Share

Aku Benci Anak Itu

Author: Maheera
last update Last Updated: 2023-11-28 07:39:09

"DIAM!" Zoya menutup telinga dengan bantal berharap tangisan bayinya tidak lagi terdengar. Namun, suara bayi yang baru berumur empat hari itu semakin melengking.

"DIAM. DIAM! Bisa diam enggak?!"

Wanita itu mulai kehilangan akal sehatnya. Sejak pertengkaran hebat dengan Septian, emosinya semakin labil. Dia selalu menangis tanpa sebab dan mengabaikan putri kecilnya. Baru setelah tenang Zoya kembali memeluk bayi tidak berdosa itu. Sembari menyusui, air matanya  terus menetes. Dia bersenandung untuk menghibur diri sendiri. Alih-alih merasa lega, jusru tangisannya semakin keras. Sementara Septian menghilang entah ke mana. Bibir Zoya tidak berhenti mengucapkan sumpah serapah. Bahkan, dia mendoakan sesuatu yang mengerikan menimpa lelaki tersebut.

Tak kunjung diam, Zoya turun dari tempat tidur. Dia meraih selimut yang awalnya menutupi tubuhnya, bermaksud membekap bayinya. Akal sehat dan nurani wanita itu telah mati. Pikirannya dipenuhi kebencian dan amarah.

"Ya, Allah ... Zoya!" Seorang wanita berpakaian gamis dan hijab lebar menerobos masuk ke dalam kamar. Dia merebut selimut tebal tadi dari tangan si wanita, lalu menggendong Putri Zoya yang berada di dalam boks bayi. "Jangan gila kamu!"

Bibir Zoya bergetar melihat anaknya berada dalam pelukan temannya. "A ... aku enggak tahan dengar tangisannya, Yan. Kepalaku rasanya mau pecah," ucapnya lirih.

Anakmu haus, ayo susui dia," balas Yani sambil berusaha menenangkan si bayi

Zoya menggeleng. Dia surut ke tempat tidur ketika Yani menyerahkan putrinya.

"Aku enggak mau. Biar aja dia mati agar enggak menderita kayak aku ...," ucap Zoya sembari terisak.

"Astagfirullah, Zoya. Istigfar! Ini anakmu, darah dagingmu."

"Justru karena dia anakku, aku enggak mau dia menderita. Dunia ini kejam, Yan ... kejam sekali. Tuhan senang sekali membuatku menderita!"

Tangis Zoya kembali pecah. Dia terus meracau dengan kata-kata menggugat keadilan Tuhan. Wanita bernama Yani tadi memilih keluar. Percuma menasehati seseorang yang hatinya masih dikuasai amarah, semua kata-kata baik akan mental seketika. Dia ke dapur untuk membuat susu formula agar Putri Zoya berhenti menangis.

Yani tersenyum miris melihat bayi tidak berdosa itu lahap menghisap susu melalui dot. Kurang lima menit cairan putih manis itu tandas masuk ke dalam perut si bayi. Yani meletakkan bayi yang tali pusarnya masih melekat ke dalam boks.

"Zoya, minum dulu."

Zoya bergeming. Meski tangisnya tidak terdengar lagi, tetapi wajahnya masih saja basah sebab dia tak menemukan alasan untuk berhenti menderaikan air mata.

Yani menghela napas panjang dan dalam. Andai tadi dia tidak datang tepat waktu, mungkin saat ini bayi merah itu tidak bernapas lagi. Bukan hanya berhadapan dengan hukum, Zoya akan dicaci-maki sebagai ibu laknat yang tega menghabisi nyawa anaknya. Orang-orang di luar sana hanya bisa menghujat tanpa mencari tahu akar permasalahan. Jari-jari mereka sangat ringan mengetikkan kalimat-kalimat kejam seolah-olah manusia paling suci. Hati mereka tumpul, bahkan yang berkomentar jahat adalah kaum wanita yang seharusnya memiliki empati kepada sesamanya.

Miris sekali. Beberapa bulan tidak bertukar kabar karena Yani pindah ke kota lain mengikuti suaminya, dia seolah-olah tidak mengenal Zoya. Ketika mendengar kabar sahabatnya baru saja melahirkan, dia bergegas datang sebab secara kebetulan keluarga mereka hendak membuat pesta pernikahan untuk keponakan. Dia tidak sabar bercanda dan mendengarkan tawa lepas dari bibir Zoya. Namun, kenyataan di depan mata sangat mengenaskan.

Sejak menikah, Zoya memilih resign dari tempat mereka mengajar. Wanita itu beralasan, suaminya menginginkan dia menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, merawat suami dan keluarga. Awalnya Yani menentang keras keinginan sahabatnya. Menurutnya, merawat keluarga tidak harus berhenti bekerja. Apalagi pekerjaan itu sudah dilakoni Zoya bertahun lamanya. Meski hanya menjadi pengajar di sekolah swasta, setidaknya memiliki pendapatan sendiri.

