena beberapa hari lalu dia sendiri yang bilang kalau peyeknya baru dibangun. Kenapa sekarang dia juga mau ditinggal di sama?

Apa jangan-jangan dia sudah membuat janji dengan Rania, lalu mereka memesan kamat hotel?

"Aku memang akan tidur di sekitaran proyek. Aku pria, jadi bebas." Mas Nizam tidak mau kalah, tapi aku malah semakin gerah mendengar suara mereka.

"Cukup!" Aku menengahi keduanya. "Terserah kalian mau tinggal di mana, yang jelas aku dan Rania mau sewa hotel yang di bawah, di hotel Amarosa."

"Enggak bisa! Kamu dan Kania kembali pulang saja. Aku di sini mau kerja, jadi tidak bisa menjagamu," sentak Mas Nizam.

Aku bahkan baru pertama kali mendengar dia berbicara seperti ini dan membuat tubuhku mematung sesaat.

"Kenapa tidak boleh? Kalau masalah penjagaan, saya dan suami juga bisa menjaganya, kok." Nisa ikut bicara. "Pokoknya malam ini Selena dan Kanaya akan tinggal di rumah kami, sementara kalian terserah mau tinggal di mana."

Aku dan yang lainnya menatap takjub ke arah wanita yang dari tadi terlihat tenang, kini mulai menunjukkan taringnya. Padahal kalau dilihat dari penampilan, dia terlihat sangat lemah lembut. Tangannya juga seperti akan patah kalau genggam terlalu kuat.

"Siapa Anda? Saya suaminya dan saya lebih berhak atas Selena." Mas Nizam tetap ngotot.

"Benar, saya juga sahabatnya," sahut Rania. "Lagi pula tidak mungkin saya membawa mereka tinggal di proyek yang masih dalam pengerjaan."

"Benar, Selena dan Kanaya memang tidak pantas tinggal di proyek atau apa pun itu. Dia lebih pantas ditempat yang dilindungi," bentak Nisa seperti kehilangan kesabaran. "Sementara Anda dan suaminya Selena, mau kalian tinggal di kolong jembatan pun, kami tidak peduli. Karena di sini tamu yang kami undang hanya Selena dan Kananya."

Aku tertawa dalam hati ketika melihat Rania dan Mas Nizam mati kutu.

"Sekarang silakan kalian keluar dari tempat ini karena banyak pengunjung yang baru datang dan saya khawatir mereka tidak akan kebagian tempat duduk. Tapi sebelum keluar, silakan bayar tagihan makannya masing-masing," tandasnya lagi membuat keduanya kikuk dan keluar dari restoran setelah menyelesaikan pembayaran.

Suami Nisa ikut keluar dan memperhatikan gerak-gerik Rania dan Mas Nizam, lalu kembali masuk ke restoran. "Barusan mereka baik ke dalam mobil yang sama," lirihnya membuat kedua tanganku mengepal kuat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 35

    NizamHari-hari terlah berlalu, tanpa terasa kini sudah waktunya lagi aku datang ke pernikahan yang bahkan tidak aku inginkan. Karena bukan hanya cinta yang masih ada dalam dada, juga ketidakrelaan melihatnya bersanding dengan pria lain."Ikhlas enggak ikhlas, kamu tetap garis merelakannya, Zam." Papa masuk begitu saja ke kamarku yang pintunya memang sudah terbuka. "Mungkin ini sudah takdir yang Allah siapkan untukmu."Aku membenarkan kata-katanya dengan memberikan sedikit anggukan kepala. "Yang Papa herankan, kenapa dia masih belum juga melahirkan? Bukankah seharusnya bulan ini?" tanyanya lagi dan aku juga mempunyai pertanyaan yang sama."Entahlah, Pa. Aku juga bingung, enggak tahu apa yang harus dilakukan." Aku duduk di samping papa sambil menatap layar ponsel yang memperlihatkan foto sebelum pernikahan Selena dan Hanif.Mereka berfoto secara terpisah dengan Naya berada di pangkuannya. Meski duduk mereka tidak berdekatan, tetap saja ada ada luka yang menjalar di tubuhku seakan aku

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 34

    Nizam"Mama enggak mau punya menantu seperti itu. Mama mau Selena kembali." Mama kembali berteriak setelah sadarkan diri. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apalagi anak ustazah Nurjanah secara terang-terangan melamar Selena untuk menjadi istrinya."Nizam, lakukan sesuatu!" Mama kembali mengguncang tubuhku. "Rebut dia selagi janur kuning belum melengkung!""Istighfar, Ma, istighfar," bisikku di telinganya.Dari sejak kejadian di hari itu, mama menjadi suka berteriak dan memanggil nama Selena. Yah, aku sendiri tidak ingin kehilangan dia, tetapi apalah dayaku yang sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Sekarang di antara kita sudah tidak ada hubungan apa pun lagi."Kamu adalah pria yang tidak becus menjaga istri, Nizam. Mama sungguh kecewa sama kamu yang tidak bisa menjadi suami siap siaga," makinya lagi dan selama beberapa hari ini mama selalu mengeluarkan kata-kata kasar.Meskipun demikian, aku masih tetap mengucap syukur karena mama masih menahan emosinya ketika ber

