Share

Again

"Papa mana Bi?" tanya Catherine pada asisten rumah tangga yang menyambutnya dan meraih barang belanjaan dari tangannya.

"Ada di kolam belakang Non, lagi kasih makan ikan koi," balas Bi Rani, asisten rumah tangga Catherine.

"Papa," panggil Catherine, menghampiri Papanya yang sedang memberi makan ikan koi-nya.

"Siapa Cath?" tanya Papa Ardi menatap lembut bocah laki-laki tersebut.

"Anak Cathy Pa," bisik Catherine tersenyum. Mendengar hal itu bukannya marah, Papa Ardi malah terkekeh, mencubit kembali Catherine.

"Ish, belum menikah sudah punya cucu sebesar ini, Papa rela Cath," kekeh Papa Ardi kembali, lalu menarik Catherine dan berbisik kembali, "Bisa kasih 11 lagi Cath, biar ramai rumah ini!'

"Ih Papa, kok minta sebelas lagi? Mau buat team sepakbola?" gemas Catherine menatap Papanya heran. Di luar sana mungkin, saat orangtua mendengar putrinya membawa anak tanpa menikah, akan di tendang dari rumahnya, dan di coret dari kartu keluarga mereka.

"Iya, team kesebelasannya kan belum ada, masih wasitnya doang," ucap Papa Ardi menatap bocah laki-laki tersebut, yang sedari tadi juga menatapnya.

"Sini sayang, kemari," panggil Papa Ardi. Keanu yang awalnya takut tidak di terima Papa Ardi pun mendekat, mengulurkan tangannya dan menyalim tangan Papa Ardi. Membuat Papa Ardi dan Catherine tersenyum melihat kesopanannya. Zaman sekarang sangat sulit menemukan anak kecil yang paham etika menyalim orangtua.

"Selamat sore Opa, perkenalkan nama saya Keanu Opa," ucapnya lagi, bibirnya bergetar menahan isak.

"Kenapa menangis sayang?" tanya Papa Ardi yang peka dengan raut Keanu yang akan menangis. Meletakkan pakan ikannya, dan melap tangannya dengan tissue basah di dekatnya, Papa Ardi mengelus rambut Keanu.

"Opa, tolong izinkan Keanu tinggal di sini ya. Tolong jangan usir Keanu, kalau di usir, Keanu ga tau mau bobo dimana," isaknya mengucapkan kalimat terakhirnya, tubuhnya bergetar saat ini.

"Loh,siapa yang mau usir Keanu, Opa malah senang kalau Keanu tinggal di sini. Ada yang nemenin Opa di rumah," imbuh Papa Ardi, menarik lembut Keanu dalam pelukannya. Mendengar perkataan Opa Ardi, Keanu semakin terisak. Bukan karena takut, justru bahagia di terima di keluarga yang hangat ini. 

"Siapa yang ngupas bawang sih? Pedihnya sampai kesini!" gerutu Catherine memecah suasana dramatis di depannya.

"Lihat itu, Kakak kamu, hidungnya memerah, sudah besar masih cengeng," ucap Papa Ardi mencoba bercanda dengan Keanu, agar tidak terlalu sungkan dengannya."Kakak?' tanya Keanu bingung menunjuk Catherine pada Papa Ardi, Ardi yang melihatnya mengangguk.

"Bukan Tante ya?" tanyanya polos, membuat Papa Ardi tertawa, menatap Catherine. "Haha, masih muda kok di panggil Tante sih?" imbuh Papa Ardi, membuat Catherine kesal di ejek seperti itu.

"Panggil Kakak saja ya, Keanu. Kakak Catherine masih cocok di panggil Kakak kok, walaupun penampilannya seperti tante-tante!" kekeh Papa Ardi, membuat Catherine kesal, menghentakkan kakinya, masuk ke dalam rumah.  Keanu yang merasa sedih di tinggal pun, mulai merembeskan air matanya.

"Keanu sama Papa saja di sini ya. Kita kasih makan koi dulu, mau?' tawar Papa Ardi, menarik Keanu duduk di sampingnya.

"Papa? Kenapa panggil Papa bukan Opa?" tanya Keanu penasaran. Papa Ardi yang mendengarnya tersenyum, dan kembali melempar beberapa pakan ikan di tangannya.

