Anggun memegang tangan Rico. "Mas, aku yang egois. Aku tidak mau mempublikasikan pernikahan kita karena aku ingin meraih cita-citaku dan mimpiku. Aku tidak mau menjadi yang kedua dan tidak mau merusak hubunganmu dengan Nisa. Bahkan, aku tidak tahu, bagaimana jika orang tuaku tahu bahwa kamu telah memiliki istri selain aku. Aku tidak bisa berjanji akan mempertahankan pernikahan kita. Maaf, Mas!"
Anggun berlari ke kamarnya dan Rico pun hanya bisa mematung di posisi duduknya.
Sedangkan Allina bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia memutuskan mengikuti Anggun ke kamar untuk menenangkannya.
***
Allina membuka pintu kamar Anggun dan dia melihat sahabatnya itu sedang menangis tersedu-sedu dengan posisi tubuh menelungkup di atas kasur. Dia menghampiri dan duduk di tepi kasur sembari mengelus lembut punggung sahabatnya.
"Apakah kamu siap kehilangan babang Rico?" tanya Allina kepada Anggun.
Anggun bangun dari tidurnya dan
"Bibi setuju sekali tetapi Nyonya harus sering-sering diliat CCTVnya. Kesel bibi juga, masa juragan Nyonya Nisa bawa teman-temannya untuk pesta minuman keras di rumah!" Bi Darmi keceplosan."Maksud Bi Darmi?" tanya Anggun."E-enggak apa-apa, Nyonya." Bi Darmi memukul-mukul bibirnya karena hampir saja semua diceritakan kepada Anggun."Bi, aku tidak akan bilang apa-apa baik sama Mas Rico ataupun Nisa. Ini cerita yang tahu hanya aku dan Allina saja. Semua rahasia dizamin terkunci rapat-rapat tidak akan bocor sama sekali."Bi Darmi pun menceritakan semua kejahatan yang pernah Nisa lakukan selama dia berada di rumah ini. Dari mulai suka mabuk-mabukan, menyimpan banyak ular di kamar tamu, sikapnya kepada orang-orang yang bekerja di rumah ini dan yang terakhir rencana bunuh diri untuk meraih hati Rico kembali."Anggun, ternyata keputusanmu memasang CCTV di mana-mana itu adalah tindakan paling benar.""Iya, Al. Aku akan mengikuti semua permainannya. Aku p
"Tetapi, Sayang. Setelah aku pikir-pikir, aku ingin kamu selalu ada bersamaku sepanjang waktu. Jika aku sedang ingin melakukannya di kantor, bagaimana? Aku takut hilaf dan malah berselingkuh dengan sekretaris baru!"Nisa terdiam dan berpikir sejenak, ada benarnya juga apa yang dikatakan suaminya. Memiliki satu rival saja, sudah membuatnya mumet apalagi jika ditambah adanya wanita lain di hidup Rico."Baiklah, tapi ada satu syarat!" ujar Nisa."Apa itu?" tanya Rico."Aku ingin waktu Mas Rico hanya tercurah untukku baik di kantor maupun di rumah."'Deuh, sama saja bohong! Aku harus memutar otak lagi kalau begini. Tetapi, apa alasan yang tepat,' ungkapnya dalam hati."Mas ..., Mas Rico! kenapa tidak di jawab?" tanya Nisa."Terserah kamu saja!" Rico menjawab dengan senyuman yang dipaksakan.'Tuhan, berikan aku jalan yang terbaik. Aku harus bagaimana?' ratapan hati seorang Rico.Tidak lama ada chat masuk ke ponselnya dari sah
Haciiimmmmm! Entah mengapa hari ini Anggun selalu bersin-bersin. Dia menggosok-gosokan hidungnya yang mancung dengan jari-jemarinya."Aku sepertinya terserang flu!" tutur Anggun kepada Allina."Aku buatkan wedang jahe, ya!" Allina menawarkan."Terima kasih, kamu memang terbaik! Allina, aku jadi teringat film drama Korea. Aku jadi punya ide!""Ide apa, Anggun?" tanya Allina."Kamu lihat saja nanti, jika aku bertemu dengan Nisa!""Aku yakin, ini pasti akan semakin seru!" ujar Allina."Allina, sepertinya aku tidak sopan jika belum menemui maduku di rumah sakit. Apakah kamu mau mengantarku untuk menjenguknya!""Ciihhh, wajahmu itu, Gun. Wajah terese yang baru aku lihat di dunia ini. Ayo kita menjenguknya! Aku juga sudah tidak sabar melihat apa yang akan kamu pertunjukkan kepadaku!""Ayo kita mandi dan dandan yang cantik!" ajak Anggun kepada Allina."Baiklah!"Mereka pun segera membersihkan tubuh dan berdandan
