Share

4. Pemaksaan

Sebulan sudah Paman dan Zaki meninggalkan dirinya. Selama itu juga Zafirah berusaha melupakan kenangan indahnya bersama Paman. Meskipun sulit, namun Zafirah harus merelakan kepergian orang terkasihnya, orang tua satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.

Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Zafirah kini menyibukkan dirinya lebih dari biasanya. Tawaran mengajar di desa tetangga berdatangan, dirinya tidak cuma mengajar di musholla di desanya, namun juga di desa tetangga.

Seperti hari ini setelah mengajar di desa sebelah, tanpa merasa lelah Zafirah kembali ke musholla hanya untuk memberikan sumbangan untuk perbaikan musholla. Hasil pemberian penduduk desa ia masukkan untuk kotak amat di musholla.

Dengan mengendari sepeda motor bututnya. Akhirnya, Zafirah sampai di rumah sederhananya. Saat memasuki pekarangan rumahnya, terlihat mobil mawah telah terparkir di halaman rumahnya.

"Assalamualaikum, maaf mau cari siapa?" kata Zafirah rasa penasaran dan rasa takut membuatnya tetap berdiri dengan jarak yang lebih jauh, namun pandangan matanya tidak lepas memandang pria yang berdiri membelakanginya.

"Wa'alaikumsalam." Azril membalikkan tubuhnya saat mendengar seseorang mengucapkan salam.

"Kak Azri?"

Zafirah memalingkan wajahnya saat pandangan matanya tanpa sengaja menatap wajah Azril, karena rasa terkejut membuat dirinya tanpa sadar memperhatikan Azril yang berada di hadapannya.

"Astaghfirullahaladzim!" Serunya membuat Azril menatap wanita bercadar yang ada di hadapannya.

"Zafirah, ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Azril pada Zafirah yang terus menundukan wajahnya.

"Iya kak, maaf kita bicara di sini,"

Zafirah mengarahkan Azril untuk duduk disalah satu kursi yang ada di teras rumahnya.

Azril menatap sekeliling halaman rumah Zafirah, sebuah taman kecil dengan berbagai bunga tertanam di sana. Bahkan, ada pohon buah dan berbagai sayuran yang di sana.

Pemandangan yang jarang ia jumpai saat berada di kediamannya, di kota. Azril menyadari kenapa adiknya lebih suka tinggal di perkampungan dari pada di kota. Zaki lebih suka dengan kehijauan, bahkan rumah pribadinya yang telah di bangun memiliki taman yang indah. Taman yang menjadi pusat utama untuk Zaki, kini ia menyadari bukan hanya Zaki tetapi Zafirah memiliki hobi yang sama. Sama-sama memperdalam ilmu agama dan berbagi dengan banyak orang.

"Zafirah, sesuai keinginan adikku, Zaki. Juga pamanmu, aku akan menikahimu, hari ini!" Kata Azril tegas. Tanpa memikirkan bagaimana hati Zafirah saat ini.

Mendengar kata-kata Azril, Zafirah yang tengah menatap hamparan bunga yang mulai bermekaran teralihkan dan memandang Azril dengan tatapan tidak percaya. Bahkan Zafirah tidak memikirkan amanah dari pamannya.

"Apa maksud kakak dengan menikahiku?"

Zafirah kembali menatap bunga mawar yang mekar sempurna. Begitu indah di pandang, namun menyedihkan dan mengetahui siapa yang sudah menanamnya di sana.

"Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini, atau mendengarkan apa yang kamu katakan. Intinya kamu harus menikah denganku hari ini juga, apa kamu tidak mengerti, hah!"

Suara Azril yang tinggi dan tegas membuat Zafirah terlonjak kaget.

"Astaghfirullah maaf kak, menikah adalah sesuatu yang suci kita tidak bisa main-main dalam pernikahan," ujar Zafirah dengan lembut.

"Kamu pikir yang aku katakan ini main-main, iya?"

Lagi-lagi suara tinggi dan tegas Azril membuat Zafirah terus beristighfar dalam hati.

