Share

4. Pemaksaan

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2021-06-07 06:07:20

Sebulan sudah Paman dan Zaki meninggalkan dirinya. Selama itu juga Zafirah berusaha melupakan kenangan indahnya bersama Paman. Meskipun sulit, namun Zafirah harus merelakan kepergian orang terkasihnya, orang tua satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.

Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Zafirah kini menyibukkan dirinya lebih dari biasanya. Tawaran mengajar di desa tetangga berdatangan, dirinya tidak cuma mengajar di musholla di desanya, namun juga di desa tetangga.

Seperti hari ini setelah mengajar di desa sebelah, tanpa merasa lelah Zafirah kembali ke musholla hanya untuk memberikan sumbangan untuk perbaikan musholla. Hasil pemberian penduduk desa ia masukkan untuk kotak amat di musholla.

Dengan mengendari sepeda motor bututnya. Akhirnya, Zafirah sampai di rumah sederhananya. Saat memasuki pekarangan rumahnya, terlihat mobil mawah telah terparkir di halaman rumahnya.

"Assalamualaikum, maaf mau cari siapa?" kata Zafirah rasa penasaran dan rasa takut membuatnya tetap berdiri dengan jarak yang lebih jauh, namun pandangan matanya tidak lepas memandang pria yang berdiri membelakanginya.

"Wa'alaikumsalam." Azril membalikkan tubuhnya saat mendengar seseorang mengucapkan salam.

"Kak Azri?"

Zafirah memalingkan wajahnya saat pandangan matanya tanpa sengaja menatap wajah Azril, karena rasa terkejut membuat dirinya tanpa sadar memperhatikan Azril yang berada di hadapannya.

"Astaghfirullahaladzim!" Serunya membuat Azril menatap wanita bercadar yang ada di hadapannya.

"Zafirah, ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Azril pada Zafirah yang terus menundukan wajahnya.

"Iya kak, maaf kita bicara di sini,"

Zafirah mengarahkan Azril untuk duduk disalah satu kursi yang ada di teras rumahnya.

Azril menatap sekeliling halaman rumah Zafirah, sebuah taman kecil dengan berbagai bunga tertanam di sana. Bahkan, ada pohon buah dan berbagai sayuran yang di sana.

Pemandangan yang jarang ia jumpai saat berada di kediamannya, di kota. Azril menyadari kenapa adiknya lebih suka tinggal di perkampungan dari pada di kota. Zaki lebih suka dengan kehijauan, bahkan rumah pribadinya yang telah di bangun memiliki taman yang indah. Taman yang menjadi pusat utama untuk Zaki, kini ia menyadari bukan hanya Zaki tetapi Zafirah memiliki hobi yang sama. Sama-sama memperdalam ilmu agama dan berbagi dengan banyak orang.

"Zafirah, sesuai keinginan adikku, Zaki. Juga pamanmu, aku akan menikahimu, hari ini!" Kata Azril tegas. Tanpa memikirkan bagaimana hati Zafirah saat ini.

Mendengar kata-kata Azril, Zafirah yang tengah menatap hamparan bunga yang mulai bermekaran teralihkan dan memandang Azril dengan tatapan tidak percaya. Bahkan Zafirah tidak memikirkan amanah dari pamannya.

"Apa maksud kakak dengan menikahiku?"

Zafirah kembali menatap bunga mawar yang mekar sempurna. Begitu indah di pandang, namun menyedihkan dan mengetahui siapa yang sudah menanamnya di sana.

"Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini, atau mendengarkan apa yang kamu katakan. Intinya kamu harus menikah denganku hari ini juga, apa kamu tidak mengerti, hah!"

Suara Azril yang tinggi dan tegas membuat Zafirah terlonjak kaget.

"Astaghfirullah maaf kak, menikah adalah sesuatu yang suci kita tidak bisa main-main dalam pernikahan," ujar Zafirah dengan lembut.

"Kamu pikir yang aku katakan ini main-main, iya?"

Lagi-lagi suara tinggi dan tegas Azril membuat Zafirah terus beristighfar dalam hati.

"Zafirah tidak bilang jika kakak, sedang main-main. Hanya saja apa yang kakak katakan adalah pemikiran dari kak Azril, sendiri tanpa bertanya pada Zafirah, apakah Zafirah bersedia atau tidak kak," jawab Zafirah dengan suara yang lembut.

