Share

luluh Lantak

Author: Maheera
last update Last Updated: 2023-11-28 07:38:40

"Sekarang bagaimana? Kami tidak ingin ada pasangan zina di komplek kami." Suara ketua RT terdengar menengahi para warga yang sudah berkumpul di dalam rumah Zoya. Suasana malam yang biasa tenang kini ramai oleh cacian orang-orang kepada Septian. Bukan hanya di dalam, tetapi di luar rumah.

"Usir saja, Pak! Kami tidak mau ikut menanggung dosa mereka." Seorang wanita bertubuh subur menuding ke arah Septian dan Mira yang diamini oleh semua yang hadir.

"Nikahkan saja, Pak. Daripada zina terus." Seorang lagi bersuara.

"Gila, kamu! Trus Zoya mau di kemanain? Mana ada wanita mau dimadu." Pendapat tadi ditimpali oleh orang lain hingga suara kembali menjadi ramai.

"Sudah! Sudah!" Kita dengar jawaban Pak Septian." Sang ketua RT kembali bersuara.

Septian yang didudukkan bersebelahan dengan Mira mengangkat kepalanya. Dia menatap sekilas Zoya yang terduduk lemah di samping istri ketua RT. Wajah wanita itu pucat pasi, pandangannya pun terlihat kosong.

"Sa-saya akan menikahi Mira, Pak," jawab Septian pelan.

Mendengar jawaban Septian, semua mata menatap ke arah Zoya yang masih memangku bayinya. Mereka menyorot iba kepada wanita yang baru melahirkan itu. Bisa terlihat jika si wanita terguncang melihat sendiri perbuatan bejat suaminya. Setelah ditenangkan warga, Zoya tidak lagi menjerit. Dia diam seribu bahasa. Lidahnya tak mampu berkata-kata. Pengkhianatan Septian menikam dada wanita berambut ikal bergelombang itu terlalu dalam, hingga air matanya kering seketika.

"Mbak Zoya ...." Pak RT memanggil wanita malang itu pelan. Alih-alih mendengar, Zoya seperti tertarik ke dunia lain. Dia tidak merespon panggilan lelaki paruh baya yang dituakan di komplek perumahan mereka.

"Zoya, kamu yang sabar, ya." Istri ketua RT mengusap punggung Zoya. Usapan itu berhasil mengembalikan kesadaran wanita tersebut.

"Saya mau istirahat." Zoya berdiri, lalu melangkah ke kamar yang awalnya ditempati Mira, mengabaikan tatapan orang-orang. Dia tidak sudi masuk ke kamar yang menjadi saksi persetubuhan Septian dengan wanita lain. Tidak berapa lama, wanita itu keluar kembali sembari membawa barang-barang Mira. Dia melemparkan semua pakaian ke muka wanita tersebut, juga membanting koper ke lantai.

"Tolong selesaikan permasalahan ini di tempat lain saja, Pak. Saya jijik melihat mereka berdua. Lagipula, bayi saya butuh istirahat. Suara kalian semua mengganggu."

Raut Zoya sangat datar, nada suaranya pun terdengar dingin. Dia kembali ke kamar lalu menutup pintu dengan keras. Ketua RT paham suasana hati wanita tersebut. Tidak mudah menerima kenyataan di saat kondisi tubuh sedang lemah.  Oleh karena itu, dia meminta warga membawa Septian dan Mira ke pos ronda. Kedua orang itu digelandang tanpa menggunakan alas kaki. Beruntung ketua RT tanggap, jika tidak Septian dan Mira sudah bonyok dihajar massa yang geram dengan perbuatan asusila mereka.

*

Zoya menatap putrinya yang tertidur lelap. Teriakan histerisnya tadi hanya membuat bayinya terkejut, kemudian menggeliat. Bayi itu tentu tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia kembali tidur dengan nyenyak. Andai diberi pilihan, Zoya memilih untuk tidak pernah dilahirkan daripada terus-menerus mencecap rasa getir di sepanjang hidupnya.

Zoya tidak tahu bagaimana bentuk hatinya saat ini. Ingin memberi kejutan, justru pemandangan menyakitkan yang dia lihat. Pengkhianatan Septian meluluh lantak kekuatannya. Andai Tuhan mencabut nyawa detik itu juga, dia lebih rela ketimbang tersiksa setiap kilasan itu bertandang ke tempurung kepalanya. Sampai hati lelaki itu meniduri wanita lain ketika sakit karena melahirkan belum hilang dari tubuhnya. Dan yang lebih parah, suaminya tega mengotori ranjang yang harusnya menjadi tempat ibadah untuk mereka berdua.

Perlahan panas merambat ke kelopak mata Zoya saat adegan perzinaan itu kembali berputar di pelupuknya. Dia menggigit bibir agar tangisnya tidak pecah. Namun, sia-sia saja. Kejadian itu telanjur lekat di ingatan membuat seluruh tubuhnya gemetar menahan ngilu. Zoya merimtih! Cairan bening berlomba-lomba luruh ke wajahnya. Dia bahkan memukul-mukul dada, berharap sesuatu yang tak kasat mata berhenti memilin-milin jantungnya. Alih-alih tenang, Zoya menggerung untuk mengeluarkan sesak yang mengimpit dadanya. Dia bahkan tidak peduli bayinya terjaga dan ikut menangis. Bayi merah itu seolah-olah mulai mengerti kepedihan yang bersarang di hati ibunya.

