Share

Manisnya Kebersamaan

Mendengar perkataan pak Bagas, refleks tanganku melingkar dipinggangnya dan memeluknya dengan erat. Ada rasa nyaman menelusup didalam hatiku. Cukup lama aku terisak dengan posisi seperti itu.

"Mentari, kalau kita seperti ini terus sepertinya aku tidak bisa menahan diriku," lirih pak Bagas.

Menyadari situasi itu, aku segera mendorong tubuhnya hingga lelaki yang sedang memelukku itu terjengkang ke belakang.

"Aduh!" pekiknya.

"Kamu ini pendekar wanita atau semacamnya, sih. Kuat banget tenaganya."

"Bapak yang mulai duluan," sunggutku kesal.

"Aku yang mulai ngapain? kan kamu yang mulai menangis duluan. Aku hanya mengikuti naluri lelakiku, saat melihat wanita menangis."

"Oh, jadi Bapak akan memeluk semua wanita yang menangis gitu?"

"Bukan begitu, Mentari. Iissh, sudahlah lupakan. Jadi bagaimana lamaranku tadi?"

"Lamaran yang mana?" tanyaku pura-pura tidak mengerti. "Udah sana pulang, kan sudah selesai shalatnya," usirku.

"Tega sekali kamu mengusirku. Ini masih sore, baru jam enam lew
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan
Oooh Mas Rayyan......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status