Share

TOGETHER AGAIN

Catherine  menatap tak percaya dengan suasana cuaca dari balik jendela di kamarnya, angin menumbangkan beberapa pohon di sekitar penginapan mereka. Bahkan dua mobil rusak parah di timpa pohon tersebut.

Sudah hampir 2 jam mereka semua di dalam penginapan ini. Tapi suasana bukannya membaik, malah  semakin mencekam saja. Catherine berbalik dan  menatap Arnold yang sudah terlelap sejak Papanya menghubungi tadi.

"Cih, mudah sekali dia tertidur. Bahkan sangat lelap di tengah badai begini," ucap Catherine berusaha mencari signal lagi, sekedar ingin menonton berita update saat ini atau menonton drama historical China kesukaannya.

Mencoba mengalihkan pikirannya dengan bermain game di ponselnya. Sudah beberapa menit memainkan gamenya, Catherine masih tetap belum fokus pada gamenya. Dirinya masih waspada, selama badai belum usai.

"Ada apa dengan badai hari ini?" gumamnya sambil melanjutkan permainan gamenya

Catherine terdiam dan menghentikan permainan gamenya sesaat saat tanah bergetar, Catherine menempelkan telinganya di lantai, mencoba mendengar gemuruh yang terjadii dibawah sana.

Mencoba membangunkan Arnold, ragu saat mendekatinya. Catherine membuka pintu, menuju Front Office Penginapannya. Terngaga melihat tumpukan tanah longsor dan pepohonan merosot tepat beberapa meter dari bangunan mereka.

Tubuh Catherine gemetaran dan bimbang, jika harus masuk ke dalam kamar lagi. Takut, longsor tadi meluas sampai di tempat penginapannya. Benar-benar bimbang. 

Mengambil ponselnya dan merekam kondisi tanah yang masih longsor tersebut. Catherine pastikan banyak jalan terputus saat ini.

Mendengar sambaran kilat seperti membelah bumi, Catherine kembali masuk ke dalam kamar. Apalagi, sesaat setelah dia masuk kamar, aliran listrik terputus. Catherine mencoba menghidupkan lampu ponselnya. Namun tidak sanggup, daya ponselnya habis terpakai dia gunakan bermain game tadi di kamar.

Mencoba meraba-raba tempat tidur, mau tak mau, dia harus tidur seranjang dengan Arnold. Catherine berharap pria tersebut tidak macam-macam dengannya. 

Catherine menaiki tempat tidur, dan melakukan doa sebelum tidur meminta pertolongan Tuhan dan berharap saat dia bangun, cuaca sudah baik-baik saja.

Catherine merasakan ada gerakan kepala naik ke pangkuannya, sesaat setelah dia mengatakan AMIN. Catherine sadar di pangkuannya saat ini, Arnold. Catherine mencoba memindahkan kepala Arnold, tapi tidak bisa. Justru semakin naik ke pangkuannya dan melingkarkan tangannya di pinggang Catherine.

"Tolong angkat kepalamu, Arnold!" seru Catherine pelan, dan berharap Arnold bersedia memindahkan kepalanya tersebut. Tapi ternyata tidak! Catherine merasakan Arnold justru tersenyum dengan permintaannya.

"Biarkan seperti ini beberapa menit saja Cath," pinta Arnold pelan, lalu mengelus punggung gadisnya. 

"Jangan seperti itu, aku sudah punya calon suami, jika kau perlu di ingatkan." Catherine menatap Arnold dalam keadaan gelap gulita. Tidak ada penerangan saat ini, mungkin pihak penginapan juga sedang berusaha dengan genset mereka. 

"Aku tahu itu," jawab Arnold seakan tak peduli, mengambil tangan Catherine lalu mengecupnya beberapa kali. Membuat Catherine merasa tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini.

"Cath, dont move! Kau akan membangunkan Lion-ku jika terus bergerak seperti ini!" pinta Arnold, yang memang saat ini sedang berjuang menahan hasratnya. Alam sepertinya mendukungnya berduaan dengan Catherine, Arnold mendongak ke atas, merasakan Catherine yang juga menatapnya saat ini. 

Menarik pelan kepala Catherine, dan mengecup beberapa kali bibir manis tersebut. Catherine yang kaget, menarik kuat kepalanya, membuat Arnold tersenyum, "Aku merindukanmu Cath, juga merindukan ini," ucap Arnold mengusap bibir Catherine. 

