“Tolong jelaskan, Anggun!” pinta Rico.
“Mas Rico, jangan marah-marah dulu. Dia adalah pemilik golongan darah yang sama dengan Nisa. Jadi dia mau mendonorkan darahnya untuk membantu Nisa,” jelas Anggun,
“Maafkan aku!” tutur Rico dengan berat hati. “Terima kasih telah bersedia menolong Nisa!”
“Karena kamu kasar kepadaku, aku tidak akan cuma-cuma menolongmu. Aku akan meminta imbalan. Yang aku selamatkan adalah istrimu, masa iya, kamu tidak akan memberikan balasan atas pertolonganku,” ucap Romeo.
“Baiklah, bagus kalau begitu! Aku juga tidak suka berhutang budi kepada orang lain. Berapa yang kamu minta?” tanya Rico dengan arogan.
“Aku tidak membutuhkan uang, aku hanya ingin satu hal darimu!”
“Apa?” tanya Rico penasaran.
Seringai senyum
Anggun pun masuk ke dalam salah satu toilet. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam sana tanpa suara. ‘Kenapa sih, Mas. Kamu harus salah paham dan tidak membiarkanku untuk menjelaskannya. Aku bukan ingin bersama Romeo tetapi jika Nisa meninggal karena tidak mendapatkan pendonor darah, maka, aku dan kamu akan merasa bersalah seumur hidup,’ ungkapnya dalam hati.“Anggun, buka pintunya, Gun. Aku mau pipis!” ujar Vita salah satu sahabat dekat Anggun di kampus.“Kamu, bisa, ‘kan, pakai toilet yang lain?’ tutur Allina kesal kepada Vita.“Tapi, ini sudah enggak kuat, Allina!” sahut Vita sembari menahan urine yang terbendung di saluran kemihnya.Clek! Pintu toilet pun terbuka.“Masuklah, Vita! Aku sudah selesai,” ucap Anggun dengan suara parau karena habis menangis.“Kamu kenapa, Anggun?” tan
Rico tersenyum smirk kepada Anggun. “Ternyata kamu wanita labil dan tidak konsisten. Setelah kamu bersikap mesra kepada si gondrong itu, sekarang kamu membalas ciumanku? Ternyata memang Nisa, wanita yang benar-benar mencintaiku. Dia tidak sepertimu, pindah dari pria satu ke pria lain.”Plak! Anggun menampar pipi Rico dengan kencang. “Jaga bicaramu, Tuan Rico!” titah Anggun sembari menunjuk ke arah pria yang telah merendahkannya.Kebetulan para pria yang berada di toilet tersebut sudah keluar. Dia pun bisa keluar dengan leluasa dari toilet tersebut. Hatinya begitu sakit karena telah mendengar perkataan menyakitkan dari pria yang telah sah menjadi suaminya. Dia pun mengajak Romeo dan sahabat-sahabatnya untuk pergi dari rumah sakit tersebut.“Aaa …,” teriak Rico di dalam toilet. Dia membasuh wajahnya dengan kasar. “Apa yang telah aku katakan kepada Anggun. Kenapa aku harus be
“Dengarkan aku, ya, Romeo! Walaupun Mas Rico merestui bukan berarti aku mau menjalin hubungan serius denganmu. Semua keputusan ada di tanganku. Dia hanya seseorang yang bertanggung jawab terhadapku. Aku belum bisa menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih dengan pria manapun karena aku punya alasan sendiri. Aku mau fokus kepada kuliahku. Aku ingin mengejar cita-citaku terlebih dahulu. Jadi maafkan aku, jika ucapanku ini mengecewakanmu dan menyakiti hatimu!” ujar Anggun tegas.Romeo tercengang dan melebarkan senyumnya. “Kamu benar-benar wanitaku dan harus menjadi istriku, kelak. Aku bangga kamu bisa bersikap tegas. Aku akan selalu menunggumu hingga kamu benar-benar siap untuk menerima cintaku.”“Terima kasih, Romeo. Kamu mengerti keadaanku!” ujar Anggun sembari memeluk Romeo di depan mobil.Ketika Romeo dan Anggun sedang berpelukan tiba-tiba Vino keluar dari rumah makan tersebut dan m
“Sudahlah!” Anggun menenangkan mereka yang sedang berdebat. “Bapak sudah makan? Bagaimana jika bergabung bersama kami,” tawar Anggun kepada Vino.“Baiklah, aku akan ikut bergabung bersama kalian,” jawab Vino kepada Anggun.“Ch, bukannya baru keluar dari dalam,” decak Romeo sebal sembari jalan terlebih dulu masuk ke dalam restoran Jepang tersebut.LoDi dalam restoran pun kedua pria tersebut berebut tempat duduk. Mereka ingin duduk di samping Anggun. Anggun sudah jenuh dengan pertengkaran mereka berdua. Dia mulai emosi, jika dalam film kartun mungkin kepala Anggun sudah bertanduk dan dari lubang hidungnya keluar asap.“Diaaam …!” teriak Anggun dengan kesal.***Mereka semua terdiam, dan Anggun duduk di antara kedua sahabatnya yaitu Vita dan Allina. Anggun manatap kedua pria itu dengan sorot mata yang tajam. Dia benar-benar sudah kewalahan menanggapi kedua pria terse
