Share

Bab 8. Obat Perangsang

Author: C_heline
last update Last Updated: 2023-11-21 21:06:56

Andara berjalan dengan perasaan jengkel yang masih tersimpan. Tangannya masih tersisa jejak saos salad yang sempat membersihkan kepala Risyad. Tak sengaja, keduanya orang itu kembali berpapasan dengan keadaan Risyad yang sudah kembali rapi dan bersih. Jas birunya berubah jadi kemeja hitam.

Andara bergeming begitu menatap Risyad yang diam di depannya. Sementara Risyad melirik tangan Andara yang kotor. Melihat betapa berantakannya kini Andara, dengan kemeja yang kebesaran, rambut acak-acakan, dan kaki jenjang hingga pahanya tak tertutup apa-apa, membuat Risyad inisiatif memberikan kartu kreditnya.

"Ajak sopir belanja. Kamu sudah seperti orang gila," titahnya sambil menyodorkan kartu kredit.

Alis Andara langsung menyatu, dengan bibir yang sinis. Tatapannya masih sama pada Risyad. Jengkel. "Dih, lu nggak nyadar? Yang gila itu elu, buka gue!" cetus Andara membalas.

"Jangan membantah. Di rumah tidak ada yang memasak juga. Kamu boleh beli apa pun dan makan apa pun di luar. Ini kesepakatan kita waktu itu. Upah satu hari kamu." Risyad tidak berniat menanggapi serius ucapan Andara.

Andara perlahan mengubah mimik wajah jengkelnya. Matanya juga berangsur berbinar lagi, begitu mendengar kata upah dari Risyad.

Sambil menarik kartu dari tangan Risyad, Andara berujar, "Lain kali gue nggak akan diam lu gituiin. Lu pikir lu siapa bisa ngasarin gue seenaknya!" Gadis itu segera melengos pergi.

Kata-kata Andara itu sempat membuat Risyad tersindir. Dia merasa bersalah karena merasa kalau tindakannya itu memang sudah keterlaluan. Sosok jangkung pemilik perusahaan terbesar itu memutar kepalanya guna menatap Andara yang baru saja melengos pergi. Bibirnya seolah terkunci rapat saat hatinya ingin sekali mengucapkan kata maaf.

***

Puas berbelanja brand-brand bermerek, Andara tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Baginya, kartu hitam dengan cip emas di tangannya itu adalah jimat keberuntungan yang jarang-jarang dia dapatkan. Usai keluar dari pusat perbelanjaan yang masih dikelola oleh keluarga Risyad, Andara mengajak sopir untuk mengantarnya ke kelab malam. Sudah berapa hari Andara tidak menikmati alunan DJ didominasi minuman? Andara rindu. Apalagi saat mengingat tentang Missa dan Konen, yang membuat napas Andara sempat tertahan.

Di sinilah dirinya saat ini. Berdiri di depan ambang pintu ruangan yang cukup luas yang menampung banyak kaum adam dan hawa yang asyik berlenggak-lenggok menikmati alunan musik dj.

Andara menarik napas serta memejamkan matanya, seolah merasakan dejavu. Aroma kuat beberapa jenis minuman, serta dentuman alunan bas yang memekakkan telinga, memberikan Andara efek ketenangan yang hilang beberapa hari darinya.

"Wow... di sini jauh lebih seru. Tempatnya juga mewah. Lihat semua ini? Benar-benar bagai di surga...." gumamnya dalam hati. Matanya menyisir segala bentuk dan rupa orang-orang di depannya.

Hal pertama yang dilakukan Andara adalah, mencari meja bartender. Tempat yang paling disukai gadis itu masih sama. Tempat di mana dia bisa melihat pelayan-pelayan bar yang sedang menyiapkan minuman.

"Wine satu tanpa es." Andara memesan. Yang diperintahkan langsung mengangguk menurut sambil tersenyum. Manis. Andara berdecak, merasa kalau pelayan bar ini jauh lebih baik daripada Risyad si tuan Kacung tidak tahu diri itu!

