Zafirah yang tengah di sibukkan di dalam supermarket miliknya, yang kini mendapatkan kerja sama lagi dengan salah satu restoran ternama di ibu kota. Lagi-lagi Vera yang menggantikan posisinya sebagai asistennya. Untuk menemui Klein."Assalamualaikum, Bu Zafirah." Ucap Vera, saat memasuki ruang kerja Zafirah."Wa'alaikumsalam, Vera. Bagaimana meeting nya, Vera?" tanya Zafirah."Alhamdulillah, Bu. Semua berjalan sesuai rencana kita dan Klein sangat menyukai sayuran yang kita kita miliki." Vera menjelaskan semua saat meeting. Zafirah yang mendengarkan Vera tersenyum puas."Alhamdulillah, Vera. Hari ini berikan bonus pada para karyawan di sini dan di kebun. Bagi rata," ujar Zafirah, yang di angguki oleh Vera."Bu, Zafirah. Bagaimana dengan pesantren? Apakah sudah selesai? Saya ingin adik saya bekerja disana,"ucapan Vera terhenti saat Zafira menyentuh bahunya."Adikmu, pasti bekerja. Jika kamu ingin biarkan dia bekerja disini," kata Zafirah. Namun Vera tidak ingin jika merepotkan Bu Zafira
,Azril yang berada di dalam kamar kembali teringat perkataan kakek yang ia jumpai dan gelagat sang istri yang terlihat aneh."Sayang, eemmm... Ada yang ingin aku katakan padamu," kata Jelita."Katakan apa yang ingin kamu katakan!" Jawab Azril tanpa memalingkan pandangannya dari berkas yang berada di tangannya."Ini tentang... Bian." Kata Jelita dengan suara bergetar. Mendengar kata Bian membuat Azril menghentikan tangannya dan menatap wajah istrinya yang terlihat gugup."Ada apa dengan Bian?" tanya Azril, dengan dahi berkerut."A– aku, ingin menyekolahkan Bian. Apa kau mengizinkannya?" tanya Jelita lirih, Azril tersenyum melihat wajah istrinya. Mendengar perkataan sang istri yang meminta izin padanya untuk menyekolahkan Bian tentu membuat Azril merasa ada sesuatu yang sebenarnya ingin di katakan oleh Jelita."Untuk apa kamu meminta izin padaku? Daftarkan Bian di sekolah yang terbaik. Dan pastika keamanan disana ketat untuk putraku." Kata Azril. Mendengar perkataan Azril, Jelita mengh
Tubuh Azril bergetar dirinya tidak percaya apa yang baru saja ia dengar dan ia lihat. Anak yang ia banggakan dan ia sayangi ternyata, bukanlah putra kandungnya.Dengan tubuh gontai Azril meninggalkan apartemen mewah milik Mario, laki-laki yang tidak lain adalah mantan kekasih Jelita yang sialnya kini berstatus istrinya. "Azril, apakah kita?" ucapan Adam terhenti dan kini menatap wajah bosnya melalui spion."Kita kembali." Kata Azril dingin, sepanjang perjalanan dirinya kembali teringat bagaimana ia telah mengusir istrinya Zafirah, kata-kata kasarnya yang telah ia lontarkan pada wanita bercadar itu sangat menyakitkan. Kini Azril harus menerima kenyataan jika, inilah yang di katakan karma. Bayangan kakek tua tiba-tiba kembali terngiang di telinganya."Jadi selama ini dia? Argghhh!!! Jelita kau benar-benar menipuku!!" Teriakan Azril menggema di kediamannya. Bahkan pelayan di rumahnya bergetar ketakutan mendengar bagaimana bos mereka yang tengah berteriak kencang.Azril yang terus berteri
Kekecewaan Azril pada Jelita, melebihi kekecewaan dirinya pada Zafirah. Bagaimana tidak, hidupnya telah di khianati oleh dua wanita sekaligus. Wanita yang berstatus menjadi istrinya dan dua-duanya telah berselingkuh. Yang lebih menyakitkan mereka menghasilkan anak yang bukan darah dagingnya, Azril menghentikan kendaraannya sesaat terdiam dan menatap jalanan yang terlihat sepi karena saat ini dirinya berada di sebuah danau yang ia sendiri tidak tahu. Berlahan Azril keluar dari mobilnya dan melempar pandangan lurus kedepan.Ingatannya kembali di saat adiknya meninggal dan memintanya untuk menggantikan posisinya untuk menikahi seorang wanita yang agamis. Bahkan wajahnya yang putih mulus tidak pernah terlihat orang lain selain dirinya. Namun sayangnya rasa yang ia miliki bukanlah cinta, tetapi seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh dengan sendirinya hingga menggeser nama Jelita di hatinya, walau terlambat karena Azril tidak pernah menganggap hatinya pada Zafirah.Lambat laun Azril menga