"Terserah apa yang akan kamu katakan Zafirah, sebentar lagi akan ada penghulu yang akan datang ke sini, dan aku tidak ingin mendengarkan alasan apapun darimu!"

Azril meninggikan suaranya mendengar jawaban yang di lontarkan Zafirah padanya. Azril tidak peduli Zafirah menyetujui atau tidak, yang terpenting baginya ia menikah dengan Zafirah untuk menjalankan apa yang di inginkan mendiang adik tersayangnya. Meskipun ia tidak tahu bagaimana dengan perjalanan rumah tangganya ke depan.

"Maaf kak, Zafirah tidak mau. Sebaiknya kakak pergi dari sini masalah mendiang kak Zaki dan Paman Zafirah, kakak tidak perlu melakukannya, karena pernikahan tidak akan terjadi jika salah satunya tidak menginginkannya,"

Zafirah meninggalkan Azril yang menatap tidak percaya wanita bercadar di depannya menolak menikah dengannya. sedangkan diluar sana banyak wanita yang menggodanya bahkan banyak yang rela menghangatkan tempat tidurnya tanpa di bayar.

Azril yang terbawa emosi karena penolakan Zafirah, dengan sekali tarik membuat tubuh Zafirah kini berada dalam pelukan Azril. Zafirah mendorong tubuh Azril sekuat tenaga, sehingga dirinya terlepas dari pelukan Azril. Namun Azril tidak tinggal diam, dirinya kembali menarik Zafirah ke dalam rumah dan mendorongnya di atas sofa yang berada di ruang tamu.

"Lepaskan Zafirah, kak! Argh!"

Zafirah mendorong tubuh Azril yang terus memaksa membuka cadarnya.

"Tidak, akan aku lepaskan kamu, Zafirah! Tidak akan. Sebelum kamu mau menikah denganku."

Azril menekan tubuh Zafirah yang lemah, tatapan matanya tidak lepas pada sorot mata Zafirah yang menitikan air mata. Suara mesin mobil memasuki pekarangan rumah Zafirah. Bahkan, bukan hanya satu mobil melainkan empat mobil kini terparkir di depan rumahnya.

"Tuan Azril penghulu sudah datang."

Adam sang asisten yang di tugaskan Azril untuk menyiapkan semuanya.

"Bawa mereka ke sini!" Jawab Azril tegas.

"Baik Tuan,"

Adam menyuruh mereka untuk memasuki rumah Zafirah yang sederhana. Merapikan semua ruangan agar memudahkan mereka duduk untuk menjadi saksi pernikahan mereka.

"Bantu dia mengganti bajunya!" Ucap Azril pada wanita yang akan merias Zafirah. Mereka membawa Zafirah ke.kamar dan merias wajah Zafirah. Setelah selesai berhias dan menganti bajunya, Zafirah keluar dari kamar di bantu para wanita yang meriasnya.

Di sinilah sekarang Zafirah yang duduk di samping Azril, dirinya tidak bisa menolak keinginan Azril untuk menikahinya. Azril berhasil melepas cadar yang selalu Zafirah kenakan bahkan Azril telah berani mencium bibirnya. Itulah alasan Zafirah menerima pernikahan paksa dengan Azril. Suara para saksi dan penghulu mengucapkan kata,

"SAH"

Menyadarkan lamunan Zafirah, air matanya luruh tanpa bisa dia cegah. Para tetangga dan bahkan penghulu dan rombongan meninggalkan kediaman Zafirah kini hanya dirinya dan Azril di ruang tamu.

"Bereskan semua barang-barangmu dan kita akan pergi ke kota sekarang."

Zafirah mengikuti kata Azril, saat keluar dari kamar dirinya di kejutkan kehadiran Azril yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Apa sudah selesai?" Azril menatap wajah Zafirah yang terlihat sendu meski tertutup cadar.

"Sudah kak,"

Dengan langkah gontai Zafirah mengikuti langkah Azril yang lebih dulu melangkah di depannya. Zafirah menyerahkan kunci rumahnya pada bi Minah tetangga terdekatnya, yang selama ini selalu ada untuknya setelah meninggalnya Paman Ferdi.