"Zafirah tidak bilang jika kakak, sedang main-main. Hanya saja apa yang kakak katakan adalah pemikiran dari kak Azril, sendiri tanpa bertanya pada Zafirah, apakah Zafirah bersedia atau tidak kak," jawab Zafirah dengan suara yang lembut.

"Terserah apa yang akan kamu katakan Zafirah, sebentar lagi akan ada penghulu yang akan datang ke sini, dan aku tidak ingin mendengarkan alasan apapun darimu!"

Azril meninggikan suaranya mendengar jawaban yang di lontarkan Zafirah padanya. Azril tidak peduli Zafirah menyetujui atau tidak, yang terpenting baginya ia menikah dengan Zafirah untuk menjalankan apa yang di inginkan mendiang adik tersayangnya. Meskipun ia tidak tahu bagaimana dengan perjalanan rumah tangganya ke depan.

"Maaf kak, Zafirah tidak mau. Sebaiknya kakak pergi dari sini masalah mendiang kak Zaki dan Paman Zafirah, kakak tidak perlu melakukannya, karena pernikahan tidak akan terjadi jika salah satunya tidak menginginkannya,"

Zafirah meninggalkan Azril yang menatap tidak percaya wanita bercadar di depannya menolak menikah dengannya. sedangkan diluar sana banyak wanita yang menggodanya bahkan banyak yang rela menghangatkan tempat tidurnya tanpa di bayar.

Azril yang terbawa emosi karena penolakan Zafirah, dengan sekali tarik membuat tubuh Zafirah kini berada dalam pelukan Azril. Zafirah mendorong tubuh Azril sekuat tenaga, sehingga dirinya terlepas dari pelukan Azril. Namun Azril tidak tinggal diam, dirinya kembali menarik Zafirah ke dalam rumah dan mendorongnya di atas sofa yang berada di ruang tamu.

"Lepaskan Zafirah, kak! Argh!"

Zafirah mendorong tubuh Azril yang terus memaksa membuka cadarnya.

"Tidak, akan aku lepaskan kamu, Zafirah! Tidak akan. Sebelum kamu mau menikah denganku."

Azril menekan tubuh Zafirah yang lemah, tatapan matanya tidak lepas pada sorot mata Zafirah yang menitikan air mata. Suara mesin mobil memasuki pekarangan rumah Zafirah. Bahkan, bukan hanya satu mobil melainkan empat mobil kini terparkir di depan rumahnya.

"Tuan Azril penghulu sudah datang."

Adam sang asisten yang di tugaskan Azril untuk menyiapkan semuanya.

"Bawa mereka ke sini!" Jawab Azril tegas.

"Baik Tuan,"

Adam menyuruh mereka untuk memasuki rumah Zafirah yang sederhana. Merapikan semua ruangan agar memudahkan mereka duduk untuk menjadi saksi pernikahan mereka.

"Bantu dia mengganti bajunya!" Ucap Azril pada wanita yang akan merias Zafirah. Mereka membawa Zafirah ke.kamar dan merias wajah Zafirah. Setelah selesai berhias dan menganti bajunya, Zafirah keluar dari kamar di bantu para wanita yang meriasnya.

Di sinilah sekarang Zafirah yang duduk di samping Azril, dirinya tidak bisa menolak keinginan Azril untuk menikahinya. Azril berhasil melepas cadar yang selalu Zafirah kenakan bahkan Azril telah berani mencium bibirnya. Itulah alasan Zafirah menerima pernikahan paksa dengan Azril. Suara para saksi dan penghulu mengucapkan kata,

"SAH"

Menyadarkan lamunan Zafirah, air matanya luruh tanpa bisa dia cegah. Para tetangga dan bahkan penghulu dan rombongan meninggalkan kediaman Zafirah kini hanya dirinya dan Azril di ruang tamu.

"Bereskan semua barang-barangmu dan kita akan pergi ke kota sekarang."

Zafirah mengikuti kata Azril, saat keluar dari kamar dirinya di kejutkan kehadiran Azril yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Apa sudah selesai?" Azril menatap wajah Zafirah yang terlihat sendu meski tertutup cadar.

