Share

Bersama Seharian

"Ini restoran yang kamu maksud?" 

"Ya, aku bahkan sering melihatmu makan di sini bersama Om disini."

"Kau tahu," ucap David terhenti, membuat Catherine berhenti memotong daging rendangnya, dan menatap balik David.

"Sebelum kita di jodohkan, aku bahkan ingin mendekatimu lebih dulu."

"Aku pernah 10 hari berturut-turut mendatangi restoran ini, berharap kita bertemu, kau tidak pernah datang lagi, sampai ayahku menyampaikan keinginannya menjodohkanku. Jujur Cath, aku marah dan menentang perjodohan ini, karena masih berharap bertemu denganmu.  Tapi, aku berubah pikiran, saat Papaku mengirimkan fotomu. Luar biasa bahagia Cath! Aku bahkan minta Papa mengatur pertemuanku langsung denganmu sesegera mungkin. Itulah pertemuan kita di restoran. Aku menyukaimu Cath,' ucap David membuat Catherine terdiam.

"Besok aku jemput lagi ya, boleh?"

"David, bukannya tidak boleh. tapi besok aku akan ke lokasi proyek," ucap Catherine apa adanya. Memang benar dia akan ke proyek, bersama perwakilan Winston Corp, hanya Catherine belum tahu saja, siapa team Winston Corp yang akan bersamanya nanti. 

"Tidak bisa di wakilkan dengan asistenmu?" David menghentikan makannya, menuntut jawaban yang baik bagi gendang telinganya.

"Jujur, karena ini tahap awal, aku lebih suka meninjau langsung ke Proyek. Berbeda jika progressnya sudah 70%, biasanya aku akan menyerahkannya pada asistenku," ucap Catherine menjelaskan detail. Catherine sengaja menjelaskan secara detail, berharap David paham, dan saat mereka menikah nanti, David tidak melarangnya ke lokasi Proyek.

"Baiklah, semoga urusanmu di lokasi Proyek berjalan dengan baik, Cath."

Catherine pagi ini sudah sampai di Winston Group sendirian tanpa di dampingi asistennya Sophia yang sedang sakit. 

"Selamat pagi Bu Catherine, saya di tugaskan Pak Arnold untuk menjemput Ibu, dan langsung mengantarkan ibu ke landasan Helipad. Mari ikuti saya Bu," ucap pria tersebut lembut dan sopan. Catherine hanya mengangguk pada asisten tersebut.

Catherine dan asisten tersebut sampai di landasan Helipad, dan melihat Arnold berdiri menunggunya dekat Helikopter tersebut. 

"Ayo, aku bantu naik" Arnold mengulurkan tangannya dan disambut oleh Catherine. Arnold memicingkan ekor matanya, saat asistennya ingin ikut dalam helikopter tersebut, membuat asisten tersebut menahan langkahnya, dan membiarkan helikopter tersebut terbang, tanpa dirinya. 

"Kau suka pemandangannya?" tanya Arnold via headset,menatap Catherine yang sangat terpukau dengan pemandangan di sekitar proyek mereka. 

"Sangat indah, jika di lihat dari sini!"

Arnold tidak bertanya apapun lagi sampai mereka landing di helipad, tetap membiarkan Catherine menatap kagum pada ciptaan Tuhan di hadapannya. 

"Mendung sekali," ucap Catherine yang baru saja menyadari keadaan cuaca di sekitarnya. 

"Sepertinya semua area akan turun hujan," gumam Catherine yang terdengar oleh Arnold yang masih berbicara dengan kepala proyek. Merasakan arah angin yang tiba-tiba kencang, Arnold segera meminta kepala proyek tersebut menghentikan pembangunan sementara, sampai kondisi cuaca membaik. 

"Sebaiknya kita juga segera pulang, sebelum cuaca semakin memburuk," ucap Arnold langsung menarik dan menggenggam tangan Catherine, sedikit berlari ke arah Helipad. 

"Maaf Tuan, sepertinya kita tidak bisa berangkat saat cuaca buruk seperti ini, harus menunggu cuaca reda dulu, baru kita bisa pulang," ucap Pilot Helikopter tersebut berlari mendatangi Arnold dan Catherine yang sedang menuju Helipad.

"Bagaimana Cath?" tanya Arnold berusahan menghalangi debu yang berterbangan melewati mereka, tapi tetap tidak bisa, angin terlalu kencang saat ini.

"Bisakah kita pulang dengan mobil saja? Jujur ayahku sedang kurang sehat saat ini, jadi aku tetap akan pulang, please." Catherine mengatupkan kedua tangannya menatap Arnold.

Belum menjawab pertanyaan Catherine, Arnold menarik Catherine kembali, menuju ke mess proyek di ujung sana. Mereka bertiga berusaha berlari dari kepungan debu-debu tersebut. Angin menyebalkan!! Gerutu Arnold.

Setelah berbicara dengan kepala proyek, Arnold menggandeng kembali Catherine menuju mobil perusahaan yang ada di lokasi proyek. Membuka pintu dan memasang seatbelt Catherine, Arnold menengadah sebentar menatap kondisi langit saat ini, "Apa kami bisa menerobosnya?" gumamnya pelan, langsung memasuki mobil, dan menghidupkan mobilnya, "Ayo kita pulang Cath!"

Hanya beberapa kilometer saja dari lokasi proyek, hujan deras disertai angin kencang, menyertai perjalanan Catherine dan Arnold saat ini. Catherine yang mendengar gemuruh, memegang erat seatbelt dan menutup matanya. Ini pertama kali, dirinya di hadapkan dengan cuaca esktrim seperti ini.

