Belum beranjak dari posisinya, Arnold masih menatap emosi, pintu ruangan, tempat Papa dirawat saat ini. Tidak rela, wanita yang di cintainya, menikahi pria lain, Arnold berdiri dan memutuskan akan meminta putrinya baik-baik sebagai pendampingnya.
Berjalan dengan percaya diri, Arnold terkejut, melihat seseorang yang sudah lama, tidak pulang ke rumah, Kakaknya Aiden. Mencoba berpikir, untuk apa masuk ruangan tersebut? Sedangkan dia, belum pernah memberitahukan siapa pun, tentang Catherine. Aiden kan Spesialis kanker? Apa Papanya Catherine, punya penyakit kanker? Tidak ingin menebak-nebak, Arnold akan memastikan dulu, pada Kakaknya. Duduk menunggu, tidak jauh dari kamar pasien.
Melihat Aiden keluar dari kamar tersebut, Arnold mengikuti langkah Aiden, menuju ruangannya. Tanpa mengetuk pintu, Arnold langsung masuk, dan duduk di depan Aiden, yang terkejut.
"Sedang apa kau disini?" tanya Aiden heran. Adiknya ini, bukan tipekal orang, yang memiliki banyak wa
Keanu, sangat gembira menyambut kepulangan Papanya. Melompat-lompat kegirangan, saat Ardi turun dari mobil, langsung memeluknya erat."Welcome Home Papa," bisik Keanu saat memeluk Papanya, dan menuntun Ardi, duduk di sofa."Ck, adik lu, manis banget, sumpah!" ucap Dinda, berjalan dan duduk di sebelah Ardi."Pi, kalau kontrol nanti biar sama aku aja ya?" tawar Dinda melirik Catherine, berdecak padanya."Nggak, biar Papa gwa yang antar, kalau lu yang antar, takutnya di bawa kemana-mana lagi!""Cih, anak Papi, ih....., pelit banget sih!""Ya udah, nanti kalian berdua saja yang antar Papa," balas Ardi, membuat girang Dinda. Setidaknya, ada alasan bagi Dinda, bertemu Dokter cintanya! Melihat waktu di jamnya, Dinda segera pamitan kembali ke Boutiquenya."Keanu ikut juga ya Pa?" bujuk Keanu, menatap kepergian Dinda."Jangan Keanu, rumah sakit nggak baik buat anak-anak." Ardi mengelus rambut dan memberi pengertian buat Kean
"Caty,sudah punya kekasih?" tanya Papanya, saat mereka sedang makan malam. Mencoba menarik nafas, mengurai rasa sakit yang menjalar. Beberapa kali Pak Ardi mencoba metode tarik-hembus nafas, sampai dadanya berkurang rasa sakitnya."Belum ada yang seperti Papa," ucap Catherine tersenyum menggoda Papanya."Dasar gadis nakal!" Pak Ardi tertawa mendengar gombalan Catherine. "Sayang, Papa serius. Papa ingin, kamu menikah dengan pria pilihanmu. Tapi, kalau kamu belum punya calon, Papa jodohkan dengan anak teman Papa,mau?" tawar Pak Ardi dengan suara pelan. Dia sangat takut menyinggung perasaan Catherine."Buru-buru banget Pa! Nanti kalau jodoh Catherine datang, Papa kesepian loh!" gurau Catherine, sengaja agar Papanya berhenti membahas jodoh. "Papa hanya takut, tidak bisa pergi dengan tenang nanti" papar Pak Ardi, mengelus rambut Catherine kembali. "Papa ih, bicaranya, buat Catherine mau nangis aja.""Mau ya, Papa kenalkan sama anak teman Papa. Papa kenal baik dengan keluarga tersebut. P
"Stop!" teriak Arnold menghentikan langkah Catherine sesaat. Lalu segera berlari dan dan bersembunyi di balik semak-semak, agar tidak di ikuti Pria tersebut.Dirasa aman, Catherine kembali pulang ke rumahnya, dia harus segera bersiap-siap, untuk makan siang dengan calon keluarga suaminya siang ini.Menghabiskan waktu 90 menit untuk mandi dan make up, Catherine dan Papanya, tiba di salah satu restoran Japanese Food. Menggandeng Papanya, menuju salah satu ruang VIP di sudut restoran tersebut."Selamat siang Om dan Tante, perkenalkan saya Catherine," ucap Catherine menyapa calon mertuanya, saat masuk, dan membantu Papanya duduk di sampingnya. Melihat sekelilingnya, hanya ada mereka berempat saja, lalu dimana calon suaminya? batin Catherine dalam hati. Hal itu ternyata di ketahui calon mertuanya tersebut, yang dari tadi tetap memandang Catherine."David masih meeting dengan salah satu Investornya, di ruang sebelah. Sambil menunggu David, kamu mau pesan apa, Cath?" tanya lembut wanita be
Hari ini hari ke enam, Catherine menguntit kegiatan David dan finalnya, Catherine tidak melihat kejanggalan apapun di kehidupan David. "Dia pria baik, bukan Casanova dan layak di pertimbangkan," ucap Catherine sambil mengetuk kemudi mobilnya.Menyempatkan diri, sebentar berbelanja kebutuhan pribadinya di salah satu Mall terdekat kediamannya. Sambil mendorong strollernya, langkahnya terhenti, mendengar suara anak menangis di area belanjanya. Catherine mencoba mengecek lorong terdekatnya. Benar saja, seorang anak laki-laki, meringkuk menangis di dekat mainan anak-anak. Catherine mendekati anak tersebut, menyodorkan sebuah permen lolipop, "Kau mau?' tawarnya tersenyum. Tidak ada respon apapun dari anak tersebut."Kenapa tidak di ambil?' Catherine bertanya tanpa memutus tatapan pada anak tersebut. "Kata Mama tidak boleh terima apapun dari orang asing, Tante," ucapnya, menatap Catherine."Benar, memang tidak boleh menerima apapun dari orang asing. Mamamu mengajarimu dengan sangat baik,