*

Sinar mentari membuat Zoya mengernyit. Dia meletakkan tangan di depan mata untuk menghalangi cahaya yang langsung menimpa wajahnya. Dia perlahan duduk dengan rasa pengar sembari menekan kepala bagian bagian atas. Satu per satu kejadian tadi malam kembali diingat benaknya. Zoya bergeming, rasa sakit di dada masih kentara. Semalaman dia habiskan dengan menangis. Dia bahkan tidak menyentuh bayinya. Entah bagaimana bayi itu tertidur karena dia sibuk mengobati luka hatinya.

Zoya menoleh ketika mendengar suara pintu yang dibuka dari luar. Kemarahannya kembali tersulut melihat sosok Septian masuk sambil membawa mangkuk kaca dan segelas air.

"Aku beli bubur ayam untukmu. Sarapan dulu, ya, biar ASI-nya banyak." Lelaki itu meletakkan bawaannya ke atas meja rias. "Aku suapin, ya?" imbuhnya tanpa rasa bersalah, seolah-olah kebejatan semalam tidak pernah terjadi.

Zoya menepis kasar sendok yang diangsurkan Septian ke mulutnya. Tatapan wanita itu mengandung laksana magma yang meletup-letup hendak mencari jalan untuk erupsi.

"Keluar! Aku jijik melihatmu!" seru Zoya keras, membuat bayinya terbangun.

Septian menoleh ke arah putrinya. Dia bermaksud menggendong bayi yang belum sempat diberi nama itu. Namun, Zoya kembali menepis tangannya dengan keras.

"Jangan sentuh anakku dengan tangan kotormu!" desis Zoya dengan tatapan seperti ingin menguliti tubuh Septian.

"Dia juga anakku."

"Anakmu?!" Zoya terkekeh, seakan kata-kata Septian terdengar lucu baginya. "Dia anakku. Aku yang kepayahan mengandungnya, sementara kamu sibuk bekerja sampai larut malam. Aku yang sekarat melahirkannya, sedangkan kamu enggak peduli. Aku yang kepayahan terjaga mengganti popok dan menyusui di rumah sakit, sementara kamu asyik-masyuk berzina di rumah ini. Di kamar kita!"

Suara Zoya sangat keras, bahkan mungkin melengking keluar rumah karena kamarnya berada tepat di pinggir jalan komplek. Wanita itu tidak peduli lagi jika semua tetangga mendengar amukannya.

"Iya! Aku berhubungan dengan Mira, tetapi itu karna dirimu," balas Septian lebih keras. Tadinya dia bermaksud meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Namun, reaksi Zoya yang meledak-ledak membuatnya terpancing.

"Karna aku ...?" Zoya menunjuk dadanya sambil tertawa sumbang, "kamu berzina dengan wanita lain dan menyalahkan aku?"

"Iya! Kamu sadar enggak kalau sejak hamil udah enggak menarik lagi? Penampilanmu selalu kusut dan lihat!" Septian mengambil kaca kecil di atas meja rias, "wajahmu kusam dan dekil," imbuhnya.

Zoya merampas cermin di tangan Septian, lalu membanting ke lantai hingga pecah. "Bajingan! Aku hamil anak kamu. Harusnya kamu lebih memperhatikanku, bukan sibuk di luar. Sejak aku hamil pernah kamu nanya aku pengen makan apa? Pernah kamu ajak aku jalan-jalan meski keliling komplek? Kamu ingin aku cantik saat hamil, tapi pernah ngasih duit lebih buat bayar perawatan? Yang ada aku pontang-panting bikin kue untuk mencukupi kebutuhan di rumah. Pernah aku ngeluh? Enggak!"

Wanita itu semakin meledak mendengar alasan Septian. Dia tidak habis pikir, seperti inikah tabiat asli lelaki yang dia cintai? Perkenalan mereka memang tidak lama karena permintaan lelaki itu yang ingin serius berumah tangga dengannya. Melihat sikap dan pembawaan Septian yang sopan, Zoya memantapkan hati menikah meski baru mengenal si lelaki selama dua bulan. Siapa kira di balik sikap menawannya, tersimpan kebusukan yang kini menghancurkan hidupnya.

"Kamu aja yang memang enggak bisa melayani suami. Nyesal aku nikah sama kamu!" umpat Septian membalas racauan Zoya.

Geram mendengar kalimat kejam dari bibir suaminya, Zoya meraih mangkuk bubur, lalu melemparkan ke arah Septian. Tidak hanya itu si wanita juga melemparkan gelas dan semua yang bisa dia raih. Melihat situasi yang tidak terkendali, Septian memilih keluar dari kamar meninggalkan Zoya yang menjerit dan mengamuk membabi-buta.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Juli Ani
memang dasar suami gak tau diri harus nya klok mau istri menarik tuh ya pinomat di modali bukan di selingkuhi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Senyum yang Tak Pernah Lekang

    Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Indah Pada Saatnya

    Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Menumbuhkan Cinta Lagi

    Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Melipat Jarak

    Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Memoar yang Bertamu

    Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Game Over, Septian

    Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status