"Aku akan membunuhmu!" ucap Nisa dengan lantang."Uuuhhh, aku atuuut (atut=takut)!" ledek Anggun kepada Nisa.Anggun tersenyum dan kemudian menghapus air mata buayanya. Lalu, dia mematikan rekaman suara dari telepon genggam milik Allina yang dia simpan di dalam tasnya. Dia menyetel ulang rekaman itu di telinga Nisa. Dan betapa terkesiapnya Nisa ketika mendengar hasil rekaman tersebut."Berikan kepadaku rekaman suara itu, cepat!" titah Nisa sembari berteriak.“Suuts, suts, suts, jangan berteriak!” titah Anggun berbisik pelan sembari mengedipkan sebelah matanya. “Tahu enggak, suaramu itu sumbang, kasian orang yang mendengarnya akan sakit telinga!”“Kurang ajar kamu, Anggun,” umpat Nisa dengan emosi.“Aku bukan kurang ajar, Nisa. Tetapi kurang jelek. Soalnya, jeleknya sudah diambil sama kamu semua,” sahut Anggun dengan wajah menyebalkan.“Heuh, emang dasar jalang kamu Anggun. Mana janjimu? katanya kamu akan menceraikan Rico. Tetapi mana buktiny
Rico merasa bahwa suster tersebut melihat ke arahnya dengan penuh curiga. Dia pun beranjak dari kursi dan menuju ruang inap Nisa sekaligus memastikan apakah Anggun berada di sana.Clek! pintu kamar ruang inap VVIP sembilan terbuka.Ternyata benar Anggun sedang berada di sana dengan mata sembab seperti habis menangis. Rico kemudian melihat ke arah Anggun dengan wajah sedih.Namun, beda halnya dengan Anggun, dia melihat wajah Rico dengan senyuman manis dan kemudian menghampirinya.***Rico bingung apa yang akan Anggun perbuat. Dia tidak mau jika perkataan Nisa kepadanya membuat Anggun semakin ingin berpisah dengannya.Namun, hal yang dikhawatirkan ternyata berbanding terbalik dengan fakta yang ada. Anggun malah memeluknya dengan erat. Ada rasa kehangatan dan kenyaman pada pelukan Anggun terhadapnya. Rico pun membalas pelukan Anggun sama eratnya. Dia bahkan tida
Anggun tersenyum penuh arti kepada Nisa. Dengan cepat dia memutar kursi yang sedang diduduki oleh Rico dan menarik mendekat ke arahnya.Nisa kehilangan pegangan sehingga keseimbangannya tidak stabil. Brug! Diapun terjatuh dari tempat tidur pasien.“Sakiiittt …,” teriak Nisa yang sekarang berada di atas lantai karena terjatuh dari tempat tidur pasien.Rico terkesiap dan dia langsung beranjak dari duduknya untuk membantu Nisa. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Rico."Peluk ...!" titah Nisa dengan nada manja.Rico pun memeluk Nisa sesuai permintaan istri sirinya itu, kemudian menggendongnya ala bride style lalu menidurkannya di tempat tidur pasien.Nisa pun mencibir Anggun sembari memberikan jari tengah ke arah Anggun dari belakang tubuh Rico."Awas hati-hati! Jangan sampai kamu terjatuh kembali!" ujar Rico memberi perhatian kepada Nisa.Sejujurnya, Rico semakin ada yang aneh dengan kedua istrinya tersebut
Bukan Rico namanya jika tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan kepada Anggun. "Baiklah, aku setuju dengan permintaanmu. Tetapi, dengan satu syarat!""Heuh, syarat?" tanya Anggun."Bagaimana?" tanya Rico."Baiklah, apa syaratnya?""Cium aku dulu!" pinta Rico kepada istri sahnya."Hahaha, ikh Sayang, aku malu. Di sini banyak orang, lagi pula nanti Nisa akan cemburu."Rico menarik Anggun ke kamar mandi. Dan kemudian—”***“Ada apa denganmu? Ini bukan dirimu yang sebenarnya, Sayang! Ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?”Anggun menatap sendu ke arah suaminya. “Aku tidak apa-apa, Mas!”Rico menatap dalam-dalam mata indah Anggun. Dia mencari sebuah jawaban di sana. Dia mencurigai jika istrinya itu sedang merasa sedih. Tetapi apa yang membuatnya s
Rico mencoba mengingat, tetapi kenapa ada rasa sakit di hatinya ketika dia berusaha mengingat awal kejadian bertemu dengan Nisa bagai ada sebuah luka lama yang sudah tertutup kini sedang disayat kembali. Semakin berusaha dia mengingat, hatinya semakin sakit seperti dihujam ribuan pisau.Tiba-tiba kepala Rico sakit, saraf-saraf di kepalanya terlihat menegang, wajahnya memerah, bahkan sangking menahan rasa sakit, cairan dari kedua matanya terjun bebas.“Aaa …,” teriak Rico sembari memegang kepalanya.“Mas, Mas, Mas Rico. Kenapa Mas? Apa yang terjadi denganmu?” teriak Nisa panik karena Rico tiba-tiba tumbang sembari memegang kepala.***Nisa menekan sebuah tombol khusus untuk memanggil suster atau dokter yang sedang bertugas. Dan tak lama suster jaga pun datang. Suster tersebut menghubungi tim medis untuk membawa Rico ke ruang pemeriksaan."Nyonya Nisa tidak usah panik, Anda diam saja di sini. Kesehatan Anda belum pulih total. Jika bisa,