Share

02. Putri Sang Kyai

Penulis: Novian_Wu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-22 21:38:47

"Jika dia jodoh saya. Saya tidak akan menolak!!" jawab Ihsan pasti membuat semua orang yang ada disitu melongo, tak terkecuali Aynur dan Bobby.

Meskipun Ihsan mengatakan hal itu dengan lantang, faktanya di dalam hati kecilnya dia tak ingin mempunyai istri seperti Aynur.

Ya Allah, jauhkan hamba dari wanita seperti ini... Batin Ihsan dalam hati.

"Sudahlah ibu-ibu... Lagian tak mungkin Allah memberi jodoh wanita seperti ini untuk ustaz Ihsan yang sempurna. Saya yakin ustaz bicara begitu karena beliau tak ingin menyakiti wanita bengal ini!!" ucap ibu berbaju pink sinis.

Aynur kembali tertunduk, menahan air matanya yang kembali menetes. Seumur hidup tak pernah ia dipermalukan seperti ini. Seandainya orang-orang ini tahu dari keluarga mana dia sebenarnya, tak mungkin mereka berkata sehina itu. Selama ini Aynur tak pernah membanggakan diri meskipun lahir dari keluarga terpandang. Aynur bukan tipe wanita yang suka menghina orang lain kecuali orang tersebut benar-benar mengusik hidupnya.

Dan Bobby, pria yang harapannya menjadi suami idaman Aynur itu ternyata sama sekali tak berkutik melihat calon istrinya dihina habis-habisan.

Aynur melepas syal yang sebelumnya ia kerudungkan di kepalanya.

"Sudahlah pak ustaz, percuma memberi nasehat pada orang yang membenci kita. Saya menghargai niat baik pak ustaz untuk membantu saya meskipun saya yakin di hati kecil bapak gak mungkin menginginkan istri macam saya." kata Aynur. Ihsan menatap iba wanita di depannya.

" Nah gitu donk.. Tau diri!! Apa kamu gak punya orang tua yang ngajarin sopan santun!!" sindir bu Sofi.

"Mama!!" potong Bobby.

"Biarin!! Mama sebel, habis kamu kayak kena pelet, pacaran 3 tahun ga bisa pisah sama DIA!!"

"Astagfirullahalladzim... Bu Sofi.. istighfar bu " kata Ihsan.

"Saya sebel ustaz, emangnya ustaz yakin bisa mendidik wanita seperti dia? bukannya jadi keluarga sakinnah mawaddah warohmah malah jadi keluarga bubrah tazz..." tambah bu Sofi semakin membuat hati Aynur hancur.

"Jika dia mau saya nikahi dan hijrah bersama karena Allah, maka saya tidak takut melamar wanita yang ibu anggap hina ini. Saya dengan jantan akan melamarnya daripada harus berpacaran selama 3 tahun. Pacaran itu haram bu!" entah mengapa Ihsan terus membela Aynur yang sama sekali tidak dia kenal itu.

Di hati kecilnya Ihsan yakin suatu saat hinaan untuk Aynur akan berubah menjadi suatu pujian, Ihsan yakin Aynur akan menemukan pria sholeh yang mampu membimbingnya ke jalan yang benar.

"Sudahlah mas Ihsan... tidak usah membela dia. Saya tahu ustaz juga ga mau dapet istri kaya dia. Bubar! bubar! ayo kita mulai pengajiannya." Ajak ibu berbaju ungu.

"Jika walinya ada disini maka saya akan meminta izin beliau untuk meminang mbak Rasheda ini!" kata Ihsan mantap. Semua orang menoleh padanya.

"Jangan aneh-aneh mas Ihsan. Takutnya ada malaikat yang mengamini!" sergah bu Sofi.

Ihsan menyesalkan kata-katanya barusan. Ia berharap tidak ada malaikat yang mengamininya.

"Assalamualaikum...." sapa seorang pria bersuara serak.