Waktu berlalu dengan cepat kehidupan seorang Azril yang penuh dengan ujian dan cobaan. Setelah kehilangan untuk yang kedua kalinya dan penghianatan untuk kedua kalinya, kini ia di hadapkan dengan perusahaan yang berada di luar negeri dan lagi-lagi Azril harus bolak-balik hanya untuk mengurus bisnisnya."Bos, apakah anda akan ke kembali kerumah atau ke apartemen?" tanya Adam."Rumah." Jawab Azril dengan suara dingin.Dalam perjalanan menuju kediamannya Azril tidak hentinya terus memikirkan Zafirah dan anaknya. pencariannya selama dua tahun ini tidak membuahkan hasil, namun Azril tidak akan menyerah begitu saja. Azril akan terus mencari hingga ke ujung dunia sekalipun, asalkan bisa menemukan dan meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan pada Zafirah dan anaknya."Bos, sudah sampai." Kata Adam, ia hanya menghela napasnya saat melihat sang bos hanya diam dan terus melamunkan wanita yang telah dia usir dan di tuduh berselingkuh dengan sahabatnya. Namun fakta yang ia dapatkan justru sebali
Adam mendengus mendengar perkataan bosnya yang menginginkan dirinya mencari keberadaan Melati. Pelayan yang telah di usir oleh bosnya. Walau Melati yang telah lama mengurus bos-nya namun kemarahan membuat bosnya gelap mata hingga tega mengusir Melati."Jangan coba-coba bicara tentang keburukanku. Meski itu hanya dalam hatimu." Ucap Azril membuat Adam menelan ludahnya susah payah. Setelah kejadian dalam hidupnya Azril bersikap lebih dingin dan bahkan lebih kejam."Mana saya berani bos!" Jawab Adam cepat."Bagus!!" Kata Azril, kembali pada iPad nya."Apa kau tidak bisa mencari jalan lain? Sudah tahu macet masih saja lewat sini!" Ujar Azril, yang kesal karena jalan menuju bandara yang selalu macet."Bos ini jalan yang lebih cepat dan tidak terlalu macet. Bukankah ibu kota selalu macet bos?" kata Adam, entah memiliki keberanian dari mana dirinya tiba-tiba memberanikan diri bicara pada bosnya.Azril menatap tajam Adam, yang berani padanya."Maaf bos." Kata Adam.Tidak lama kemudian mobil ya
Azril terus menatap wanita yang berada di samping Romi. Rasa penasarannya semakin kuat saat melihat Romi dan gadis kecil yang ia temui bergelayut manja dengan Romi. Tatapan mereka saling mengunci Romi yang menggendong gadis kecil dengan pakaian tertutup dan cadar yang menutupi wajahnya semakin membuat Azril mengerutkan keningnya."Ayah, Aisha tadi tidak sengaja menabrak Om itu dan kopinya tumpah di jas Om." Kata Aisha merasa bersalah pada Azril."Benarkah? Lalu anak ayah apakah sudah meminta maaf pada Om?" tanya Romi."Sudah ayah, dan om sudah memaafkan Aisha." ucap Aisha."Alhamdulillah, lain kali hati-hati. Jangan berlarian sayang." Ujar Romi."Ya, ayah." Sahut Aisha.Azril menatap punggung Romi dan gadis kecilnya yang melewatinya, tanpa berniat untuk menyapanya."Tunggu!!" Suara Azril menghentikan langkah Romi."Siapa dia?" tanya Azril."Dia putriku. Kenapa?"Romi menatap tajam Azril. Romi berusaha untuk bersikap tenang tanpa membuat kecurigaan pada Azril tentang Aisha."Tidak." Jaw
Tubuh Melati bergetar saat melihat laki-laki yang kini berada hadapannya. Belum hilang rasa keterkejutannya. Kini di kejutkan oleh Adam sang asisten bosnya yang setia menatapnya dengan tatapan lembut "Kenapa diam? Apa kamu terkejut bagaimana aku mengetahui keberadaan mu mbok?" kata Azril dingin."S– saya, tahu tuan Azril bisa melakukan apapun untuk mencari si mbok. Tuan ada apa anda mencari si mbok hingga ke desa ini?"Melati menelusuri tubuh tuannya yang terlihat kurus. Dan tidak terawat, namun ia menepis pemikiran itu. Ia tahu bagaimana seorang Azril yang tidak percaya pada istri sahnya dan lebih percaya pada wanita yang berstatus kekasihnya dan kini menjadi istrinya."Hum,""Kenapa diam?!"Melati menundukkan kepalanya dan memandang sekeliling, tidak ingin jika tuannya melihat Zafirah atau putrinya Aisha."T– tidak, tuan Azril,"Melati kembali mengalihkan pandangannya sekeliling. Bersyukur jika kondisi lingkungan tempat tinggal Zafirah sangat sepi jika di jam-jam seperti ini. Banyak