"Papa mana Bi?" tanya Catherine pada asisten rumah tangga yang menyambutnya dan meraih barang belanjaan dari tangannya. "Ada di kolam belakang Non, lagi kasih makan ikan koi," balas Bi Rani, asisten rumah tangga Catherine. "Papa," panggil Catherine, menghampiri Papanya yang sedang memberi makan ikan koi-nya. "Siapa Cath?" tanya Papa Ardi menatap lembut bocah laki-laki tersebut. "Anak Cathy Pa," bisik Catherine tersenyum. Mendengar hal itu bukannya marah, Papa Ardi malah terkekeh, mencubit kembali Catherine. "Ish, belum menikah sudah punya cucu sebesar ini, Papa rela Cath," kekeh Papa Ardi kembali, lalu menarik Catherine dan berbisik kembali, "Bisa kasih 11 lagi Cath, biar ramai rumah ini!' "Ih Papa, kok minta sebelas lagi? Mau buat team sepakbola?" gemas Catherine menatap Papanya heran. Di luar sana mungkin, saat orangtua mendengar putrinya membawa anak tanpa menikah, akan di tendang dari rumahnya, dan di coret dari kartu keluarga mereka. "Iya, team kesebelasannya kan belum ada
"Ini restoran yang kamu maksud?" "Ya, aku bahkan sering melihatmu makan di sini bersama Om disini.""Kau tahu," ucap David terhenti, membuat Catherine berhenti memotong daging rendangnya, dan menatap balik David."Sebelum kita di jodohkan, aku bahkan ingin mendekatimu lebih dulu.""Aku pernah 10 hari berturut-turut mendatangi restoran ini, berharap kita bertemu, kau tidak pernah datang lagi, sampai ayahku menyampaikan keinginannya menjodohkanku. Jujur Cath, aku marah dan menentang perjodohan ini, karena masih berharap bertemu denganmu. Tapi, aku berubah pikiran, saat Papaku mengirimkan fotomu. Luar biasa bahagia Cath! Aku bahkan minta Papa mengatur pertemuanku langsung denganmu sesegera mungkin. Itulah pertemuan kita di restoran. Aku menyukaimu Cath,' ucap David membuat Catherine terdiam."Besok aku jemput lagi ya, boleh?""David, bukannya tidak boleh. tapi besok aku akan ke lokasi proyek," ucap Catherine apa adanya. Memang benar dia akan ke proyek, bersama perwakilan Winston Corp,
Catherine menatap tak percaya dengan suasana cuaca dari balik jendela di kamarnya, angin menumbangkan beberapa pohon di sekitar penginapan mereka. Bahkan dua mobil rusak parah di timpa pohon tersebut. Sudah hampir 2 jam mereka semua di dalam penginapan ini. Tapi suasana bukannya membaik, malah semakin mencekam saja. Catherine berbalik dan menatap Arnold yang sudah terlelap sejak Papanya menghubungi tadi. "Cih, mudah sekali dia tertidur. Bahkan sangat lelap di tengah badai begini," ucap Catherine berusaha mencari signal lagi, sekedar ingin menonton berita update saat ini atau menonton drama historical China kesukaannya. Mencoba mengalihkan pikirannya dengan bermain game di ponselnya. Sudah beberapa menit memainkan gamenya, Catherine masih tetap belum fokus pada gamenya. Dirinya masih waspada, selama badai belum usai. "Ada apa dengan badai hari ini?" gumamnya sambil melanjutkan permainan gamenya Catherine terdiam dan menghentikan permainan gamenya sesaat saat tanah bergetar, Cat
Arnold mencoba membuka kelopak matanya, menyesuaikan sinar matahari yang masuk di pupil matanya. Berdiri dan membuka lebar gorden jendela kamarnya. Mencari Cathy yang tidak ada di dalam kamar, mengambil jaket dan keluar dari ruang kotak tersebut. Berjalan ke arah lobby, dan melihat Catherine mengulurkan tangannya menyentuh bulir hujan"Kenapa tidak bangunkan aku?""Aku hanya bosan saja, pengap dalam kamar," ucap Catherine berjalan ke sofa. "Kau sudah sarapan?""Baru saja.""Ck, gadis menyebalkan, bahkan sarapan sendirian!" sungut Arnold menatap Catherine."Setidaknya, aku membuatkanmu kopi hangat," ucap Catherine menunjuk cangkir diatas meja.Tersenyum melihat kopi yang dimaksud Catherine, Arnold mengambil posisi duduk di sebelah Catherine dan menyesap kopinya."Kita seperti pasangan honeymoon saja, ya!" Catherine mendelik mendengar Arnold berbicara begitu. "Hujan terus, kapan kita pulang?! Bosan!!" gerutu Catherine melihat hujan di luar lobby. Meneguk kopinya, Arnold tersenyum de