"Walaikumsalam..." semuanya menoleh dan menjawab salam.

Seorang pria paruh baya, mengenakan sorban putih mendekat ke kerumunan ibu-ibu yang menghakimi Aynur. Melihat pria tersebut, semua orang menunduk memberi hormat.

" Ada apa ini ibu-ibu ? apa pengajiannya sudah dimulai?" tanya pria itu.

"Maaf pak kyai, tadi ada sedikit salah paham antar ibu-ibu, saya hanya mencoba meluruskan saja. " sahut Ihsan. Pria paruh baya itu, kyai Mustafa menatap Aynur yang tertunduk.

"Nur??" tanya Kyai Mustafa. Semua orang menoleh kaget. Sementara Aynur memalingkan mukanya dari tatapan kyai Mustafa.

"Sudah berapa lama kamu tak pulang? Tak rindu sama bapak dan ibu?" tanya pak Kyai, mendekati Aynur. Aynur mendongak perlahan dan mencium tangan kyai di depannya, membuat heran semua orang yang melihatnya. Mereka tentu bertanya- tanya bagaimana mungkin seorang kyai terhormat mengenal wanita liar seperti Aynur.

Kyai Mustafa memeluk Aynur, ingin rasanya Aynur menangis di pelukan ayahnya setelah cercaan dan hinaan yang dia dapatkan. Tapi Aynur menahannya, dia tak ingin orangtuanya tahu betapa buruknya dia di mata orang lain.

"Bagaimana kabar bapak dan ibu?" tanya Aynur parau.

"Alhamdulillah kami semua sehat. Pulanglah.... Ibu dan mbakyumu merindukanmu..." pak kyai mengusap rambut Aynur dengan lembut.

Pemandangan ini membuat bu Sofi, Bobby, Ihsan dan ibu-ibu yang lain syok.

"Maaf.. memangnya pak kyai mengenal dia?" tanya bu Sofi mewakili rasa penasaran semua orang yang berdiri menyaksikan mereka.

Pak kyai tersenyum ramah.

"Tentu saja, perkenalkan ini putri bungsu saya. Namanya Aynur." jawabnya singkat masih tersenyum ramah.

Bagai mendengar petir di siang bolong, semua orang khususnya ibu-ibu yang sudah menghina Aynur seakan mendadak tak punya kekuatan untuk berdiri tegak saking kagetnya.

"Ay- Nur?? tapi.. namanya tadi Rashe... da.." kata Ihsan bingung.

"Namanya Rasheda Aynur Ahmadi, tapi panggilan kami untuknya Aynur..." jawab pak kyai masih tersenyum ramah.

"Oh... tapi pak kyai, kok putrinya.. maaf, begini?" tanya ibu berbaju pink masih tidak percaya dengan pernyataan pak kyai.

Kyai Mustafa tersenyum.

"Mungkin ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua bu. Jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya saja. Selama ini jamaah pengajian mungkin menganggap saya seorang kyai yang mampu memberi contoh mulia untuk orang lain, padahal faktanya saya masih belum berhasil membimbing putri saya sendiri. Dan Nur yang anda lihat ini sebenarnya memiliki hati yang baik dan santun, Hanya saja banyak orang menilai salah hanya karena penampilan luarnya." jelas kyai Mustafa panjang lebar.

"Masyaallah.. betul kan ibu-ibu, kita tidak boleh menghakimi seseorang tanpa melihat sisi lain orang tersebut." tambah Ihsan. Aynur kini menatap Bobby.

"Sekarang kamu berani melamarku di depan bapakku ga Bob?? Aku mau kepastian!" tantang Aynur pada kekasihnya yang diam mematung.

"Oh, ini yang namanya nak Bobby." kata kyai Mustafa sambil menatap dalam-dalam Bobby.

"Apa kamu siap menjalani rumah tangga dengan Aynur? saya akan memberikan restu asalkan kamu bisa menjadi imam untuk putri saya dan mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik dan mulia." pesan pria paruh baya itu.

