Share

Waktu Adalah Obat Terbaik
Waktu Adalah Obat Terbaik
Author: Julliana

Bab 1

Author: Julliana
"Bu Stacey, Anda telah berhasil membeli pulau tak berpenghuni ini. Tempat ini benar-benar terisolasi dari dunia luar. Begitu Anda masuk, nggak akan ada seorang pun yang bisa menemukan Anda. Selain itu, layanan keluarga khusus yang Anda inginkan juga sudah kami siapkan. Mereka semua telah menjalani pelatihan profesional dan akan memberikan Anda 100% kasih sayang."

Suara hormat dari staf terdengar dari ponsel. Stacey hanya menggumam pelan sebagai jawaban.

"Setelah membereskan urusanku di sini, 30 hari kemudian aku akan datang tinggal di sana."

Begitu menutup telepon, Stacey menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun pengantin putih yang membalut tubuhnya tampak begitu indah bagaikan mimpi. Permata besar yang menghiasi gaun itu tak terhitung jumlahnya, menunjukkan betapa berharganya gaun tersebut.

"Bu Stacey, apakah Anda sudah selesai mencoba gaunnya? Pak Adriano sudah menunggu di luar dan nggak sabar ingin melihatnya."

Suara pegawai butik menyadarkannya dari lamunan. Dia terdiam sejenak, lalu menjawab, "Sudah."

Mendengar jawabannya, pegawai itu segera maju dan menarik tirai pembatas. Stacey pun berbalik dan pandangannya langsung bertemu dengan Adriano yang sudah menantinya di luar. Saat mata mereka bertemu, dia melihat jelas sorot kekaguman melintas di mata pria itu.

"Stacey, kamu cantik sekali."

Adriano terpana sesaat, lalu melangkah maju dan memeluknya erat. Suaranya menyiratkan perasaan antusias dan sedikit tersendat, "Tujuh tahun lamanya ... akhirnya aku bisa menikahimu dan membawamu pulang."

Betapa dalamnya cinta seseorang sampai bisa meneteskan air mata terharu saat menikahi wanita yang diinginkannya?

Di tengah lamunannya, suara antusias pegawai butik kembali terdengar, "Bu Stacey, gaun pengantin ini dirancang langsung dengan partisipasi Pak Adriano, lho. Permata yang menghiasinya pun dicarinya sendiri satu per satu. Setiap butirnya sangat bernilai, bahkan bisa dilelang dengan harga tinggi. Selain itu, gaun ini memakai 99 butir sekaligus!"

"Selain itu, biasanya pria-pria yang datang menemani calon pengantin mencoba gaun, akan cepat merasa nggak sabar setelah menunggu sebentar. Tapi Pak Adriano selalu terlibat langsung dalam semuanya dan nggak pernah mengeluh sekali pun. Pak Adriano benar-benar sangat mencintai Bu Stacey."

Mendengar pegawai butik itu menyebutkan semua hal yang telah dilakukan Adriano satu per satu, Stacey tak kuasa menahan diri untuk menoleh dan menatapnya.

Tatapan pria itu selalu dipenuhi kasih sayang dan kelembutan, sama sekali berbeda dengan citra dingin dan penuh wibawa yang selama ini digambarkan media tentang pewaris keluarga ternama di ibu kota.

Jadi, bukan hanya orang lain di seluruh dunia. Bahkan dirinya juga ikut tertipu, mengira Adriano benar-benar mencintainya.

Usai mencoba gaun pengantin, keduanya keluar dari butik bersama. Adriano membukakan pintu mobil untuknya dengan sangat perhatian, menahan bagian atas pintu agar kepalanya tidak terbentur saat masuk, lalu menutup pintu dengan hati-hati sebelum naik dari sisi lain.

Begitu mobil mulai melaju perlahan, sang asisten mulai melaporkan sesuatu kepada Adriano.

"Pak Adriano, wanita yang sebelumnya mencoba meniduri Anda sudah kami tangani. Mulai hari ini, dia nggak akan pernah muncul lagi di kota ini."

Adriano langsung menegur dengan dingin, "Urusan seperti ini cukup laporkan secara pribadi padaku, jangan buat Stacey kesal."

Usai bicara, dia segera meraih tangan Stacey dengan hati-hati. "Stacey, jangan marah, wanita itu nggak menyentuhku. Hanya wangi parfumnya yang menempel sedikit di bajuku. Aku bahkan mandi sepuluh kali sebelum pulang. Aku benar-benar bersih. Selama ini hatiku hanya untukmu, kamu tahu itu, 'kan?"

Stacey tahu dia tidak berbohong. Dengan status dan kekayaan Adriano, wanita yang mencoba mendekatinya selama bertahun-tahun pastilah jumlahnya ratusan, atau bahkan ribuan. Akan tetapi, semuanya selalu berhasil diatasi tanpa melewati batas sama sekali.

Namun entah mengapa, saat ini Stacey tidak merasa bahagia sedikit pun. Dia hanya mampu tersenyum tipis. "Aku tahu."

Adriano tidak menyadari perubahan pada sikapnya. Dia tetap menggenggam tangan Stacey dengan penuh kelembutan, lalu mulai mengambil ponsel dan memeriksa pekerjaan.

Tiba-tiba, ekspresinya berubah seolah melihat sesuatu yang mengejutkan.

"Berhenti!"