"Kau gila!" sungut Catherine membuat Arnold tertawa. Dia sangat menikmati malam gelap gulita bersama Catherine seperti ini. Setidaknya, gadis penakutnya, tidak akan kemana-mana untuk saat ini.

Kembali menggenggam tangan Catherine, dan mengecupnya beberapa kali. Lalu duduk dan bersandar pada headboard tempat tidur mereka, Arnold menarik Catherine dalam pelukannya. Catherine yang awalnya berontak, akhirnya membiarkan Arnold memeluknya. Lalu terkejut, saat Arnold, membalikkan tubuhnya, seperti posisi menggendong bayi, dengan lutut Arnold sebagai tumpuan kepala Catherine.

Mendekap erat Catherine, Arnold berusaha menjaga hasratnya. Berdekatan dengan Catherine adalah ujian terberat dalam hidupnya. Tapi jika tidak di peluk, dia akan sangat menyesal melewatkan kesempatan ini.

"Catherine, kau benar-benar akan menikah dengan pria itu?" tanya Arnold dengan nada cemburunya mengelus pipi Catherine, lalu mengecup kembali bibir Catherine. Catherine terkesiap dengan perlakuan manis Arnold saat ini.

"Iya, jika pernikahan dengan anak sahabat Papaku membuat Papaku bahagia di masa tuanya, aku bersedia melakukan itu untuk Papa," ucap Jill tanpa ragu.

"Jika pernikahan saja, kenapa kau tidak mau menikah denganku saja, Catherine? Kenapa harus mengorbankan hidupmu dengan orang yang kau tidak cintai, Catherine? tanya Arnold  menatap Jill dalam kegelapan, mengambil tangan Jill, dan menempelkan pada dadanya. 

"Kau bisa rasakan detaknya Cath? bahkan jantungku, berdetak kencang saat bersamamu. Kenapa masih meragukan aku, Cath?" Arnold kembali bertanya dan menatap dalam Catherine, mendekatkan wajah Catherine, dan melumat habis bibir Catherine. Meluapkan semua perasaan cintanya, sedihnya, kekecewaannya, rindunya pada Catherine. Catherine pun bingung kenapa justru membalas ciuman Arnold malam ini. Keduanya hanyut dalam suasana gelap dan dingin malam ini. 

"Cath, kau semakin mahir saja, sayang." Arnold tertawa bahagia, dan kembali mencium Catherine lagi. Rasanya malam ini dia harus membuat Catherine berubah pikiran. Catherine yang sudah bisa mengimbangi Arnold, melingkarkan kedua tangannya di leher Arnold.  Arnold tersenyum di sela-sela ciumannya. Mengangkat Catherine dan mendudukkannya di pangkuan Arnold.

"Aku ingin mencoba gaya ini saat menciummu Cath," ucap Arnold yang tak tahan saat Catherine meronta duduk di pangkuannya. Menarik kembali bibir Catherine, dan melumat bibir itu kesekian kalinya. Kiss sesungguhnya yang pertama bagi mereka berdua, setelah cinta tumbuh.

Arnold yang takut lepas kendali, melepaskan ciuman tersebut, meletakkan Catherine di tempat tidur dan menggulungnya dalam selimut, lalu memeluk Catherine lagi.

"Aku takut lepas kendali, Cath."  Arnold mengecup kening Catherine lalu menepuk bahunya. Catherine yang merasa pipinya sangat merona efek ciuman tadi, menenggelamkan wajahnya dalam selimut. Untung saja listrik masih padam, jika tidak, mana sanggup dia menatap Arnold saat ini.

"Cath, jika aku  bisa memenangkan hati Papamu, maukah kau memberikanku kesempatan untuk memperjuangkan hubungan kita?" Arnold meminta izin atas hal sederhana ini. Catherine yang terharu dengan ucapan Arnold, menangkup wajah Arnold, dan mengecup pipinya, sebagai tanda izin darinya, untuk memenangkan Papanya dulu.

Arnold tersenyum bahagia dengan perlakuan manis Catherine barusan. Memeluk erat Catherine yang terbungkus bed cover, Arnold mengecup kening Catherine beberapa kali. Hatinya sangat bahagia saat ini, setidaknya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan saati ini. 

"Cath, apa kalian sudah resmi bertunangan, atau langsung ke pernikahan?" Arnold bertanya, karena ingin menyiapkan strateginya menghadapi calon suami Catherine, dalam memenangkan hati calon Papa mertuanya. 

"Langsung menikah," jawab Catherine membuat Arnold kaget bukan main.

"APAA???"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status