Begitu pesanannya tiba, Andara segera meneguk pelan sambil memutar-mutar kursinya menatap kerumunan di belakang. Larut dalam pandangan yang tidak menetap, tidak sengaja Andara melihat kedatangan Risyad dari arah lorong ruangan. Senyum kecilnya mendadak luntur. Gadis itu kini menetapkan tatapannya pada sosok jangkung yang ditemani beberapa pria lain itu.

Risyad tengah bercengkerama dengan rekan sesama bisnisnya. Mereka berjalan sekitar lima meter lalu duduk di kursi yang sepertinya disediakan hanya untuk orang-orang penting saja. Dari jarak Andara terpisah sekitar lima meter. Meski begitu, gadis itu masih tetap bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan Risyad.

Tak lama, seorang pelayan datang usai salah satu rekan Risyad berbisik. Sepertinya meminta pesanan. Andara memutar tubuhnya secara natural untuk melihat minuman apa yang disukai laki-laki yang menyewanya itu. Ada empat jenis racikan minuman yang sama. Lalu satunya, Andara bisa melihat meski tak kentara, racikan yang satunya berbeda. Itu seperti ... obat perangsang.

Andara tidak bodoh. Dia itu perempuan yang paling berpengalaman untuk hal-hal seperti ini. Begitu bubuk itu dituang ke dalam alkohol, maka buih air itu akan berubah. Andara bisa memastikan mana buih narkoba dan mana untuk perangsang. Senyum tipis muncul di bibir Andara. Dia kembali melirik kepergian pelayan yang membawa minuman itu, dan hendak mencari tahu, siapa agaknya yang akan meminum racikan yang berbeda itu.

Andara masih mengamati bagaimana Risyad begitu asyiknya berbicara sambil sesekali tertawa kecil. Hingga si pelayan berbaju putih dengan celemek khas itu, datang dan meletakkan semua minuman yang baru di bawanya. Andara masih mengingat, gelas yang mana yang terisi minuman yang berbeda. Dan gelas yang berbeda itu ternyata mendarat di tangan ... Risyad.

Waw... Risyad bisa kebablasan kalau meneguk seluruh isi gelasnya. Apa tidak masalah? Andara pikir Risyad benar-benar mencintai Shama? Atau hanya Andara saja yang bukan tipe Risyad?

"Kali ini pria itu tidak akan lolos. Kita habisi dia malam ini!" Pernyataan itu lolos ke telinga Andara. Seorang wanita berbusana mini sepertinya tengah duduk di sampingnya sambil ikut menatap Risyad.

What? Apa itu artinya Risyad sedang dalam bahaya? Tentu saja. Andara masih percaya kalau Risyad mencintai Shama. Tidak mungkin dia mau diam saja saat diperlakukan buruk oleh Shama padahal dia juga bisa mendua.

Gadis itu tidak berniat tinggal diam saat tahu kenyataan yang akan datang pada Risyad. Andara itu tipe orang yang setia. Dari mana dia mendapatkan uang, maka sampai saat itu orang itu adalah atasannya.

Sosok jelita yang mengenakan dres mencetak body itu langsung saja meletakkan gelasnya lantas berjalan ke arah Risyad. Pemilik nama lengkap Andaraya itu ingin Risyad tahu kalau dia saat ini sedang di jebak.

"Hai tampan... Mau menari denganku?" ujar Andara saat dirinya sampai di dekat Risyad. Gadis itu memegangi dada Risyad seolah memang sedang menggoda.

Sementara itu, Risyad dibuat kaget bukan main, saat menyadari Andara yang datang. Berulang kali Risyad menepis tangan Andara, dan mengancam lewat tatapannya.

"Ah tidak. Tinggalkan kami. Aku tidak suka menari!" tekan Risyad berharap kegilaan Andara ini berhenti.

Alih-alih menurut, Andara justru semakin liar hingga kini dia memeluk tubuh Risyad yang masih duduk dikursi dengan dia yang membungkuk.

"Gelas lu ada obat perangsang. Jangan di minum atau lu mau jadi makanan cewek-cewek yang gila seks apalagi sama lu!" bisik Andara di sela kesempatan. Setelah itu, Andara menatap lekat mata Risyad, seolah mengatakan untuk percaya padanya.

"Sebentar, saya harus bicara dengannya," kata Risyad kemudian pada rekannya yang sedari tadi menunggu Risyad untuk minum bersama. Orang-orang itu mau tidak mau harus mengangguk setuju.

