Share

16. Biang Gosip

Aku menjatuhkan bahu. Hilang harapanku untuk memiliki surat itu sebagai bukti kuat bahwa rumah dan bengkel itu adalah milikku.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak. Terima kasih informasinya. Semoga cepat sembuh ya, Pak."

"Maaf, Nak Nurma. Bapak tidak biasa banyak membantu. Bapak sudah mendengar semuanya. Yang sabar, ya. Rezeki itu tidak akan kemana."

Aku urung berdiri, jika Pak RT--lebih tepatnya mantan ketua RT--mengetahui hal ini, tentu berita tentang penjualan rumah itu sudah menyebar. Tapi tak mengapa, toh yang menjualnya kedua kakakku. Bukan aku.

"Terima kasih, Pak. Mohon doanya, semoga ada rezeki untuk daya dan keluarga."

"Pasti, Nak. Rezeki itu sudah diatur oleh yang di atas. Tenang saja. Bisa jadi Allah sedang menyelamatkan kami dari rezeki yang tidak halal."

Sejenak aku berpikir, sepertinya mantan Pak RT ini tahu sesuatu. Mengingat usianya yang seumuran Bapak. Apa aku tanya dia saja, ya?

"Eum ... sebelumnya maaf, Pak. Saya gak jadi pamitan, deh. Apa Bapak mengetahui sesuatu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status