Share

Bab 5. Instruksi

"Hal pertama yang harus lu lakuin! Jangan bujuk istri lu apa pun yang terjadi!"

"Kamu sudah gila? Bagaimana mungkin saya tidak membujuk istri saya. Dia itu perempuan yang baik dan ada banyak orang yang hendak menjatuhkannya. Mana bisa saya hanya diam saja," protes Risyad, tidak suka statment Andara.

Andara lagi-lagi membuang napas frustrasi. Di dalam kamar yang cukup luas ini, dia dan si pria kaya sedang membahas rencana yang akan mereka lakukan. Namun, Andara selalu saja dibuat geram akan kebodohan natural dari Risyad.

"Lu tau nggak, kenapa kita dipertemukan sama Tuhan?" tanya Andara.

"Kita tidak dipertemukan! Saya yang mencari kamu," jawab Risyad, menentang.

"Ya lu emang cari, tapi lu mana tau yang bakalan lu dapatin itu gue. Bisa aja launtie lain," kukuh Andara.

Risyad yang sedang duduk di kursi satu orang di depannya hanya menghela napas. Tampaknya masih terbebani akan keadaan Shama yang marah. Demi membuat kepalanya tenang, Risyad pun membiarkan Andara melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa memangnya?"

"Karena Tuhan nunjuk gue buat benerin hubungan lu sama istri lu. Mulai sekarang mah lu tenang aja. Gue yang bakal atur semua. Dan ingat, lu nggak boleh nolak aturan gue. Biar semuanya berjalan lancar, denger?" jelas Andara juga mengancam.

Mata legam Risyad menatap wajah bulat Andara yang terlihat serius. Kala Andara ikut membalas tatapan datar itu, entah kenapa mendadak ada sesuatu yang terasa asing. Andara langsung melirik ke sana-sini, mencari-cari hal apa yang baru saja membuatnya terasa aneh.

"Kamu yakin itu?" tanya Risyad.

"Yakinlah. Andara nih, Bos, bukan kaleng-kaleng!"

"Tapi ingat perjanjian kita. Tidak ada tidur seranjang dan tidak ada yang boleh melewati batas. Kamu masih ingat, kan?"

"Tenang aja lu mah. Kan udah gue bilang, gue ini orangnya dapat dipercaya. Lu tinggal duduk santai aja, semuanya beres. Ya asal lu mau nurut aja sama gue," balas Andara, menerima.

"Saya ikut apa mau kamu, asalkan istri saya bisa saya milikin sepenuhnya. Saya mencintainya lebih dari apa pun. Saya merasa tidak berguna kalau melihat dia menderita seperti ini," lirih Risyad sedikit bercerita.

"Lu cowok tapi kok lu yang jadi budak cinta ya? Setau gue, kebanyakan cewek deh yang buta akan cinta. Jarang-jarang nih nemu buaya yang jinak, biasanya brutal," komentar Andara.

Risyad tak menanggapi. Dia beranjak dari tempat berniat meninggalkan kamarnya.

"Eit, mau ke mana lu?" cegat Andara yang langsung ikut bangun.

"Ke kamar Shama. Dia pasti sudah menunggu."

Andara memutar bola matanya malas, lalu berjalan cepat guna menarik tangan Risyad untuk mundur lagi. Seperti biasa, Risyad akan menepis tangan Andara sambil melotot.

"Gue, kan udah bilang, jangan bujuk dia mulai sekarang. Lu ngerti nggak sih?" papar Andara lagi, sekiranya Risyad lupa.

"Saya tidak berniat membujuknya. Saya hanya ingin masuk ke sana. Ini sudah malam, saya mau tidur," kata Risyad, menjelaskan.

"Lu bilang ini kamar lu. Jadi, ke sana mau ngapain?"

"Saya biasanya tidur di kamar Shama."

"Di sofa?"

Risyad diam. Tanya Andara itu benar.

"Udah deh. Tolol lu itu udah melebihi kapasitas. Ngapain lu bela-belain tidur di kamar istri lu padahal lu sendiri nggak di anggap? Istri mana yang biarin suaminya tidur di sofa coba? Juga, suami istri mana yang kamarnya pisah? Cuma lu doang layaknya." Andara tidak bisa berkata-kata lagi tentang hubungan Risyad ini.

"Saya cerita ini semua sama kamu, bukan ingin mendengar ceramah atau komentar kamu. Tolong tetap menjadi apa yang saya katakan. Jangan mencoba mendikte kehidupan saya untuk kedua kalinya." Nada bicara Risyad memang sangat jarang terdengar kasar. Meski tidak suka akan kata-kata Andara, tapi intonasi suaranya tetap saja datar pada gadis itu.

"Ya gue bilang apa yang seharusnya. Lu nggak usah ke sana mulai sekarang. Lu tetap di sini. Tidur di sini. Cepat lambatnya, lu bakalan dapatin efek dari semua ini. Percaya sama gue!"