Suara decitan ban yang nyaring terdengar akibat rem mendadak. Stacey bahkan belum sempat bertanya apa yang terjadi, Adriano sudah membuka pintu dan turun dari mobil. "Stacey, ada urusan mendadak yang harus kutangani. Kusuruh asisten untuk antarin kamu pulang dulu, ya?"

Meski ucapannya terdengar seperti sebuah pertanyaan, jelas sekali bahwa dia tidak memberi Stacey pilihan lain. Adriano meninggalkannya begitu saja dengan terburu-buru.

Stacey hanya memandangi punggungnya yang menjauh, lalu mengeluarkan ponselnya dan membuka laman media sosial milik adiknya, Lily. Satu menit yang lalu, Lily mengunggah sebuah pembaruan status.

Sebuah foto memperlihatkan pergelangan kaki yang bengkak kemerahan dengan tulisan.

[ Keseleo ... sakit banget. ]

Melihat unggahan itu dan mengingat ekspresi Adriano barusan yang begitu panik, mata Stacey akhirnya memerah. Dia benar-benar tidak mengerti, kenapa semua orang di sekelilingnya selalu menyukai adiknya, Lily.

Stacey pernah punya dua tunangan.

Yang pertama adalah pewaris Grup Tahir, Edward Tahir. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Stacey jatuh cinta pada pandangan pertama dan selalu mengikuti Edward ke mana pun dia pergi.

Namun, yang ada di hati Edward sejak awal hanyalah Lily. Dia benar-benar merasa jengkel terhadap tunangannya ini.

Stacey menjalani hari-hari seperti itu selama tujuh tahun penuh. Hingga akhirnya, setelah dirinya menyerah karena terus diabaikan oleh Edward, dia baru melihat Adriano yang selalu menjaganya diam-diam dari sisinya.

Bertahun-tahun dia mengejar Edward dan terluka berkali-kali. Setiap kali, Adriano-lah yang menyeka air matanya.

Adriano hadir sebagai pria penuh kasih. Dia selalu diam-diam memperlakukan Stacey dengan baik tanpa mengharapkan imbalan. Asalkan Stacey rela berpaling, Adriano akan selalu berada di sana menunggunya.

Akhirnya, Stacey membuka hatinya. Dia membersihkan luka lama dan membiarkan Adriano masuk. Dia mengira, kali ini dia memilih orang yang tepat.

Namun, begitu hari pernikahan mereka sudah dekat, dia tidak sengaja mendengar percakapan Adriano dengan salah satu temannya. "Kamu bahkan nggak cinta sama Stacey, tapi tetap mau menikahinya?"

Suara Adriano terdengar serak karena mabuk, "Mm, hanya dengan cara ini, Lily bisa bahagia."

Sahabatnya tak kuasa menghela napas. "Menurutku, kamu ini benar-benar pria setia yang langka. Diam-diam menyukai Lily bertahun-tahun saja sudah cukup menyedihkan. Tapi setelah tahu dia menyukai Edward, kamu bahkan rela mengejar tunangan Edward demi membuat Lily bisa jadi Nyonya Tahir."

"Sekarang kamu berhasil. Stacey akhirnya memberikan tempat untuk wanita yang kamu cintai. Tapi konsekuensinya, kamu mengorbankan seluruh hidupmu."

Nada bicara Adriano rendah, tetapi menyiratkan kasih sayang yang begitu dalam. "Selama Lily bisa bahagia, aku rela melakukan apa pun."

Stacey berdiri di luar pintu. Mendengar semua ucapan itu, dia merasa seolah-olah disambar petir.

Baru pada saat itulah, Stacey sadar bahwa selama tujuh tahun ini, semua cinta dan kelembutan Adriano terhadapnya ternyata palsu. Wanita yang benar-benar ada di hatinya adalah Lily.

Betapa mulianya Adriano ini. Demi kebahagiaan Lily, dia rela mengorbankan seluruh hidupnya!

Adriano menyembunyikannya begitu rapat, sampai-sampai Stacey tidak pernah curiga. Tak pernah terlintas di benaknya bahwa cinta Adriano selama ini hanyalah sandiwara. Adriano mendekatinya hanya untuk memaksa Stacey menyerahkan tempatnya kepada Lily.

Malam itu, Stacey kehujanan semalaman di luar. Dia menangis tersedu-sedu hingga nyaris hancur.

Sejak kecil, orangtuanya selalu memihak adiknya. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang sama. Setelah dewasa, tunangannya pun jatuh cinta pada Lily dan tidak pernah membalas cintanya.

Kini, bahkan satu-satunya pria yang dianggap tulus padanya, ternyata juga mencintai Lily.

Semua orang mencintai Lily. Tak ada satu pun yang mencintai Stacey. Di hari itulah, dia membuat sebuah keputusan besar.

Jika di kota ini tidak ada seorang pun yang mencintainya, dia akan pergi ke sebuah pulau terpencil yang tak berpenghuni. Dia akan menghabiskan uangnya untuk menciptakan orang tua dan kekasih miliknya, lalu benar-benar meninggalkan semua yang ada di sini dan hidup tenang sampai akhir hayat.

Meski keluarga dan kekasih itu hanya hasil rekayasa, tapi asalkan bisa menemaninya seumur hidup, itu sudah cukup. Mulai hari ini, Ayah, Ibu, Edward, dan Adriano ... semuanya tidak ada hubungan lagi dengannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status