"Bu Minah, Zafirah pergi dulu. Tolong titip rumah ya, bi," Zafirah mencium tangan Bu Minah yang sudah dia anggap seperti ibunya.

"Hati-hati Zafirah, sering-seringlah berkunjung kemari, beri kabar ibu, biar ibu tenang," ucap bu Minah pada Zafirah.

"Insha Allah, bu," ucapan Zafirah terhenti saat suara dingin dan tegas terdengar.

"Apa masih lama? Waktu kita tidak banyak, Zafirah!"

Zafirah memeluk tubuh bu Minah dan berlalu dari hadapannya. Perjalanan dari kampung Zafirah ke kota berjarak tiga jam. Dalam perjalanan tidak ada yang saling bicara ataupun sapaan, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Zafirah menatap ke arah samping,.di mana lampu kota yang mulai menyala dan bangunan yang tinggi menjulang dan berbagai hiasan lampu menambah keindahan kota.

"Bangunlah Zafirah, kita sudah sampai!"

Zafirah tersentak mendengar suara bariton di sampingnya.

"Kenapa diam, cepat turun!"

Zafirah merapikan kerudung dan cadarnya sebelum turun. Zafirah mengikuti langkah lebar Azril yang lebih dulu ke dalam rumah mewah, seorang wanita paruh baya dan seorang gadis menyambut kedatangannya.

"Selamat malam tuan Azril dan Nona,"

Mereka menghentikan ucapannya, mengingat mereka tidak mengenal wanita bercadar yang berada belakang Azril.

"Malam bu, dia Zafirah istriku."

Azril melewati para pelayan yang berada di sampingnya.

"Assalamualaikum, semuanya,"

Zafirah menjabat tangan para pelayan wanita dan menangkupkan kedua tangannya di depan pelayan laki-laki.

"Wa'alaikumsalam, selamat datang nyonya Zafirah," ucap mereka bersamaan.

"Zafirah kamarmu ada di atas,"

Azril mengantar Zafirah ke kamarnya. Kamar yang tentunya berbeda dengan Azril, sebab Azril tidak ingin Zafirah tinggal di kamar yang sama dengan, kamar yang biasa Jelita istirahat jika berkunjung ke rumahnya.

"Mulai sekarang kamar ini adalah kamarmu, Zafirah."

Zafirah menatap sekeliling kamar yang bernuansa putih. Namun saat melihat Azril yang keluar dari kamar Zafirah memberanikan diri bertanya.

"Kak Azril, kenapa kamar kita terpisah?"

Dengan suara pelan yang nyaris berbisik namun masih di dengar oleh Azril.

"Zafirah, dengarkan kata-kata yang akan aku katakan padamu. Aku menikahimu karena adikku dan Pamanmu yang memintanya. Jadi, tugasku sudah selesai jadi jangan berharap apapun padaku! Pernikahan ini hanya di atas kertas, kamu paham?"

Usai mengatakan, Azril meninggalkan kamar Zafirah menuju kamar pribadinya. Setelah membersikan tubuhnya, Azril meraih jaket dan meninggalkan kamarnya dering suara ponselnya membuat aktivitasnya terhenti.

"Halo sayang, apa kamu merindukan ku?"

Mendengar suara manja dari seberang sana membuat bibir Azril melengkung ke atas.

"Aku sangat merindukanmu, honey,"

"Kalau begitu cepatlah datang ke club, aku menunggumu di sini sayang,"

"Tentu sayang, aku akan datang ke.sana,"

Azril menyambar kunci yang berada di atas nakas dan berlalu dari kediamannya. Para pelayan hanya memandang iba pada Zafirah yang di tinggal sendiri, di dalam kamar Zaki adik dari Tuannya. mereka tidak ada yang mengerti jika Zafirah adalah wanita yang akan di nikahi oleh Tuan mudanya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fatmah SY
the journey has begun....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   85. Extra part (Nama Yang Menepati Hati)

    Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   84. Extra part (Kelahiran Alfarizqi Daza Elfathan)

    Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   83. Bahagia Selamanya.

    Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   82. Penyesalan Sesaat.

    "Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   81. Kebahagiaan Yang Nyata.

    Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   80. Pengusiran Jelita 3.

    "Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   79. Pengusiran Jelita 2.

    Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   78. Pengusiran Jelita.

    Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   77. Penolakan Azril.

    Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status