"Papa dari dulu ingin sekali punya anak laki-laki selain Kakakmu Catherine. Tapi Tuhan punya rencana lain ternyata," cerita Ardi mengingat mendiang istrinya.

"Mau panggil Papa atau Opa?" tawar Ardi menatap anak manis di depannya.

"Papa, Keanu belum pernah punya Papa," balas Keanu langsung memeluk Ardi."Papa, Papa, Papa, Papa, Papa," ucap Keanu berulang kali sambil terisak dalam pelukan Ardi.

Sungguh melihat Keanu dalam pelukan Papanya, Catherine tidak ada sedikitpun rasa cemburu. Terlebih gendang telinganya mendengar, Keanu belum pernah merasakan kasih sayang seorang Papa. Ternyata meninggalkan mereka berdua, adalah keputusan yang tepat.  

Catherine terdiam menatap seseorang yang beberapa hari di kenalnya, duduk di ruang tamu sepagi ini.

"Sedang apa disini sepagi ini," Catherine bertanya dengan nada lembut, agar pria di depannya tidak tersinggung. Bagaimanapun Pria ini calon suami pilihan Papanya.

"Aku akan mengantarmu bekerja mulai hari ini, supaya kita terbiasa bersama setiap hari, sebelum pernikahan kita. Mau?" tawarnya langsung menggandeng tangan Catherine. Mau tak mau, Catherine mengikutinya, benar kata David, mereka harus sering terbiasa bersama. 

"Mohon maaf menunggu," ucap Catherine memasuki ruang meeting. Catherine bernafas lega dia tidak terlambat masuk, meski nafasnya masih ngos-ngosan saat meletakkan tas dan laptopnya.

"Apa anda berlari dari rumah ke ruangan ini, Nona?" Catherine yang  mengenali suara tersebut, mengangkat kepalanya, dan tergugu.

"Sedang apa, Arnold disini? Apa dia perwakilan dari Winston Corp?" batin Catherine memutus pandangannya.

"Iya Pak, sebagai ganti jogging pagi ini," balas Catherine tersenyum lalu memulai persiapan meeting pagi ini.

Hampir seharian Catherine meeting dengan Winston Corp, dan menyelesaikan meeting dengan kesepakatan yang saling menguntungkan kedua perusahaan.

"Catherine, kau akan pulang?" tanya Arnold yang melihat Catherine merapikan tas dan laptopnya. Catherine menatap asisten mereka masing-masing, lalu menatap Arnold kembali.

"Iya Pak, saya langsung pulang. Mari kami antar ke bawah Pak," balas Catherine membuat Arnold mengernyitkan dahinya dengan panggilan formal Catherine padanya. Sedangkan mereka sudah selesai meeting. Paham akhirnya, ada dua asisten yang menatap mereka berdua, Arnold mempersilahkan Catherine membimbing jalan mereka. Tetap terdiam selama di Lift sampai langkah mereka tiba di Lobby Kantor.

Arnold yang melihat David, melangkah ke arah Catherine pun, mengurungkan niatnya, untuk mengantar pulang Catherine.  Tanpa menyapa Catherine dan David, Arnold segera melangkah menuju mobilnya.

"Kau sudah selesai?" tanya David tersenyum dan mencoba mengambil tas laptop Catherine. Dia akan membantu membawa Laptop tersebut sampai ke mobil. Catherine hanya mengangguk dan mengikut langkah David ke mobil.

"Kau lapar?" tanya David saat mendengar suara perut Catherine. Catherine yang sedang malu, kembali mengangguk dan menatap ke luar jendela mobil. Entah kenapa tiba-tiba perutnya, tidak beretika seperti ini.

"Kau mau makan dimana,Cath?" Catherine menoleh ke arah David yang mulai menyetir, dan berbaur dengan bisingnya kendaraaan lain di jalan.

"Punya rekomendasi?" imbuh Catherine menatap jalan lurus di depannya. Ada beberapa kendaraan yang sudah menyalip merekan. Catherine melihat kecepatan mobil dan menatap David tidak percaya, "Nenek-nenek saja bahkan lebih cepat mengemudi," ucapnya dalam hati.

"Aku suka dengan jawabanmu. Biasanya wanita selalu menjawab 'terserah' jika sedang ditanya," balas David tetap fokus menyetir.

"Baiklah biar aku yang menentukan tempat ya. Aku akan membawamu, ke tempat spesial. Karena ini Dinner pertama kita, Catherine!"  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status