"Bagaimana? apa kamu siap menjadi imam untuk Aynur?" tanya Kyai Mustafa lagi setelah menunggu beberapa saat dan tidak menerima jawaban dari Bobby.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   33. Kacang vs Kuker

    "Saya yakin pemiliknya adalah si gadis kota itu Boss!" ujar Santoso, pria bertubuh besar itu menyeringai sangat yakin dengan ucapannya.Rahmat manggut-manggut mendengar ucapan anak buahnya, asap cerutu kembali membumbung tinggi ke udara."Tapi untuk apa dia masuk terlalu jauh ke area kita? bagaimana kira-kira aku bisa membuktikan bahwa dia pemilik sandal itu." Rahmat mengerutkan dahi."Saya akan menyelidikinya boss, beri perintah pada kami!" Santoso tampak berapi-api. Rahmat menghela nafas."Untuk saat ini fokuslah pada tugas awal kalian. Cari informasi tentang pria di dalam foto itu! untuk masalah ini, biar aku selesaikan sendiri." Rahmat tersenyum getir menatap beberapa lembar foto, salah satunya memperlihatkan sepasang muda mudi sedang berpelukan mesra di sebuah bar."Siap Boss!!" Santoso berlalu dari ruang kerja tuannya, berganti Aisyah yang masuk menemui sang ayah."Abi memanggilku? ada apa?" tanya Aisyah lirih.Rahmat segera memasukkan foto-foto yang berjejer di meja ke dalam la

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   32. Di Bawah Gubuk Bambu

    Aynur tersenyum menyadari dirinya yang kini berada di punggung Ihsan. Ia tak menolak perintah Ihsan karena kakinya memang terasa sakit setelah berlarian bertelanjang kaki menghindari kejaran bodyguard Rahmat. Aynur merasa lega melihat sikap Ihsan yang jauh berbeda tak seperti semalam, meskipun sejujurnya ada perasaan tak enak di hati Aynur karena sejak tadi pakaian kotor dan kakinya yang penuh tanah berkali kali mengenai bagian tubuh Ihsan.Beberapa saat kemudian terdengar suara dari perut Aynur. Ihsan tersenyum geli menyadari tangan Aynur yang mencoba menekan perutnya agar tidak berbunyi."Kita istirahat dulu setelah menyeberangi jembatan." ucapnya datar. Ternyata mereka telah tiba di jembatan bambu yang Aynur lewati sebelumnya."Mas, turunkan aku disini. Aku lebih nyaman berjalan sendiri..." pinta Aynur lirih.Ihsan menuruti permintaan Aynur, ia menurunkan Aynur lalu menggandeng tangannya melewati lantai bambu yang berderit setiap ada kaki yang menginjaknya'Gue suka sikap Lo yang s

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   31. Percakapan Rahasia

    Kriyet... Kriyet...Aynur akhirnya berhasil melewati jembatan bambu, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sehingga merasakan kelegaan luar biasa di dadanya. Ia menoleh ke belakang, Nissa sudah tak nampak lagi disana.Aynur mengeluarkan ponsel dari kantong rok yang ia kenakan, masih belum terlihat garis-garis sinyal disana. Ia lantas melihat jam di layar handphone yang sudah menunjukkan angka 10.50, ia segera bergegas menyusuri jalan setapak yang tampak sempit karena tertutup batang jagung setinggi 1 meter di kanan kirinya. Kini hanya terdengar suara-suara alam yang meneduhkan, kicauan burung dan hembusan angin membuat nyaman hati siapapun yang mendengarnya. Beberapa meter di depannya Aynur melihat beberapa orang tampak sedang memetik buah jagung. "Mbak, ngirim bekal buat bapaknya, ya?" sapa salah satu ibu-ibu dengan ramah. Aynur membalasnya dengan senyuman."Iya buk, panenannya bagus ya..."Aynur merasa tak ada salahnya sedikit berbasa basi dengan warga kampung, ia