Allina dan Anggun masuk ke dalam mobil. Sebelum Allina mengendarai mobil Anggun, dia melihat ponselnya. Lalu, ada nomor Rico di layar benda pipih miliknya."Tumben!" tutur Allina."Apanya yang tumben?" tanya Anggun."Suamimu, meneleponku.""Abaikan saja, lihat chatnya kepadaku!" ujar Anggun memperlihatkan chat Rico kepada Allina."Babang Rico oh babang Rico. Kenapa sih, harus gengsi mengungkapkan kata cinta dan cemburu?" tanya Allina kepada sahabatnya sembari mengeleng-gelengkan kepala karena menurutnya babang Rico itu mencintai Anggun. Namun, gengsi untuk mengatakannya."Cemburu apanya? ini tuh suatu penghinaan untukku. Sekarang, terserah dia, mau dibawa kemana hubungan ini!"***~Rumah Sakit~Nisa sudah dipindahkan ke ruang inap VVIP. Dan, Rico pun menemaninya. Dia mengusap lembut rambut Nisa."Ehmm," gumam Nisa yang tersadar."Sayang, kamu sudah sadar," ujar Rico. "Sayang, maafkan aku! Jangan perna
"Anggun, kamu mau kemana?""Aku mau memasak, aku tidak mau membahas yang tidak penting apa lagi di mushola. Sudah ngomong saja sana sama tembok, aku sudah tidak mau mendengar hinaanmu kepadaku," ujar Anggun dengan tatapan tajam setajam silet."Aku mau nasi goreng buatanmu. Aku lapar, dari semalam aku tidak makan dan tidak tidur karena merindukanmu!" teriak Rico kepada Anggun yang menjauh darinya.Anggun yang sedang melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur, tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia merasa jika otak Rico sedang konslet. Dari kemarin pria yang menjadi suaminya itu terus menghina dengan perkataan-perkataan yang menyakitkan.Anggun memutarkan tubuhnya ke arah Rico berada. Dia berjalan menghampiri sang suami. Setelah jarak mereka sangat dekat Anggun menatapnya dengan, mengelus lembut wajah suaminya dan ...!""Setelah makan aku akan mengajakmu kencan ke suatu tempat," bisik Anggun di indra pendengaran Rico."Kemana?" tanya Rico denga
Akhirnya, mereka pun saling berciuman. Ciuman tersebut mencurahkan rasa cinta dan rindu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Rico pun menaikkan Anggun ke atas meja dapur dan kemudian membuka daster yang Anggun kenakan. Rico memijat lembut, aset kembar milik sang istri dan kemudian mencicipi secara rakus seperti bayi yang sedang kehausan.Anggun hanya pasrah di atas meja dapur. Kemudian, setelah puas menikmati aset kembar sang istri. Kini, dia sudah berada di tengah-tengah antara kedua kaki Anggun. Rico memainkan organ kenikmatan Anggun dengan menggunakan lingualnya."Sayang, kenapa kamu wangi sekali nasi goreng," tutur Rico sembari memejamkan matanya.Di sisi lain Anggun dan Allina bingung. Mengapa Rico tidur sembari menjulurkan lidahnya.Anggun terus menerus mendekatkan nasi goreng itu ke indra penciuman Rico."Sayang, wangimu semakin lama semakin seperti nasi goreng. lezaaat!""Lin, Mas Rico kenapa sih?" tanya Anggun h
Anggun memegang tangan Rico. "Mas, aku yang egois. Aku tidak mau mempublikasikan pernikahan kita karena aku ingin meraih cita-citaku dan mimpiku. Aku tidak mau menjadi yang kedua dan tidak mau merusak hubunganmu dengan Nisa. Bahkan, aku tidak tahu, bagaimana jika orang tuaku tahu bahwa kamu telah memiliki istri selain aku. Aku tidak bisa berjanji akan mempertahankan pernikahan kita. Maaf, Mas!"Anggun berlari ke kamarnya dan Rico pun hanya bisa mematung di posisi duduknya.Sedangkan Allina bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia memutuskan mengikuti Anggun ke kamar untuk menenangkannya.***Allina membuka pintu kamar Anggun dan dia melihat sahabatnya itu sedang menangis tersedu-sedu dengan posisi tubuh menelungkup di atas kasur. Dia menghampiri dan duduk di tepi kasur sembari mengelus lembut punggung sahabatnya."Apakah kamu siap kehilangan babang Rico?" tanya Allina kepada Anggun.Anggun bangun dari tidurnya dan