Share

Bab 8. Obat Perangsang

Andara berjalan dengan perasaan jengkel yang masih tersimpan. Tangannya masih tersisa jejak saos salad yang sempat membersihkan kepala Risyad. Tak sengaja, keduanya orang itu kembali berpapasan dengan keadaan Risyad yang sudah kembali rapi dan bersih. Jas birunya berubah jadi kemeja hitam.

Andara bergeming begitu menatap Risyad yang diam di depannya. Sementara Risyad melirik tangan Andara yang kotor. Melihat betapa berantakannya kini Andara, dengan kemeja yang kebesaran, rambut acak-acakan, dan kaki jenjang hingga pahanya tak tertutup apa-apa, membuat Risyad inisiatif memberikan kartu kreditnya.

"Ajak sopir belanja. Kamu sudah seperti orang gila," titahnya sambil menyodorkan kartu kredit.

Alis Andara langsung menyatu, dengan bibir yang sinis. Tatapannya masih sama pada Risyad. Jengkel. "Dih, lu nggak nyadar? Yang gila itu elu, buka gue!" cetus Andara membalas.

"Jangan membantah. Di rumah tidak ada yang memasak juga. Kamu boleh beli apa pun dan makan apa pun di luar. Ini kesepakatan kita waktu itu. Upah satu hari kamu." Risyad tidak berniat menanggapi serius ucapan Andara.

Andara perlahan mengubah mimik wajah jengkelnya. Matanya juga berangsur berbinar lagi, begitu mendengar kata upah dari Risyad.

Sambil menarik kartu dari tangan Risyad, Andara berujar, "Lain kali gue nggak akan diam lu gituiin. Lu pikir lu siapa bisa ngasarin gue seenaknya!" Gadis itu segera melengos pergi.

Kata-kata Andara itu sempat membuat Risyad tersindir. Dia merasa bersalah karena merasa kalau tindakannya itu memang sudah keterlaluan. Sosok jangkung pemilik perusahaan terbesar itu memutar kepalanya guna menatap Andara yang baru saja melengos pergi. Bibirnya seolah terkunci rapat saat hatinya ingin sekali mengucapkan kata maaf.

***

Puas berbelanja brand-brand bermerek, Andara tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Baginya, kartu hitam dengan cip emas di tangannya itu adalah jimat keberuntungan yang jarang-jarang dia dapatkan. Usai keluar dari pusat perbelanjaan yang masih dikelola oleh keluarga Risyad, Andara mengajak sopir untuk mengantarnya ke kelab malam. Sudah berapa hari Andara tidak menikmati alunan DJ didominasi minuman? Andara rindu. Apalagi saat mengingat tentang Missa dan Konen, yang membuat napas Andara sempat tertahan.

Di sinilah dirinya saat ini. Berdiri di depan ambang pintu ruangan yang cukup luas yang menampung banyak kaum adam dan hawa yang asyik berlenggak-lenggok menikmati alunan musik dj.

Andara menarik napas serta memejamkan matanya, seolah merasakan dejavu. Aroma kuat beberapa jenis minuman, serta dentuman alunan bas yang memekakkan telinga, memberikan Andara efek ketenangan yang hilang beberapa hari darinya.

"Wow... di sini jauh lebih seru. Tempatnya juga mewah. Lihat semua ini? Benar-benar bagai di surga...." gumamnya dalam hati. Matanya menyisir segala bentuk dan rupa orang-orang di depannya.

Hal pertama yang dilakukan Andara adalah, mencari meja bartender. Tempat yang paling disukai gadis itu masih sama. Tempat di mana dia bisa melihat pelayan-pelayan bar yang sedang menyiapkan minuman.

"Wine satu tanpa es." Andara memesan. Yang diperintahkan langsung mengangguk menurut sambil tersenyum. Manis. Andara berdecak, merasa kalau pelayan bar ini jauh lebih baik daripada Risyad si tuan Kacung tidak tahu diri itu!

Begitu pesanannya tiba, Andara segera meneguk pelan sambil memutar-mutar kursinya menatap kerumunan di belakang. Larut dalam pandangan yang tidak menetap, tidak sengaja Andara melihat kedatangan Risyad dari arah lorong ruangan. Senyum kecilnya mendadak luntur. Gadis itu kini menetapkan tatapannya pada sosok jangkung yang ditemani beberapa pria lain itu.

Risyad tengah bercengkerama dengan rekan sesama bisnisnya. Mereka berjalan sekitar lima meter lalu duduk di kursi yang sepertinya disediakan hanya untuk orang-orang penting saja. Dari jarak Andara terpisah sekitar lima meter. Meski begitu, gadis itu masih tetap bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan Risyad.

Tak lama, seorang pelayan datang usai salah satu rekan Risyad berbisik. Sepertinya meminta pesanan. Andara memutar tubuhnya secara natural untuk melihat minuman apa yang disukai laki-laki yang menyewanya itu. Ada empat jenis racikan minuman yang sama. Lalu satunya, Andara bisa melihat meski tak kentara, racikan yang satunya berbeda. Itu seperti ... obat perangsang.