Risyad segera menyeret Andara jauh dari kebisingan. Di lorong arah ke lantai dua, barulah Risyad melepaskan tangan Andara dan langsung menyerangnya dengan pertanyaan.

"Apa maksud kamu? Andara tolong jangan gila! Kamu itu tidak sedang di dunia kamu. Cukup bekerja untuk saya saat sedang di rumah. Kalau di luar seperti ini jadilah orang asing. Saya sudah bilang, jangan berani ikut campur masalah saya!"

"Woi!" bentak Andara, jengkel. "Gue nggak ikut campur sama masalah lu. Gue udah baik ya ngingetin lu. Tadi gue liat sendiri minuman itu dibuat dan gue juga dengar sendiri ada orang yang ngancam lu. Niat gue baik, Brengsek!" kecamnya ikut marah.

"Kamu pasti salah sangka-"

"Ya udah! Kalau gitu buruan sana. Balik ke teman-teman lu dan minum tuh wine yang baru datang. Gue jamin, lu bakal kerasukan setan seks bahkan ngeliat gue aja lu bakalan napsu, Sat! Sana buruan! Gue nggak akan bantuin atau pun ikut campur lagi. Lu orang paling naif yang pernah gue kenal. Oh bukan naif, tapi tolol luar dalam!" hardik Andara terlampau geram. Gadis itu muak dicap ikut campur oleh Risyad. Dia akhirnya melengos pergi, berakhir tidak peduli apa yang akan terjadi pada Risyad.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 45 . End

    Kabar kehamilan Shama sudah beredar luas bahkan sampai ke telinga sang suami. Risyad yang kala itu tengah berjuang sekuat tenaga, langsung saja dibuat gagal fokus karena tidak percaya atas kabar yang sudah beredar. Hendak berlari dari tempatnya, Risyad pun diberhentikan oleh kehadiran sang ayah yang sudah ada didepan mata. "Ayah, apa yang terjadi?""Mari sudahi kesepakatan yang kemarin. Kamu akan tetap menjadi pemenangnya, Risyad," ujar sang ayah. "Apa-apaan ini, Ayah? Aku tidak ingin berlalu curang. tolong jangan buat aku tidak mempercayai kalian lagi!" tekan Risyad."Apa yang kau maksud?" "Shama tidak hamil! Kalau pun dia hamil, yang jelas itu bukan anakku!" "Risyad!" "Apa, Ayah!" balas Risyad ikut berteriak. "Aku sudah sangat cukup sabar menghadapi kalian. Jangan coba-coba usik lagi kebahagiaanku, Ayah. Atau jika memang itu terjadi, maka aku akan meninggalkan mama keluarga ini!" Lukas terkekeh sumbang, tak percaya atas perkataan sang putra. "Apa katamu?" "Apa yang sudah Ayah

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 44

    Risyad pun mulai menjalani titah dari sang ayah. Bagaimana pun caranya, dia tidak boleh gagal dalam tugas ini. Risyad sudah sangat muak dengan kehidupannya yang kemarin. Itulah kenapa Risyad akan menempuh segala cara agar kesepakatan dengan ayahnya segera berakhir. Di sisi lain, Shama terus saja dibuat tidak tenang dengan segala perencanaan ayah mertuanya. Dia yakin pada kinerja Risyad, sangat tidak mungkin suaminya yang tidak dia inginkan itu kalah dalam pertarungan ini. Mengingat tentang latar belakang Risyad yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, mana mungkin semudah itu kalah. Tak punya pilihan lain, Shama pun mencari jalan lain untuk menggagalkan rencana suaminya. Dia memang tidak menginginkan Risyad, akan tetapi lebih tidak menginginkan jika dirinya gagal menjadi pemegang saham utama di perusahaan yang sudah dia kelola. Shama pun segera menghubungi lawan dari perusahaan yang akan bersaing dengan Risyad. Setalah sepakat bertemu, Shama pun buru-buru pergi dan siap membua