Risyad kembali terpengaruh oleh kata-kata Andara. Dalam diam, dia mengurung niatnya untuk melangkah lebih jauh dari kamar. Melihat wajah serius Andara akan kata-katanya tadi, laki-laki itu pun kembali menurut. Dalam hitungan detik saja, Risyad sudah kembali duduk di sofa yang sebelumnya.

"Kamu keluar aja. Tanya sama orang di sana di mana kamar kamu. Saya mau tidur," suruh Risyad, mengusir Andara.

"Lho, lho, lho, nggak gitu konsepnya Bapakkkk," sahutnya, tidak setuju. Andara berjalan lebih dekat dengan Risyad. "Kita ini sepasang manusia yang sedang selingkuh. Ya kali tidurnya terpisah. Ya bener aja dong," lanjutnya menaik turunkan alisnya.

"Jangan bercanda kamu! Saya tidak bisa tidur sama kamu. Saya masih setia sama istri saya. Tidak akan ada yang bisa menggantikannya dihati saya. Ingat itu sekiranya kamu lupa," tekan Risyad ingin Andara segera paham.

Alih-alih mendengarkan dengan baik, Andara justru sibuk memerhatikan kuku-kukunya. Setelah Risyad selesai bicara, barulah Andara meliriknya lagi.

"Udah? Segitu doang?" katanya. Andara kembali menduduki tepi ranjang tempatnya sebelumnya duduk. "Dengar ya, Mas. Gue juga nggak akan maksa orang buat tidur sama gue. Emang gue cewek apa kabar? Yang gue maksud, kita tetap satu kamar biar istri lu makin panas. Pinteran dikit napa sih? Kesel gue."

"Bagaimana kalau dia semakin menjauh?" Risyad jadi ragu.

"Ya lu sama gue? Hahahah...."

"Saya serius!"

"Nggak akan. Dia sebenarnya udah ada rasa tuh sama lu. Cuma ya, lu nya aja yang mudah dibodoh-bodohi. Ya makin menjadi tuh cewek," tanggap Andara, justru yakin.

Risyad akhirnya bangun dari duduknya. "Tidur di sofa. Saya mau istirahat. Saya capek!" katanya sambil memadamkan lampu kamar lalu bersiap tidur tanpa embel-embel bersih-bersih badan.

"Buset, bisa langsung tidur gitu?" batin Andara heran.

***

Risyad adalah putra kandung dari Lukas Enembe owner atau pemilik perusahan real estate yang dikenal dengan Intext. Perusahan itu juga memiliki banyak anak cabang yang beberapa diantaranya bergerak di bidang real property.

Risyad putra tunggal. Dia adalah kandidat satu-satunya yang akan mewarisi seluruh kekayaan Lukas termasuk hak milik yang kini tengah dikelola Shama, sang istri. Risyad sendiri kini tengah bergelut dan menyibukkan diri mengurus salah satu anak perusahaan sang ayah, yang masih di bawah naungan Intext. Namun, meski begitu, kedudukan Risyad tidak kalah penting dibandingkan sang ayah. Risyad juga memiliki kecerdasan yang hampir melampaui ayahnya itu.

Dua tahun lalu, kala Mextech masih dipegang oleh orangtua Shama, perusahaan yang bergerak di bidang yang sama itu sedang diambang kehancuran. Orangtua Shama bersusah-payah mencari bala bantuan, untuk mempertahankan Mextech.

Namun, nihil. Tidak ada kesempatan yang dapat diambil oleh kedua orangtua itu. Hingga Lukas datang dengan niat yang 'baik'. Shama itu perempuan yang berpendidikan. Dia juga dari keluarga yang latar belakangnya tidak lagi ambigu alias tidak jelas. Lukas yang gila akan background yang baik, memulai kesepakatan dengan 'membeli' Shama untuk dinikahkan dengan putranya, Risyad.

Tak punya pilihan lain, Shama pun menerima. Demi perusahaan sang ayah, juga demi kedua orangtuanya. Shama akhirnya resmi menjadi menantu keluarga ternama Lukas Enembe. Naas, usai pernikahan sang putri terjadi, orangtua Shama mengalami kecelakaan lalulintas yang memakan korban hingga ratusan. Kesalahan ditimpakan terhadap dua orang tua tersebut. Lagi-lagi, dan lagi, Shama yang harus membayar segala kerugian. Hingga muncullah fakta, bahwa Lukas akan mengambil alih Mextech dengan Shama yang menjadi CEOnya.

Lukas amat sangat berharap, kalau Shama memberikannya penerus. Namun, ayah dan menantu itu seolah tak sejalan. Hal yang terus membuat keduanya acap kali bertentangan dan tidak jarang adu argumen. Sejak awal, Shama tidak pernah mencintai Risyad. Baginya, Risyad itu sama dengan ayah mertuanya yang congkak dan penuh dengan kesombongan. Hanya untuk mempertahankan Mextech sajalah, mengapa Shama masih bertahan menjadi istri Risyad. Jika tidak ada lagi, maka sudah dari dulu Shama melepaskan laki-laki yang lebih dianggapnya kacung tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status