Di sepertiga malam Zafirah terbangun, Zafirah yang terbiasa bangun di tengah malam meskipun baru berapa jam ia memejamkan matanya. Usai menjalankan Salat tahajud, Zafirah melanjutkan membaca Al Qur'an. Hingga terdengar langkah kaki melewati kamarnya.Zafirah mempertajam pendengarannya. Suara gelak tawa membuat Zafirah merasa penasaran, berlahan Zafirah membuka pintu balkon yang mengarah ke kolam renang yang berada tepat di bawahnya. "Astaghfirullahaladzim, apa yang mereka lakukan?"Zafirah memalingkan wajahnya saat melihat pemandangan di depannya. Bagaimana Azril yang tengah memadu kasih dengan seorang wanita di dalam kolam renang. Tanpa memikirkan orang lain yang akan melihat tingkah laku mereka.Zafirah melanjutkan mengajinya dan berusaha melupakan apa yang di lihatnya, namun bayangan tubuh Azril yang berada di atas wanita itu membuat perasaannya sakit. Zafira menyadari jika yang di lakukan Azril adalah perbuatan yang dilarang agama. Namun, Zafirah tidak bisa berbuat apapun. Tidak
Satu minggu setelah kejadian penyerangan, selama itu juga Zafirah tidak bertemu dengan Azril. Seperti hari ini Zafirah hanya berdiam diri di dalam kamar. Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan olehnya selain melakukan kewajibannya pada pemilik kehidupan. Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Terlihat Melati membawa nampan berisi makan siang dirinya."Selamat siang nyonya, bibi bawa makan siang. Semoga nyonya menyukai masakan Bibi,"Melati tersenyum ramah pada wanita bercadar yang berada di hadapannya. "Terima kasih Bi, apapun masakan bibi aku menyukainya," sahut Zafirah dengan senyum indahnya. "Nyonya, tuan Azril sudah mengizinkan Nyonya keluar dari kamar, akhirnya tuan sadar juga ya, Nyonya,"Zafirah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban Zafirah tidak ingin terlalu berharap. Di izinkan keluar dari kamar bukan berarti bebas, mengingat kekasih suaminya tidak menyukainya. "Nyonya, apa ada yang menganggu pikiran nyonya? Atau masakan bibi tidak enak, biar nanti bibi ganti. N
Waktu menunjukkan tepat pukul delapan malam, para pelayan dan berapa tamu yang mulai berdatangan. Di kamar utama Jelita bersama Azril tengah bersiap dengan penampilan yang luar biasa. Jelita yang memakai gaun malam tanpa lengan dan panjang gaunnya hingga menjuntai kelantai, bagian atas kerah yang berbentuk huruf V membuat bagian tulang selangka terlihat jelas. Azril yang malam ini memakai setelan Tuxedo dengan warna senada dengan Jelita. Penampilan mereka bagaikan ratu dan raja. Mereka menuruni tangga, tangan jelita bergelayut di lengan Azril. Para tamu menyambut kedatangan pasangan yang malam ini terlihat serasi. "Wahh!! Kalian kapan menikah? Sudah lama kalian menjalin hubungan, apa kalian tidak takut bosan?" Romi sahabat Azril menyambut pemilik pesta dengan terus menggodanya. "Kami akan menikah sebentar lagi, siapkan kado terindah untuk kami Romi!"Jelita menjawab perkataan Romi dengan tawa yang penuh arti. "Jangan khawatir, aku pastikan hadiahnya sangat istimewa."Romi menepuk
Romi membawa tubuh Zafirah yang terkapar tidak berdaya ke rumah sakit terdekat. Dirinya tidak ingin sesuatu terjadi pada Zafirah, wanita yang tidak lain adalah istri dari sahabatnya. Romi bersumpah akan membuat perhitungan pada Azril, ia merutuki kesalahannya yang terlambat datang. Flashback.Romi yang ingin ke toilet tidak sengaja mendengar apa yang di katakan Jelita pada Zafirah. Namun rasa sakit di perutnya membuatnya berlari kearah kamar mandi. Saat ia kembali, baik Jelita maupun Zafirah tidak ada disana, mengingat kata-kata gudang. Romi berinsiatif kesana, namun langkahnya terhenti setelah seseorang yang tiba-tiba berada di hadapannya. "Romi tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan padamu?" tanya Jelita. "Apa yang ingin kamu tanyakan, padaku?" "Wanita ninja itu? Apa yang kamu ketahui tentangnya?" Romi menatap Jelita yang menatapnya penuh harap. "Wanita ninja yang mana kamu maksud, siapa Jelita?" tanya balik Romi pada Jelita. "Zafirah, apa yang kamu ketahui tentang Zafirah. Dan