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 43. Penawaran

    Emosi, Shama pun melampiaskan amarahnya dengan mencampakkan ponsel sembarang arah. Tidak hanya Risyad, tapi laki-laki yang sempat stau ranjang dengannya kemarin pun ikut-ikutan membuatnya tersulut emosi yang kian membuncah. **Bagi Lukas, memiliki seorang penerus adalah hal yang sangat penting. Dan yang pastinya, seorang penerus itu harus lahir dari rahim yang memang mumpuni dalam hal apa pun juga tentunya dari latar belakang yang paling baik. Itulah kenapa Lukas memaksa Shama untuk tetap memberikannya seorang cucu, walau Lukas sekarang tahu kalau anaknya sudah mulai berpindah haluan. "Siapa gadis yang terus bersama Risyad? Ada hubungan apa mereka?" tanya Lukas pada salah satu ajudan yang baru dia panggil. "Sejauh ini kami hanya bisa memastikan kalau gadis itu hanya sebatas pelayan saja, Pak. Karena sejak kemarin, saya melihat kalau gadis itu di bawa ke mansion pribadi Tuan Lukas untuk dijadikan tukang bersih-bersih." "Kau yakin? Aku akan membekukan seluruh akses apa pun yang meny

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 42. Bucin

    Baru saja matahari menyambut, suara nyaring dari arah dapur sudah menyapa telinga Shama. Dia menyempatkan melirik jarum jam dan mendapati hari sudah pukul delapan pagi. Hendak kembali memejamkan mata, suara yang seperti gesekan benda berbahan stainless membuatnya tak tenang lagi untuk melanjutkan tidurnya. Shama segera bangun dan berjalan satu jurus ke arah dapur untuk melihat siapa agaknya yang sedang mengganggu tidurnya. "Kau masih bisa menunggu, kan? Aku akan selesai sebentar lagi." Suara bariton Risyad segera menghentikan langkahnya. Pria yang masih berstatus suaminya itu ternyata dalang di balik suara nyaring itu. Dia sedang sibuk memasak dan terlihat asyik bertukar dialog dengan orang yang dia ajak berbicara. Shama sedikit memiringkan kepalanya guna melihat siapa yang sedang berbicara dengan suaminya. Mendadak dengkusan kecil keluar dari bibirnya saat layar ponsel Risyad menampilkan gambar Andara yang rupanya tengah melakukan panggilan video. Tampak keduanya cukup bahagia te

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 41. Pertarungan Dimulai

    Risyad kembali aktif di perusahaan setelah sebelumnya dia terkesan acuh tak acuh. Seperti apa janji sang ayah, jika dia bisa mengambil proyek ibu kota, maka Lukas tidak boleh lagi mengurusi hidupnya. Itulah hal yang membuat Risyad bersemangat untuk melanjutkan hidupnya. Ada sebuah tekad yang muncul untuk bahagia yang diujung angan. Berbeda dengan Risyad, Shama justru sedang merasa berjalan di tepi jurang. Apa pun yang dia lihat hanyalah ancaman kematian. Seperti bom yang di atur, hanya tinggal menunggu waktu untuk meledak. Seperti itulah kira-kira keadaan Shama saat ini. Dia hanya tinggal menunggu waktu kapan Risyad akan membuangnya karena pria itu sudah mulai sadar akan keadaan.Shama melempar berkas perceraian guna meluapkan emosinya. Sedari tadi dia terus saja mondar-mandir hanya untuk menenangkan diri, berusaha menyakinkan dirinya kalau Risyad tetaplah mencintainya. Akan tetapi, satu detik keyakinan itu terus saja melayang kala mengingat lagi bagaimana kini perubahan suaminya itu

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 40. Kembalinya Risyad

    Perubahan Risyad benar-benar berpengaruh bukan hanya pada sikapnya, tapi juga pada kemampuan bisnisnya yang mulai kembali terlihat. Sikap karismatik yang kemarin sempat lenyap, kini kembali muncul. Sisi dingin dan terang-terangan menjadi 'harimau' musuh, mulai membuat jajaran petinggi Al Maktoum heran dan meneguk ludah."Saya tidak akan bersikap lembek lagi pada siapa pun. Pastikan proyek ini berpengaruh. Kalau tidak, buang saja. Membuang orang-orang yang tidak berguna lebih baik dari pada membuang waktu. Kalian mengerti?" tegas Risyad. Orang-orang yang mengikuti rapat mengangguk patuh. Sebelum menyudahi rapat tersebut, seseorang mengangkat tangan bertanya, "Bagaimana jika proyek ini gagal hanya karena latar belakang calon partner kita ini tidak terlalu baik?" "Kau di pecat! Tinggalkan Al Maktoum sekarang!" Alih-alih menjawab, Risyad justru memberhentikan pria itu. Sontak saja semua orang tercengang, kaget. Apalagi si pria berkacamata itu. Jantungnya serasa melompat dari tempat, ka

