Terima kasih untuk yang sudah memberikan GEM, author usahakan hari ini up 2 bab ya ^^
"Tuan Ali!"Perhatian Ali dan mitra bisnis sebanyak enam orang di ruangan VIP restoran teralihkan, kala Roni berdiri, dengan jarak dua meter, memanggil namanya tiba-tiba.Ali melayangkan tatapan tajam ke arah Roni karena telah berani menghentikan sekretaris dari perusahaan Mb-Group memaparkan rencana kerjasama antar perusahaan. Dengan takut-takut Roni menghampiri Ali. Dia baru saja mendapatkan sebuah pesan singkat dari Santi, mengatakan bahwa Naila masuk ke dalam wilayah Lio, singa putih peliharaan Ali. Roni memberanikan diri' merendahkan tubuhnya lalu mulai berbisik di telinga Ali. "Tuan, maafkan aku menyela, Santi baru saja memberitahuku kalau Nona Naila masuk wilayah Lio sekarang."Ali bangkit berdiri sambil melebarkan mata, terkejut. "Apa katamu?! Dia masuk wilayah Lio?"Melihat reaksi Ali, sekarang para mitra di ruangan tampak heran, termasuk Jackson, salah satu mitranya yang hadir malam ini juga. Dengan raut wajah khawatir, Roni mengangguk cepat. Ali mengalihkan pandangan sek
"Naila!"Tanpa menanggalkan pakaian, Ali meloncat ke dalam sungai dan menelisik Naila. Beruntung sekali malam ini cahaya rembulan begitu terang sehingga membuatnya tak kesulitan mencari Naila yang tak sadarkan diri lagi sekarang. Matanya melebar kala melihat tubuh Naila mulai bergerak masuk ke dasar sungai. Dengan sekuat tenaga Ali berenang berusaha menggapai Naila. Tak butuh waktu lama, Ali berhasil membawa Naila kembali ke permukaan dan menyeretnya ke tepian sungai kecil tersebut. "Roar!"Belum juga keluar dari sungai, Ali dikejutkan keberadaan Lio yang ternyata masih di sekitarnya. Beberapa menit sebelumnya, berbekal senter dan jejak tanda kaki Lio, ia dapat menemukan keberadaan Naila. Roni dan para penjaga sengaja tak Ali bawa karena takut Lio akan murka. Sebab Lio sangat sensitif dengan orang asing. Tadi Lio melihat Naila di tepi sungai sama matanya celingak-celinguk ke sana kemari. Ali hampir saja dimangsa Lio. Namun, ketika Ali mengeluarkan suara dan mengertak Lio. Hewan itu
"Apa kamu mau aku yang membuka pakaian basahmu itu?" Ali bertanya dengan raut wajah datar.Naila meneguk ludah berkali-kali sembari menggelengkan kepala dengan cepat. Dia malu, sebab untuk pertama kalinya satu ruangan bersama Ali. Air mengalir perlahan dari ujung rambutnya tiba-tiba membuat Ali terlihat begitu seksi. Naila tersipu malu, lantas dengan cepat memalingkan muka ke samping. Sekarang, Naila dapat merasakan jantungnya berdetak amat cepat. Ali mampu membuatnya tak dapat menarik napas saat ini. Pria itu memiliki daya tarik tersendiri, sehingga berhasil memporak-porandakkan jiwanya sekarang. "Tidak, Al. Iya, aku akan membuka pakaianku sendiri, tapi—""Kamu tenang saja, aku juga mau pergi ke toilet, kalau sudah selesai tutupi tubuhmu dengan selimut. Aku akan mengobati lukamu nanti." Tanpa mendengarkan perkataan Naila, Ali langsung menyela. Dalam keadaan basah Ali pun bergerak menuju toilet.Naila keheranan dan diterpa dilema sekarang, mengapa Ali tidak menyuruh Santi mengobati
Mata Naila terbelalak kala Ali membungkam bibirnya dengan sebuah kecupan. Sementara Ali, dengan mata terpejam menindih tubuh Naila. Sedari tadi dia tak mampu menahan gejolak di dalam hatinya. Wanita ini begitu berbahaya menurutnya, mampu membuatnya melakukan sesuatu di luar kehendak. 'Jangan, hentikan! Argh! Ada apa dengan tubuhku?!' Naila memekik nyaring di dalam hati. Dalam keadaan sadar Naila hendak mendorong dada Ali. Namun, sepertinya otak dan anggota tubuhnya tak selaras sama sekali. Terlebih lagi sekarang Ali melempar cepat selimutnya ke sembarang arah. Naila membeku, dinginnya pendingin AC di ruangan membuat kaki dan tangan mendadak lumpuh. Dalam keadaan mata terbuka lebar, Naila terdiam. Kini Ali memagut bibirnya dengan begitu lembut dan pelan. Naila terbuai, tanpa sadar menutup matanya, menikmati setiap sentuhan yang diberikan Ali saat ini. Ada desiran aneh yang tercipta kala kulitnya dan kulit Ali saling bersentuhan. "Nggh ...."Lenguhan yang lolos dari bibir Naila, mam