Dua hari sudah Zafirah berada di rumah sakit, selama itu juga Azril menemaninya. Kondisi Zafirah yang kini lebih baik dari sebelumya, hari ini adalah hari kepulangannya."Zafirah, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" Azril mendekati tempat tidur Zafirah. "Apa yang ingin kak Azril tanyakan?"Zafirah yang membenarkan posisi duduknya meski kepalanya masih terasa nyeri. "Apa benar Jelita yang menjebakmu?" Azril duduk di kursi samping tempat tidur Zafirah. "Apa kak Azril akan percaya, apa yang aku katakan nanti?"Zafirah memastikan apakah Azril akan percaya jika dalang di balik kejadian kemarin adalah kekasihnya. "Aku tidak tahu, harus percaya dengan siapa. Tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu." Ucap Azril. "Jika kak Azril masih ragu, lebih baik tidak usah bertanya. Aku sudah tahu siapa yang akan kak Azril dengarkan," jawaban Zafirah membuat Azril semakin merasa serba salah, disisi lain Jelita kekasihnya dan Zafirah istrinya. "Bukan begitu Zafirah. Aku hanya," kebimbangan Azril
Zafirah mengemasi semua barang-barangnya, sesuai janjinya siang ini Azril datang untuk menjemputnya. Azril membantu Zafirah yang kesulitan saat membawa tas yang berisi pakaiannya. "Zafirah berikan tasnya padaku,"Azril meraih tas yang berada dalam genggaman Zafirah. "Terima kasih kak Azril," ucapnya saat Azril telah mengambil tas yang dia bawa, Zafirah mengikuti langkah Azril menuju parkiran. "Sama-sama Zafirah, kenapa kamu berjalan di belakangku? Kemarilah, berjalanlah di sampingku,"Azril meraih tangan Zafirah yang berada di belakangnya. Mereka melewati lorong rumah sakit, tangan mereka saling bergandengan. Sesampainya di parkiran Azril membukakan pintu untuk Zafirah. Kini mereka berada di dalam mobil tanpa ada canda ataupun tanpa ada obrolan, mereka sibuk dengan pikiran masing- masing tanpa mereka sadari kini mobil yang mereka naiki telah memasuki halaman rumah Azril. Azril membukakan pintu untuk Zafirah, mereka beriringan memasuki rumah mewah Azril, dan Azril mengantar Zafirah
Sepertiga malam seperti biasa Zafirah terbangun untuk melaksanakan dua rakaat dengan khusyuk. Setelah selesai di lanjutkan dengan zikir dan mengaji hingga terdengar suara adzan subuh berkumandang, Zafirah menutup Al Qur'an setelah menciumnya di letakan kembali di atas nakas. Zafirah kembali melaksanakan salat subuh entah kenapa air matanya luruh, sesuatu yang sakit di dalam hatinya, membuat seorang Zafirah menangis dalam sujudnya. Usai melaksakan shalat subuh zafira mengadahkan ke dua tangannya, berharap sang Haliq memberikan kesabaran lebih pada hati dan jiwanya. "Ya Allah hamba pasrahkan semua padamu, engkaulah pemilik kehidupan ini. Jika ini takdir yang harus hamba jalani, hamba dengan ikhlas menerimanya."Usai melaksanakan shalat dan berdoa pada pemilik kehidupan, Zafirah berjalan ke arah balkon dan bershalawat nabi tanpa melepas mukenanya. Hingga terdengar suara kicauan burung seolah mengikuti Zafirah yang tengah bershalawat pada kekasih Allah semakin banyak burung yang berkicau
Hari-hari berlalu kehidupan Zafirah semakin bahagia, sikap Azril tidak lagi kasar padanya meskipun sikap dinginnya tidak pernah berubah. Seperti hari ini, tidak biasanya Azril mengajaknya berbicara berdua di ruang kerja Azril. "Zafirah, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" "Apa yang ingin kak Azril tanyakan padaku?" "Apakah, kamu berniat melaporkan Jelita ke kantor polisi?" "Kenapa kak Azril menanyakan hal itu? Apa kak Azril ingin aku melaporkannya?" "Tidak, aku tidak mau kamu melaporkan Jelita. Kamu tahu bagaimana perasaanku padanya,""Jika aku ingin melaporka Jelita, sudah aku lakukan sejak awal kak. Aku bukanlah wanita pendendam, aku sudah memaafkan kesalahan Jelita.""Terima kasih Zafirah," "Iya kak. Kak Azril boleh aku tanya sesuatu pada kakak?" "Apa yang ingin kamu tanyakan, Zafirah?" "Apa kak Azril benar-benar mencintai Jelita?""Ya, aku sangat mencintai Jelita, Zafirah maafkan aku. Sampai saat ini masih tidak bisa mencintaimu," "Tidak apa-apa kak, cinta memang tidak