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 39. Mansion Megah

    Sebuah mansion megah di lokasi yang cukup tertutup untuk kalangan orang biasa, kini terpampang jelas di depan mata Andara juga Sasa. Gedung megah itu memamerkan keindahan dunia yang sesungguhnya. Sejak tadi kedua kaki mereka melangkah, hanya kemewahan yang terpampang. Dari halaman yang luas, lobi yang megah, hingga isi rumah yang super menakjubkan benar-benar menyapa kedua mata dua perempuan itu. "Aku sudah memastikan semua keamanan rumah ini. Kalian bisa tinggal dengan tenang tanpa harus takut apa-apa. Kalau ada yang kurang, katakan saja padaku sekarang. Aku kubuat seperti yang kalian mau," ujar Risyad pada dua perempuan di depannya. Tentunya yang masih tercengang tak percaya. "I-ini buat kami? Maksudnya, kami tinggal di sini?" tanya Andara, malah gugup. Risyad mengangguk, mengiyakan, "Kenapa? Ada yang tidak kau suka? Katakan sekarang."Andara dan Sasa yang masih saja berdiri dengan pancaran tatap tak percaya, tiba-tiba satu hati untuk saling memandang. Jika Sasa saja masih kaget,

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 38. Surat Perceraian

    Satu hari penuh Shama berdiam diri di dalam kamarnya. Semua keadaan yang sedang terjadi benar-benar merusak suasana hati juga pikirannya. Entah angin apa yang menerpanya hingga semua terasa begitu mengkhianati. Perempuan itu bahkan enggan membuka tirai jendela kamarnya walau mentari sudah di puncak kepala.Kejadian kemarin masih saja menjadi alasan kenapa Shama merasa stres berkepanjangan. Dia tidak yakin kalau dia bisa tidur dengan pria asing bahkan saingannya di dunia bisnis. Ah, itu benar-benar menjengkelkan! Saat sedang merutuki diri di atas ranjangnya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Dengan tatapan malas dominasi kilat jengkel Shama menatap pintu cokelat tersebut. "Kalau tidak terlalu penting, jangan mengetuk!" hardiknya, berteriak. "Ah ... maaf, Nyonya. Tapi ini ada kiriman dari Tuan Risyad. Beliau berpesan untuk langsung memberikannya pada Anda," jelas seseorang dari balik pintu. Hal yang membuat Shama segera melepaskan selimut yang membungkusnya lantas berlari

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 37. Pengakuan

    Bunyi dentuman kecil dari barang yang terjatuh mengajak atmosfer yang tadinya masih terasa sensual, kini canggung kala suara barusan berasal dari tas selempang Sasa yang sudah tergeletak di lantai. Begitu mendapati Sasa berdiri di ambang pintu dengan pandangan ke arah mereka, buru-buru keduanya bangun dan berdiri kini saling menatap. "Sasa, kamu sudah pulang?" tanya Andara jadi terdengar sedikit lebih garing. Dia meringis kecil, sambil sesekali melirik Risyad di dekatnya. Bagaimana bisa keduanya tidak merasa malu, saat Sasa melihat mereka sedang berciuman. Itu hal yang paling ditutupi Andara apalagi dengan Risyad yang notabenenya adalah partner kerja juga sahabat perempuan di sana. "Ka-kalian ...." Sasa justru lebih kaget. Dia bahkan tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Jangan berlebihan seperti itu." Risyad bersuara sambil berjalan menghampiri. "Bagaimana perjalananmu, apa semuanya baik-baik saja?" lanjutnya berusaha mengalihkan pembicaraan. "Oh iya, semua baik-baik saja ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status