"Sudah kenyang?" tanya Rexa.
"Sangat, aku tiba-tiba ngantuk," sahut Yatri sembari menguap.
"aku bayar dulu, kamu tunggu disini."
Rexa membayar di kasir, saat ingun kembali ke Yatri, dia mendapat telpon dari kakeknya.
"Iya, Kek. Ada apa?"
"Kamu dimana? Kakek besok akan ke rumahmu, tunggu kakek besok, jangan menolak durhaka kamu, " kata Pak Yahya.
"Baguslah, kek. Lebih baik begitu, dari pada harus Rexa ke rumah, aku tidak mau ketemu mereka, parasit kakek."
"iya, kakek juga ingin lebih dekat dengan istrimu, katanya dia hamil."
"Iya, kek. Sekarang aku mau pulang dulu, soalnya aku sedang di resto, " ucap Rexa menutup panggilannya.
Yatri dan Rexa keluar dari restoran itu, menggandeng tangan istrinya seakan menunjukkan kepemilikannya pada setiap pasang mata yang
Keesokan harinya, Rexa akan pergi ke kantor, ada banyak pertemuan hari ini dengan para koleganya. Yatri yang sedari tadi menunggu dia berpakaian, duduk menepi di sofa kamar. Setelah rapi, Rexa menuju ke arah Yatri."Kamu tetaplah di rumah, akan ada kakek datang nanti, jika dia bertanya kita kenal dimana, pacaran berapa lama, dan ketemu dimana, jawab saja 'kami baru kenal tapi langsung nikah', setelah itu semua jawaban tergantung kamu," jelas Rexa."Iya, aku mengerti."Mereka berdua turun ke bawah, memulai sarapan seperti biasanya, kemarin keduanya mulai sepekat untuk menjalani hari-hari selama satu tahun selayaknya suami istri sungguhan, tak ada rasa kaku ataupun aturan kontrak yang bisa menekan batin Yatri yang sedang hamil."BU Yat, siang nanti Yatri harus makan yang nutrisinya harus lengkap, dan buah tercukupi, susu juga. Jika dia tidak mau, aku akan pulang menyuapi dia," kata Rexa sengaja agar Yatri mendengarnya pula.
Di rumah Yatri sengaja turun ke dapur untuk menemui Bu Yat, seharian di kamar menonton buat dia jenuh, dia butuh sosok teman cerita yang bisa menghilangkan rasa bosannya.Bu Yat sedang asyik memoting semua bahan masakan untuk makan malam penyambutan Pak Yahya nanti. Yatri yang ingun membuang keringat sedikit membantu Bu Yat."Tidak usah, Non. Non Yatri duduk saja," kata Bu Yat."Tidak apa kok Bu Yat, lagi pula orang hamil harus lebih banyak bergerak agar aliran darahnya lancara," serfah Yatri."Ya sudah, Non. Kerjanya yang gampang-gampang saja."Yatri memilih mengupas kentang, dia sedikit ingin tahu bagaimana kondisi keluarga Rexa yang sesungguhnya, dia penasaran dengan sikap ayah mertua dan ibu tiri mertuanya kemarin yang begitu menghardik Rexa."Bu Yat sudah lama 'kan kerja dengan Rexa, kenapa ayah dan ibunya begitu ya?" tanya Yatri.Bu Yat menghela nafas, bila dia merenungkan nasib Rexa yan
Rexa naik ke kamar Yatri, tetapi sosok pemilik kamar tak ada disana, dia mengelilingi sekitar lantai dua dan tiga, namun Yatri di ketemukan. Saat melewati kamar pribadinya, Rexa membuka pintu kamar itu, betapa leganya dia ketika melihat sosok yang ia cari ada di atas tempat tidurnya. Yatri tertidur pulas sembari memeluk baju bukas pakai Rexa."Yatri, kamu buat aku panik," gumam Rexa.Rexa melepas sepatu dan kemejanya, dia memeluk Yatri dari belakang melepas rindu karena seharian tak bersama. Tangan Rexa meraba perut Yatri, ungkalan menepati janji karena pulang tak selarut yang di jadwalkan."Papa sudah pulang, Nak. Kamu tidak usahakan mama 'kan?" tanya Rexa berbisik di perut Yatri.Yatri belum juga bangun dari tidurnya, Rexa meropol Yatri dengan ciuman, pipi, jidat, dagu, leher, dan hidung jadi sasaran keisengan Rexa. Rasa geli dan nikmat buat Yatri mengerjap."Papa, sudah pulang," kata Yatri memeluk Rexa.