"Yan, kamu sering nasehatin agar aku jadi istri yang taat bil ma'aruf pada suami. Ya, ini, Mas Tian ngelarang aku kerja karna enggak mau aku capek. Dia bilang cukup dia aja yang kerja, aku jadi ratu aja di rumah. So sweet banget, kan?"

Yani masih ingat alasan yang dikemukakan Zoya dua tahun yang lalu, tepat dua bulan pernikahannya dengan Septian. Tidak mungkin dia lupa wajah cantik Zoya berseri-seri saat memuji sang suami.

"Iya, mencari nafkah memang tanggung jawab suami, tapi dia, kan, tahu kamu udah terbiasa kerja dari dulu. Dan kamu bilang dia enggak keberatan, kan?"

"Iya, tapi sekarang situasinya berbeda. Aku takut suami aku enggak ridho sama aku."

"Ya Allah, Zoya. Taat sih, taat, tapi enggak membabi buta gitu. Lagian, ya, kalian belum punya anak. Emang kamu enggak bosen seharian di rumah? Jam kerja kamu itu enggak lama, cuma sampai pukul dua sore. Saat itu Septian belum pulang pulang, kan?"

Zoya bergeming.

"Zoya, sebaiknya pikirkan lagi dengan tenang. Bicarakan baik-baik dengan Septian. Zaman sekarang kalau wanita enggak punya penghasilan sendiri, susah. Iya kalau suaminya enggak neko-neko."

"Maksudnya?" Dahi Zoya berkerut menatap Yani bingung.

"Zoya, cinta ya cinta, tapi yakin cinta bisa buat hidup? Maksud aku kamu mesti punya penghasilan sendiri. Jadi, kalau ada apa-apa suamimu berpikir dua kali mau berbuat jahat sama kamu."

Wajah Zoya berubah merah padam. Dia bangkit dengan sorot marah ke arah Yani. "Aku enggak ngira kamu gini. Harusnya doakan rumah tanggaku baik-baik aja. Ini malah ngehasut aku."

"Bukan gitu aku ...."

"Udahlah!" Zoya memotong ucapan Yani dengan nada ketus, "aku tahu apa yang aku lakukan. Kamu enggak usah ikut campur."

Setelah hari itu hubungan mereka merenggang. Zoya tetap dengan keputusannya keluar dari yayasan. Yani masih mencoba menjalin komunikasi dengan Zoya meski tidak seintens dulu. Namun, lama kelamaan komunikasi mereka terputus hingga hilang kontak sama sekali.

"Yan, maafin aku ...."

Kata-kata yang disertai isakan dari bibir Zoya menyadarkan Yani kalau dia berada di kamar si wanita.

"Maaf untuk?"

Zoya mengusap pipi tirus yang basah karena air mata. "Andai dulu aku dengerin kata-kata kamu, pasti enggak bakal begini."

Embusan napas berat keluar dari bibir Yani. Dia beringsut memeluk tubuh kurus Zoya. Perih menusuk ke dadanya saat merasakan tubuh wanita itu menyusut jauh dari dua tahun yang lalu. Dulu, Zoya memiliki badan padat berisi. Wanita yang memiliki tinggi 165 cm dan berat badan 60 kilogram, kini terlihat kurus kering. Wajahnya pun tampak dekil dengan bekas jerawat di pipi dan dahi.

"Enggak perlu disesali. Anggap masa lalu pelajaran hidup yang sangat berharga."

Zoya melerai pelukan Yani. Air matanya kembali berderai. "Aku udah hancur, Yan. Mas Tian, dia ...."

Yani menunggu. Dia juga penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga Zoya. Seharusnya lelaki itu berada di rumah membantu sang istri merawat bayi mereka, setidaknya sampai pusar si bayi lepas atau membayar seseorang untuk menemani Zoya. Dia pikir Septian cukup mampu melihat jabatan si lelaki sebagai staff keuangan di perusahaan besar dan bonafid.

"Zoya, Tian kenapa?" tanya Yani tidak sabar melihat Zoya masih diam.

"Aku enggak kenapa-kenapa? Ngapain kamu di sini?!"

Alih-alih suara Septian terdengar lantang menjawab. Yani menatap si lelaki dengan sorot bingung, sementara Zoya masih bersama amarah di dadanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Juli Ani
............ ya Allah yang kuat kamu zoya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Senyum yang Tak Pernah Lekang

    Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Indah Pada Saatnya

    Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Menumbuhkan Cinta Lagi

    Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Melipat Jarak

    Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Memoar yang Bertamu

    Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Game Over, Septian

    Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status