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 33

    "Wah, denger aku mau ke sini, ternyata langsung membuat hatimu panas, ya. Padahal di Jakarta banyak tempat hiburan yang enggak kalah jauh dari tempat ini," celetukku sambil melihat Siska dari atas sampai bawah.Sekarang dia bahkan tidak menggunakan kerudung dan pakaiannya benar-benar sangar terbuka. Jauh dengan Siska yang dulu. Meski tidak menutup aurat secara sempurna, tetapi tidak separah sekarang."Kau!" Siska mengarahkan telunjuknya sambil menatapku dengan penuh amarah.Padahal, aku hanya menyapa dengan bahasa yang lembut, tetapi dia sudah marah seperti sekarang dan mengeluarkan suara yang keras hingga membuat kita menjadi pusat perhatian.Mas Nizam dan Mama yang ada di sampingnya menatapku lekat. Kaget mungkin karena melihatku menutup aurat dan ini adalah kali pertama."Kamu Selena?" tanya Mas Nizam sambil membulatkan mata."Selena, kamu pakai gamis dan jilbab?" Mama mertua terlihat lebih syok lagi."Iya, Ma. Sama seperti yang Umi katakan, aku akan menutup aurat kalau suamiku mem

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 32

    Selena"Aku ke sini mau memperingatkan wanita yang tidak tahu malu yang sukanya menggoda suami orang lain," ucapnya lantang.Aku yakin suaranya itu terdengar ke beberapa tetangga dan sekarang mereka sedang bersiap-siap untuk ke sini. Apalagi ada beberapa orang yang memang suka bergosip dan suka membesar-besarkan masalah.Duh, Siska. Kalau ngomong gak pernah lihat ke diri sendiri dulu. Padahal dia yang begitu, tetapi malah lempar batu sembunyi tangan."Apa?" Rania terbahak-bahak ketika mendengar perkataan Siska. "Kebalik. Ada juga Lo yang merebut suami Selena sampai Naya enggak punya seorang ayah. Dasar teman enggak ada akhlak, Lo!"Kali ini Rania benar-benar emosi dan aku juga demikian. Hanya saja sekarang belum waktunya untukku bicara, biarkan Rania mengungkapkan kekesalannya dulu. Aku yakin Umi juga mau bicara. Siska sudah menebar kebencian kepada beberapa orang. Jadi, wajar saja kalau dia sekarang bukan hanya dijauhi, tetapi dimusuhi.Kita memang tidak boleh membenci makhluk Allah

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   BB 31

    Selena"Tidak! Selena tidak akan pernah rujuk dengan pria egois sepertimu!"Dari luar, terdengar umi berteriak sangat keras. Padahal, beliau tidak pernah berbicara seperti itu.Bergegas aku mendekat ke arah pintu dan melihat siapa yang memancing amarah umi sampai seperti itu. Kedua tanganku terkepal ketika melihat Mas Nizam. Untuk apa malam-malam di ada di sini?"Enggak mungkin! Dia pasti mau rujuk denganku," tegas Mas Nizam yakin.Segera aku membuka pintu dan melipat kedua tangan di dada. "Aku tidak mau rujuk!" teriakku lantang.Semua orang yang ada di luar langsung melihat ke arah sini, tetapi aku masih berdiri kokoh dengan tatapan tajam ke arah Mas Nizam. Sungguh pria yang tidak tahu malu dan tidak bisa menjaga harkat dan martabat istrinya sendiri."Pergilah dari sini, Mas, karena aku tidak akan pernah mau kembali padaku," tegasku lagi."Enggak, kamu pasti mau kembali padaku!" teriaknya penuh percaya diri.Karena emosi, umi mendekat padanya. "Mas Nizam," tanyanya lembut, tetapi mar

  • WANITA YANG DIRAHASIAKAN SUAMIKU   Bab 30

    Nizam"Hari ini Mama benar-benar kehilangan muka." Mama mulai menggerutu setelah masuk ke mobil dan tepat duduk di sampingku. "Lagi pula kenapa kamu mengatakan semuanya tadi?""Aku tidak mau menjadi pembohong, Ma." Aku berucap lirih."Tetap saja harusnya kamu bisa menjaga mulut kamu itu. Walau bagaimanapun Siska adalah istrimu, dia adalah bagian dari hidupmu," bentaknya, tetapi aku tetap bergeming.Entah sejak kapan mama berubah menjadi orang yang menilai segala sesuatu dari penampilannya, yang jelas aku tidak suka mama seperti ini. Ditambah sikapnya terhadap Siska dan Selena sangar jauh berbeda.Padahal, jelas-jelas yang sejak dulu menjadi istriku adalah Selena, bukan Siska. Membuatku marah saja."Ma, Selena sudah menikah denganku selama enam tahun. Sementara Siska ... kita baru menikah beberapa bulan, tetapi dia sudah hamil." Aku berucap pelan karena takut emosi mama akan kembali meluap.Memang benar, hanya aku dan papa yang paling tahu seperti apa sikap wanita yang tengah duduk di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status