"Kau takut?" tanya Arnold setengah berteriak, takut Catherine tidak mendengar karena suara gemuruh hujan.

"Aku? Takut? Cih tidak," ucap Catherine berusaha menunjukkan pada Arnold dia gadis yang tegar, lalu mencoba tertawa kuat menutupi rasa takutnya, namun tawanya terdengar sangat horor di telinga Arnold.

GRGHHHHH  GRGHHHHH  GRGHHHHH  

"Arnold, kau dengar suara itu?" tanya Catherine. Suara itu sangat jelas di gendang telinganya.

Arnold yang masih fokus mengendarai mobilnya, hanya menggelengkan kepalanya, pertanda dia tidak tahu. Tapi tiba-tiba fokus Arnold pecah, melihat beberapa batang pohon di atas sana melungsur turun bersama air dan tanah. Mendadak, Arnold menghentikan mobilnya mendadak. 

Berusaha secepat mungkin mengganti posisi mobil ke posisi mundur, menghindari longsor di atas mereka, menekan gas mundur dengan kecepatan penuh. Catherine bahkan merapalkan doa pertobatan saat longsor diatas mereka.

"Kau baik-baik saja?" Arnold memutar balik mobilnya, menuju penginapan yang dia lewati beberapa kilometer dari lokasi longsor. 

"Apa aku terlihat baik-baik saja?" balas Catherine gemetaran. Hampir saja dia pulang tinggal nama, jika Arnold tidak segera mundur dengan kecepatan penuh.

Tidak ada kalimat apapun dari Catherine, saat Arnold membawanya. Catherine masih terlalu shock dengan kejadian tadi. Bahkan sampai tak sadar, mobil mereka masuk ke area penginapan kecil. 

"Kau masih sanggup berjalan?" Arnold bertanya sembari membuka seatbeltnya, melihat tubuh Catherine yang masih saja gemetaran, Arnold turun dan membuka pintu Catherine, lalu memeluknya sampai tubuh Catherine tidak gemetaran lagi.

"Baru kali ini lihat Catwoman gemetaran!" gurau Arnold, mengajak Catherine ke Front Desk Hotel.

"Mohon maaf Tuan,hanya tersisa 1 kamar single bed terakhir saat ini," ucap pegawai penginapan tersebut saat Arnold meminta 2 kamar untuk mereka. Arnold menatap Catherine, memberikan keputusan pada Catherine. Apakah ingin tidur di penginapan atau di mobil!. Namun sampai 10 menit, belum menjawab apapun. 

"Kami ambil saja," jawab Arnold langsung, saat melihat beberapa mobil masuk ke parkiran penginapan. Daripada menunggu Catherine yang berpikir, lebih baik dia ambil kamar tersebut, daripada di ambil orang.

"Kenapa kau ambil?" tanya Catherine tidak terima, akan sekamar dengan yang bukan suaminya. 

"Aku sangat lelah, dan butuh istirahat Cath, kau mau kamar terakir di ambil mereka?!" Arnold menunjuk segerombolan orang yang baru saja memasuki Lobby Hotel. Catherine  menggelengkan kepalanya, dia juga sangat lelah dan butuh tidur nyenyak saat ini.

"Ini kuncinya Pak," ucap pegawai tersebut dan menunjuk arah kamar mereka. 

Memasuki kamar mereka, Catherine terkejut dengan size ranjang mereka yang tergolong sempit bagi tubuh mereka berdua.Mengedarkan bola matanya, mencari sofa, namun hanya ada 1 kursi saja di dekat meja. Dasar penginapan pelit! sungutnya menatap ranjang. Catherine jelas melihat betapa mahalnya harga ruangan tersebut. Benar-benar memanfaatkan situasi mereka, ya! sungut Catherine lagi. 

Drttt

Drtt

Catherine melihat panggilan yang masuk, menatap aneh ponsel tersebut, ada signal masuk ke ponselnya di suasana seperti ini. Melangkah lurus ke arah jendela. Catherine mengangkat panggilan dari Papanya.

"Cath, kau dimana? Kenapa belum pulang juga?"

"Masih di lokasi proyek Pa, kami tidak bisa pulang, karena cuaca buruk dan longsor."

"Cuaca buruk? Kau tidak apa-apa kan sayang?"

"Aku baik-baik saja Papa, sekarang sudah di penginapan. Mungkin aku akan pulang besok Pa,"balas Catherine dan menatap Arnold agar tidak bersuara selama Papanya menghubunginya.

"Cath, tadinya Papa mau diskusi sesuatu, tapi sebaiknya Papa tunggu kamu di rumah saja ya."

"Jangan buat aku penasaran Pa. Katakan saja Pa," desak Catherine ingin tahu.

"Baiklah, ini tentang Keanu,sayang. Sepertinya Papa menyukainya. Boleh Papa adopsi Keanu menjadi adikmu? Tentunya setelah kita cari info tentang orangtuanya. Bagaimana?" tanya Ardi, namun beberap detik menunggu jawaban, tetap belum ada jawaban dari lawan bicaranya.

"Halo Cath?"

"Halo Pa?"

"Pa?"

"Pa?" 

Catherine mengecek batterainya, masih tersisa 87% lagi. Mencoba mengelilingi area kamarnya, dan menaiki meja di hotel tersebut, tetap tidak bisa. "Tadi Papa bicara apa ya?" gumam Catherine  penasaran.

Signal? Sial!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status