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   30. Tersesat

    Aynur terbangun oleh suara adzan yang terdengar begitu merdu, suara yang mendayu dan penuh penghayatan sehingga membuat teduh hati setiap orang yang mendengarnya.Subhanallah... sudah lama aku tak mendengar suara seindah ini..Aynur duduk dan melihat sofa dengan bantal dan selimut yang sudah terlipat rapi di atasnya. Ya, semalam setelah pertengkaran kecil terjadi, Ihsan lantas mengambil bantal dan selimut untuk dibawa tidur di sofa. Hati Aynur terasa perih mengingat ucapan Ihsan semalam. Ia meraih ponselnya, mencari cari jadwal keberangkatan pesawat paling pagi hari ini. Jika pemilik rumah sudah tidak menginginkannya, mana mungkin dia tetap bersikukuh berada di rumah itu, ia harus pulang kembali ke Jakarta pagi ini.Aynur memilih jam penerbangan pertama, pukul 7.30 pagi, toh tak ada yang perlu dikemasi, bahkan semua barang-barangnya belum keluar dari koper. Aynur mendengus menyesali kedatangannya ke rumah Ihsan.Tau begini mending gue nganterin Bobby!! gerutunya. Baru saja ia memili

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   29. Sebuah Lelucon?

    Flashback On :Jakarta ( Beberapa jam sebelum Aynur menyusul Ihsan ke Solo)Aynur tidur telentang dengan satu lengan berada di atas kedua matanya yang tertutup, otaknya sedang bergelut memilih antara mengikuti Ihsan atau mengantar Bobby."She!! gimana? belum dapet solusi juga?" Aynur masuk membawa camilan dan dua gelas jus jeruk segar."Gue bingung Va, gue pengen nemenin Ihsan, tapi gue ga mungkin ga nganterin Bobby." Aynur menghela nafasnya sebelum akhirnya duduk sambil memakan camilan yang disiapkan Ziva."Menurut Lo gue harus gimana?"Ziva menaikkan bibir bawahnya dengan dahi berkerut seolah sedang berfikir keras."Gue juga bingung sih, tapi coba Lo pikir deh! misal lo nganterin Bobby, oke Bobby tentu seneng. Namun Lo harus siap dengan segala konsekuensinya. Pertama Lo pasti sulit dapet maaf dari Ihsan, kedua keluarga Ihsan bakalan kecewa sama Lo, ketiga rencana awal pernikahan Lo kemungkinan besar bakal gagal karena Ihsan ga mau nerusin kontrak." Ziva berhenti sejenak lalu kembal

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   28. Qori'ah

    Ihsan menatap Aynur yang duduk beberapa meter di depannya. Wajahnya terliha menegang. Nissa yang duduk di sampingnya menggenggam tangan Aynur seolah memberi semangat.Apa yang harus aku lakukan? pak Rahmat tak mungkin melepaskan Aynur begitu saja.Ihsan bangkit mendekat pada Rahmat."Maaf pak, istri saya sedang berhalangan saat ini. Tidak mungkin dia membuka kitab," ucapnya lirih.Rahmat menyeringai."Mengapa harus membuka kitab? bukankah dia seorang qiroah? tak sulit baginya memilih salah satu surat diantara 114 surat yang ada di dalam Al-Qur'an. Lagipula tadi sudah saya sampaikan, kalau surat lain terlalu berat baginya, Al Ikhlas pun tak masalah," jelas Rahmat dengan suara lantang. Ihsan menghela nafasnya, Rahmat memang sengaja mempermalukan istrinya. Bisa bisanya ayah Aisyah menyebut Aynur seorang qariah, padahal selama ini untuk menertibkannya membaca iqra' saja sulitnya bukan main. Ihsan kembali terduduk dengan lemas, ia tak tahu harus membantu dengan cara apa.Niat Ihsan memban

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status