"Aku mohon Ali, jangan!" Naila beringsut hendak turun dari atas ranjang. Dia tak mau Ali menyentuh tubuhnya lagi. Meski dia sudah menjatuhkan hati pada Ali. Namun, sampai saat ini pria itu belum membalas cintanya. Naila jelas tahu, kejadian yang terjadi tadi karena hawa nafsu Ali. Melihat pergerakan Naila, mata Ali melotot keluar lalu dengan cepat menahan pergelangan tangan Naila. "Jangan banyak bergerak, Naila!" seru Ali. "Lepaskan aku!" Naila meringis pelan sejenak pundaknya mulai terasa sakit, kakinya pun mendadak berhenti. "Bukankah sudah aku katakan jangan bergerak hah!" Muka Ali mulai memerah. Tanpa banyak kata dia menggendong Naila. Jeritan Naila berkumandang di sekitar tiba-tiba. "Argh! Lepaskan aku, Al! Apa kamu sudah gila! Aku sedang sakit!" Naila berusaha memberontak. Tetapi tubuhnya begitu lemah. Dalam hitungan detik, teriakan Naila lenyap dalam sekejap, saat Ali merebahkan dirinya di atas kasur. "Memangnya apa yang mau aku lakukan?" Dalam keadaan tubuh bagian at
Dua hari kemudian, keadaan Naila sudah terlihat membaik. Seusai perkataan Ali kemarin, hari ini mereka akan kedatangan tamu dari Jepang dan Naila memiliki andil untuk menyambut kedatangan tamu tersebut. Sedari tadi dia tengah sibuk memoles wajahnya agar mirip seperti beberapa bulan lalu. Blush on berwarna gelap, foundation, dan perlengkapan make up lainnya, bertebaran di meja rias sekarang. Naila duduk di depan kaca tanpa menghentikan gerakan tangan. "Wow, pandai sekali Nona make-up hampir mirip. Nona seperti dua orang yang berbeda." Di belakang, Santi berdiri tegap, melihat Naila melalui cermin.Naila tersenyum sekilas. "Ya harus pandai, Santi. Aku pun tak menyangka skill make-upku bertambah."Santi menyentuh kedua pundak Naila dan berkata, "Ya, itu hasil kerja keras Nona selama ini, Nona keren sekali. Aku harap Tuan Ali dapat segera jatuh cinta dengan Nona."Mendengar nama Ali disebut, wajah Naila sedikit muram. Selama dua hari ini dia jarang berjumpa dengan Ali. Karena Ali sibuk
Dahi Ali berkerut samar, mulai tak mengerti pemikiran calon mitra di hadapannya ini. Sekarang dia paham mengapa Tanjiro dikatakan pria tua licik. "Tanjiro-sama, machigattemasen ka? Watashiniha sudeni tsuma ga imasu."(Tuan, apa Anda tidak salah? Aku sudah memiliki istri) "Wakatteru, dakara kare wa Akiko ga anata no ni-banme no tsuma ni naritai tte itta no yo," balas Tanjiro. (Aku tahu, maka dari itu, katanya Akiko mau menjadi istri keduamu) Tak ada sahutan, Ali memilih diam."Sore ni, yoku wakarimasenga, ano josei wa anata no tsumadesu, Ali-sama," lanjut Tanjiro lagi. (Lagipula aku tak yakin, wanita itu istrimu Tuan Ali) Wajah Ali berubah dingin. Dengan alis kanan terangkat sedikit ke atas, ia berkata,"Naze kakushin ga nai nodeshou ka?" (Mengapa tak yakin?) Tanjiro menyeringai tipis. "U ̄n, anata ni kazoku ga iru to iu hanashi wa kiita koto ga nainode, sore ga tan'naru iiwakedearu kanōsei wa arimasen. Sore ni, watashi no musume to kekkon sureba, takusan no onkei o uke rarerude
Naila panik sekaligus terkejut. Ia berusaha mendorong tubuh Ali. Namun, pria itu menarik pinggangnya dan memeluknya dengan begitu erat, hingga tak memberi ruang padanya sedikitpun. 'Astaga, apa Ali sudah gila! Ini kan di luar mansion! Apa tidak ada orang di sekitar!' Naila masih berusaha melepaskan diri. Akan tetapi, Ali mengunci tubuhnya lebih kuat. Dengan mata terpejam pria itu melumat bibir ranum Naila. 'Tolong aku!' Ciuman kali ini terasa lebih kasar dan dalam hingga Naila kesulitan bernapas sekarang. Tetapi, lama-kelamaan mulai Naila hanyut dengan permainan Ali dan secara perlahan menutup matanya. Naila tak tahu jika dari kejauhan ada empat pasang mata memandang ke arah mereka sekarang, dengan raut wajah merah padam. Dalam hitungan detik Ali membuka mata dan mengurai pelukan kala mendengar napas Naila mulai tak beraturan. Dengan napas terengah-engah Naila berkata,"Al, hentikan, apa kamu sudah gila?!" Naila melayangkan tatapan tajam karena Ali bertindak sesuka hati. Kekeha