Andara tidak bodoh. Dia itu perempuan yang paling berpengalaman untuk hal-hal seperti ini. Begitu bubuk itu dituang ke dalam alkohol, maka buih air itu akan berubah. Andara bisa memastikan mana buih narkoba dan mana untuk perangsang. Senyum tipis muncul di bibir Andara. Dia kembali melirik kepergian pelayan yang membawa minuman itu, dan hendak mencari tahu, siapa agaknya yang akan meminum racikan yang berbeda itu.

Andara masih mengamati bagaimana Risyad begitu asyiknya berbicara sambil sesekali tertawa kecil. Hingga si pelayan berbaju putih dengan celemek khas itu, datang dan meletakkan semua minuman yang baru di bawanya. Andara masih mengingat, gelas yang mana yang terisi minuman yang berbeda. Dan gelas yang berbeda itu ternyata mendarat di tangan ... Risyad.

Waw... Risyad bisa kebablasan kalau meneguk seluruh isi gelasnya. Apa tidak masalah? Andara pikir Risyad benar-benar mencintai Shama? Atau hanya Andara saja yang bukan tipe Risyad?

"Kali ini pria itu tidak akan lolos. Kita habisi dia malam ini!" Pernyataan itu lolos ke telinga Andara. Seorang wanita berbusana mini sepertinya tengah duduk di sampingnya sambil ikut menatap Risyad.

What? Apa itu artinya Risyad sedang dalam bahaya? Tentu saja. Andara masih percaya kalau Risyad mencintai Shama. Tidak mungkin dia mau diam saja saat diperlakukan buruk oleh Shama padahal dia juga bisa mendua.

Gadis itu tidak berniat tinggal diam saat tahu kenyataan yang akan datang pada Risyad. Andara itu tipe orang yang setia. Dari mana dia mendapatkan uang, maka sampai saat itu orang itu adalah atasannya.

Sosok jelita yang mengenakan dres mencetak body itu langsung saja meletakkan gelasnya lantas berjalan ke arah Risyad. Pemilik nama lengkap Andaraya itu ingin Risyad tahu kalau dia saat ini sedang di jebak.

"Hai tampan... Mau menari denganku?" ujar Andara saat dirinya sampai di dekat Risyad. Gadis itu memegangi dada Risyad seolah memang sedang menggoda.

Sementara itu, Risyad dibuat kaget bukan main, saat menyadari Andara yang datang. Berulang kali Risyad menepis tangan Andara, dan mengancam lewat tatapannya.

"Ah tidak. Tinggalkan kami. Aku tidak suka menari!" tekan Risyad berharap kegilaan Andara ini berhenti.

Alih-alih menurut, Andara justru semakin liar hingga kini dia memeluk tubuh Risyad yang masih duduk dikursi dengan dia yang membungkuk.

"Gelas lu ada obat perangsang. Jangan di minum atau lu mau jadi makanan cewek-cewek yang gila seks apalagi sama lu!" bisik Andara di sela kesempatan. Setelah itu, Andara menatap lekat mata Risyad, seolah mengatakan untuk percaya padanya.

"Sebentar, saya harus bicara dengannya," kata Risyad kemudian pada rekannya yang sedari tadi menunggu Risyad untuk minum bersama. Orang-orang itu mau tidak mau harus mengangguk setuju.

Risyad segera menyeret Andara jauh dari kebisingan. Di lorong arah ke lantai dua, barulah Risyad melepaskan tangan Andara dan langsung menyerangnya dengan pertanyaan.

"Apa maksud kamu? Andara tolong jangan gila! Kamu itu tidak sedang di dunia kamu. Cukup bekerja untuk saya saat sedang di rumah. Kalau di luar seperti ini jadilah orang asing. Saya sudah bilang, jangan berani ikut campur masalah saya!"

"Woi!" bentak Andara, jengkel. "Gue nggak ikut campur sama masalah lu. Gue udah baik ya ngingetin lu. Tadi gue liat sendiri minuman itu dibuat dan gue juga dengar sendiri ada orang yang ngancam lu. Niat gue baik, Brengsek!" kecamnya ikut marah.

"Kamu pasti salah sangka-"

"Ya udah! Kalau gitu buruan sana. Balik ke teman-teman lu dan minum tuh wine yang baru datang. Gue jamin, lu bakal kerasukan setan seks bahkan ngeliat gue aja lu bakalan napsu, Sat! Sana buruan! Gue nggak akan bantuin atau pun ikut campur lagi. Lu orang paling naif yang pernah gue kenal. Oh bukan naif, tapi tolol luar dalam!" hardik Andara terlampau geram. Gadis itu muak dicap ikut campur oleh Risyad. Dia akhirnya melengos pergi, berakhir tidak peduli apa yang akan terjadi pada Risyad.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status