"Sudah kak,"

Dengan langkah gontai Zafirah mengikuti langkah Azril yang lebih dulu melangkah di depannya. Zafirah menyerahkan kunci rumahnya pada bi Minah tetangga terdekatnya, yang selama ini selalu ada untuknya setelah meninggalnya Paman Ferdi.

"Bu Minah, Zafirah pergi dulu. Tolong titip rumah ya, bi," Zafirah mencium tangan Bu Minah yang sudah dia anggap seperti ibunya.

"Hati-hati Zafirah, sering-seringlah berkunjung kemari, beri kabar ibu, biar ibu tenang," ucap bu Minah pada Zafirah.

"Insha Allah, bu," ucapan Zafirah terhenti saat suara dingin dan tegas terdengar.

"Apa masih lama? Waktu kita tidak banyak, Zafirah!"

Zafirah memeluk tubuh bu Minah dan berlalu dari hadapannya. Perjalanan dari kampung Zafirah ke kota berjarak tiga jam. Dalam perjalanan tidak ada yang saling bicara ataupun sapaan, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Zafirah menatap ke arah samping,.di mana lampu kota yang mulai menyala dan bangunan yang tinggi menjulang dan berbagai hiasan lampu menambah keindahan kota.

"Bangunlah Zafirah, kita sudah sampai!"

Zafirah tersentak mendengar suara bariton di sampingnya.

"Kenapa diam, cepat turun!"

Zafirah merapikan kerudung dan cadarnya sebelum turun. Zafirah mengikuti langkah lebar Azril yang lebih dulu ke dalam rumah mewah, seorang wanita paruh baya dan seorang gadis menyambut kedatangannya.

"Selamat malam tuan Azril dan Nona,"

Mereka menghentikan ucapannya, mengingat mereka tidak mengenal wanita bercadar yang berada belakang Azril.

"Malam bu, dia Zafirah istriku."

Azril melewati para pelayan yang berada di sampingnya.

"Assalamualaikum, semuanya,"

Zafirah menjabat tangan para pelayan wanita dan menangkupkan kedua tangannya di depan pelayan laki-laki.

"Wa'alaikumsalam, selamat datang nyonya Zafirah," ucap mereka bersamaan.

"Zafirah kamarmu ada di atas,"

Azril mengantar Zafirah ke kamarnya. Kamar yang tentunya berbeda dengan Azril, sebab Azril tidak ingin Zafirah tinggal di kamar yang sama dengan, kamar yang biasa Jelita istirahat jika berkunjung ke rumahnya.

"Mulai sekarang kamar ini adalah kamarmu, Zafirah."

Zafirah menatap sekeliling kamar yang bernuansa putih. Namun saat melihat Azril yang keluar dari kamar Zafirah memberanikan diri bertanya.

"Kak Azril, kenapa kamar kita terpisah?"

Dengan suara pelan yang nyaris berbisik namun masih di dengar oleh Azril.

"Zafirah, dengarkan kata-kata yang akan aku katakan padamu. Aku menikahimu karena adikku dan Pamanmu yang memintanya. Jadi, tugasku sudah selesai jadi jangan berharap apapun padaku! Pernikahan ini hanya di atas kertas, kamu paham?"

Usai mengatakan, Azril meninggalkan kamar Zafirah menuju kamar pribadinya. Setelah membersikan tubuhnya, Azril meraih jaket dan meninggalkan kamarnya dering suara ponselnya membuat aktivitasnya terhenti.

"Halo sayang, apa kamu merindukan ku?"

Mendengar suara manja dari seberang sana membuat bibir Azril melengkung ke atas.

"Aku sangat merindukanmu, honey,"

"Kalau begitu cepatlah datang ke club, aku menunggumu di sini sayang,"

"Tentu sayang, aku akan datang ke.sana,"

Azril menyambar kunci yang berada di atas nakas dan berlalu dari kediamannya. Para pelayan hanya memandang iba pada Zafirah yang di tinggal sendiri, di dalam kamar Zaki adik dari Tuannya. mereka tidak ada yang mengerti jika Zafirah adalah wanita yang akan di nikahi oleh Tuan mudanya.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fatmah SY
the journey has begun....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status