Makan malam usai, Rexa lebih dulu naik ke atas kamar, malam ini Pak Yahya harus cepat tidur, itu kata dokter keluarga yang menanganinya. Yatri menyusul Rexa dari belakag, tampak suaminya itu masih terbawa suasana sejak makan malam tadi. 'Aku harus minta maaf, aku sudah membuat dia tersinggung,' kata Yatri dalam hati. Yatri melangkah cepat menaiki tangga menyusul Arlesa yang masih di pertengahan jalan, namun kaki terbentur hingga sulit berpijak, Akhirnya Yatri terjatuh. "Ahk!" Yatri memekik. Nasib baik tangannya bisa menggapai tiang penyangga. Rexa yang mendengar itu berbalik, matanya membelalak melihat Yatri. "Yatri," lirih Rxea berlari turun menuju ke arah Yatri. "Kamu jatuh?" tanya Rexa. Dia melihat juga meraba selangkangan istrinya, syukur tak ada tanda-tanda pendarahan disana "Ayo kita naik ke kamar," ucap Rexa lalu menggendong Yatri ke atas kamar. Yartri memandangi wajah Rexa yang masih tetap ding
Pagi yang cerah, Yatri mendorong kursi roda Pak Yahya berkeliling taman rumah Rexa. Ada banyak yang ingin ia lakukan dengan kakek suaminya itu, namun karena hamil muda ia harus banyak meluangkan waktu untuk beristirahat saja.Rexa sudah ada di kantor, begitu pun Randy yang sudah kembali ke kantor restonya."Yatri, ada yamg ingin kakek tanyakan padamu, jujurlah .." kata Pak Yahya.Yatri mengangguk, " silahkan, Kakek.""Kakek tahu, kamu dan Rexa hanya nikah kontrak, snagat jelas terlihat pada bahasa tubuh kalian berdua, tapi Kakek juga yakin kamu memiliki alasan kuat melakukan hal itu. Yatri, jika Kakek meninggal nanti, bisakah kamu selalu tetap bersama Rexa? dia butuh sosok perampuan yang tulus seperti kamu," papar Pak Yahya.Yatri terkesiap, da terjebak dengan situasi yang harus membuat ya jujur, jikat tidak maka dia akan di cap sebagai wanita pembohong ulung."Dari mana Kakek dapat infromasi ini?" t
Rexa masih termangu, sementara Bu Anne terdengar menangis di balik telpon. Sejak lima belas tahun dia bersembunyi karena pengancaman yang terjadi padanya juga untuk Rexa."Mami sekarang ada di mana?" tanya Rexa."Mami ada di sebuah Desa, Nak. Jemputlah mami," sahut Bu Anne.Rexa melirik ke Hani, gadis itu ikut pula menangis, sejak SMP orang tua Hani di kampung merawat Bu Anne yang mereka temukan di pinggir jurang karena kecelakaan, kini Bu Anne telah sehat kembali, dia bisa di mintai memberikan alamatnya pada Hani bisa menelusuri jejak nama Rexa hingga bisa menemukan kantor Global Indo."Rexa akan menjemput Mami, tunggu Rexa," ucap Rexa menutup telponnya."Kamu ceritakan semua di mobil nanti, tunjukkan di mana letak Desa mu, kita akan kesana," kata Rexa pada Hani.Rxea mendial nomor Gerald agar menemanimya ke Desa tersebut, di bawa asisten pribadinya itu sudah menunggu dan menyiapkan Pak Budi pula untuk me
Malam tiba, mobil mereka telah sampai di Drsa yang amat terisolir, mobil itu bahkan menrejang berbagai lumpur dan kubangan air. Keahlian mengemudi Pak Buid sungguh di uji oleh jalanan Dusun Hani yang belum tersentuh uluran tangan pemerintah.Hani menunjuk ke arah rumah kayu yang amat sederhana, dia mempersilahkan ketiga tamunya itu untuk turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah orang tuanya."Silahkan masuk," ucap Hani.Rxea tak sabar, dia lebih dulu masuk ke rumah Hani, mereka bsrtiga duduk di ruang tamu hanya di kursi kayu. Hani masuk memanggil keduan orang tuanya memberitahu bahwa anak Bu Anne sudah tiba untuk menjemput maminya.Pak Agus dan Bu Idah keluar dengan perasaan gugup, entah sulit berkata-kata nanti karena keluarag orang yang mereka rawat selama bertahun-tahun adalah orang yang kaya raya. bu Anne yang masih masa pemulihan terstidur di dala kamar Hani."Mami saya mana, Pak dan Bu?" tabya Rexa mneren
Yatri dan Pak Yahya beserta Randy makan malam bersama, tak ada kata yang menyua banyak malam ini, itu karena pesan Rexa agar dia selalu menjaga sikap saat tak ada dirinya. "Rexa belum pulang?" tanya Pak Yahya. "Dia ke luar kota, Kek. Ada urusan penting dengan Gerald dan Pak Budi," sahut Yatri. "Berarti kamu tidak bertemu besok saat kami pulang," ujar Pak Yahya. "Kakek tinggallah disini lebih lama, Rexa pasti akan senang." "Tidak bisa menantuku, rumah kakek bagian hidup kakek, jiak jauh dari rumah, saya berasa tidak tenang," sergah Pak Yahya. "Kakek tidak mau meninggalkan kenangan lama di rumahnya, disana banyak kenangan bersama nenek, Yatri," timpal Randy. Yatri mengerlingkan mata, dia baru sadar bahwa sulit di masa tua melupakannkenangan muda di saat bersama pasangan, itulah yang di rasakan pula oleh Pak Yahya. "Kapan-kapan kami akan kembali lado bertamu, lagi pula Randy juga besok