Share

BAB 21. Mbak Desi menikah dengan siapa?

“Kenapa, Nak Ita, kok malah nangis? Kalau belum punya uang cukup enggak apa-apa kalau belum nyicil hutangnya. Wak, percaya sama kamu pasti kamu amanah orangnya,” tuturnya lagi.

Kumenghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya perlahan. Aku mencoba membuang rasa sesak di dada.

“Bukan itu, Wak. Aku sedang sedih aja, kenapa orang-orang terdekatku sangat membenciku padahal meskipun aku miskin aku tidak merepotkan mereka apa lagi meminta-minta pada mereka.”

“Sabar, Nak. Namanya kembang hidup. Kalau tidak ada cobaan nanti kita tidak dewasa dan bijak menyikapi permasalahan kita ataupun menyikapi orang lain.”

“Tapi, sampai kapan, Wak. Rasanya aku benar-benar hilang kesabaran ingin sekali aku menyantet mereka aja,” kataku frustasi.

“Astagfirullah, nyebut, Nak. Enggak baik ah, ngomong begitu . Wak, percaya kalau kamu wanita kuat dan Sabar makanya hanya kamu yang dikasih ujian begini. Sabar, ya Nak.” Wak Haji mengelus-elus bahuku. Mentransfer kekutan.

“Cerita ke Wak, ada apa sebenarny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status