Share

Wanita Dambaan Tuan Otoriter
Wanita Dambaan Tuan Otoriter
Penulis: Adny Ummi

Bab 1 : Kedatangan Sang Tuan Otoriter

"A–Ampun, Tuan," lirih Bang Rizal ketika badannya yang tersandar karena leher ditekan di tembok oleh salah seorang ajudan dari Tuan Steven.

Aku berdiri di samping lemari reyot kami dengan tubuh gemetar melihat suamiku diperlakukan demikian. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa selain terdiam--menatap perlakuan kasar ajudan itu kepada Bang Rizal.

Siapa yang tak kenal dengan Tuan Steven Arnold? Dia putra tunggal yang mewarisi harta ayahnya, Tuan Hans Arnold— lelaki asal Kanada yang memperistri wanita asli desa ini, Nyonya Sarah Dramawan. Ia tuan tanah di sini.

Dengan kekayaannya yang melimpah, pria yang sudah berkewarganegaraan Indonesia itu menguasai dan mengatur setiap hasil panen dari warga. Semenjak Tuan Hans meninggal dunia lima tahun lalu, anak tunggalnyalah yang menggantikan posisi sang ayah.

Sayang, sikapnya sama sekali tidak mewarisi watak ayahnya yang ramah dan menghargai sesama manusia. Tuan Steven terkenal arogan dan sering berlaku kasar kepada orang lemah.

"Kau kira aku ini yayasan sosial, heh? Aku sudah berbaik hati meminjamkan kepada siapa saja yang memerlukan uang dariku. Aku tidak pernah meminta bunga, hanya bagi hasil dari usaha perkebunan kalian. Wajar, 'kan? Aku pemilik modal!" tegas Steven ke arah Bang Rizal.

"Aku jan–janji, Tuan ... aku hanya min–ta waktu sedikit la–lagi," ujar Bang Rizal terbata-bata dengan leher semakin tercekik oleh lengan kekar ajudan Tuan Steven. Sontak, itu membuatku semakin bergidik.

"Ja–jangan sakiti Bang Rizal, Tuan ...," pintaku memelas pada akhirnya sambil menangkupkan kedua tapak tangan dari tempatku berdiri. Bulir air mata menggelantung di pelupuk mata ini.

Lelaki blasteran berwajah tampan itu melirikku sejenak. Ekspresinya tak dapat kubaca. Kemudian, segera ia menoleh kembali mengarahkan matanya yang tajam ke Bang Rizal.

"Bullshit! Kau sudah aku kasih waktu dua bulan. Sampai hari ini, kau masih saja tak membayar hutangmu. Jangan pikir aku bodoh! Aku tahu, kau suka foya-foya dan main judi di bar pinggir kota sana!" Tuan Steven semakin geram tanpa menghiraukan pintaku, "pukul dia!" perintahnya pada sang ajudan.

Bugh!

"Kyaaaa!" teriakku sambil menutup telinga. Akhirnya bulir bening yang sedari tadi tergantung di pelupuk, tak lagi sanggup tertahan. Air mata mengalir deras disertai tubuhku yang semakin gemetar. Tubuhku luruh di lantai yang dingin.

"Aakh!"

Kulirik ke arah sana, ujung bibir Bang Rizal pecah, dan mengeluarkan darah. Aku semakin panik.

Bugh!

"Hhhg!" Bang Rizal tertunduk menahan sakit di perut karena hantaman lutut Bang Hanan.

Aku sontak menghambur dengan merangkak, berlutut, dan memeluk kaki panjang Tuan Steven.

Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Baru kali ini aku menyentuh lelaki asing. "To–long, Tuan ... lepas–kan suamiku ...." Air mataku semakin deras menganak sungai.

"Apa-apaan ini?" Tuan Steven terlihat terkejut, jadi aku langsung melepas peganganku.

Wajahku yang bersimbah air mata mendongak ke arah lelaki yang terkenal kasar dan arogan tersebut. "Tuan ... jangan sakiti suamiku. Aku mohon ...." ujarku lagi mengharap belas kasihnya.

Sementara itu, Bang Rizal tidak berhenti dipukuli di sana. Aku tahu suamiku sudah jatuh terjerembab, karena pasti tubuhnya tak sanggup menerima pukulan bertubi-tubi itu.

Tuan Steven kini memandangku tajam. Alisnya bertaut kencang. Aku memandangnya bingung. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan? Terlebih, tiba-tiba sudut sebelah bibir pria itu tertarik sinis menatapku.

"Berhenti, Hanan!" titahnya pada sang ajudan.

Aku menoleh ke belakang. Ajudan yang bernama Hanan itu sontak menghentikan pukulannya kepada Bang Rizal.

Suamiku benar-benar sudah babak-belur di sana. Dia meringkuk di lantai dan terbatuk-batuk dengan darah keluar dari mulut serta hidungnya. Pemandangan ini membuat hatiku perih melihatnya dalam keadaan sedemikian rapuh. Karena, selama ini ia tampak gagah dan garang di hadapanku.

"Istrimu cantik juga, Zal."

Ucapan Tuan Steven sontak mengalihkan pandanganku dari Bang Rizal ke arah pria kejam itu. Aku terkejut dengan pujian tak terduga yang bahkan suamiku sendiri tak pernah katakan padaku.

Sontak, aku bangkit dari berlutut di lantai dengan perlahan.

"Hutangmu berapa, Zal?" tanya Tuan Steven sambil terus menatapku, membuatku jengah.

"Du–dua ratus juta, Tuan ...." jawab Bang Rizal terbata-bata.

"Oke. Aku anggap lunas."

Aku terkejut. Begitu pula Bang Rizal, ia sampai terperangah mendengar omongan yang keluar dari lisan orang yang diketahui tak kenal ampun ini.

"Tapi tentu dengan syarat." Bibir Tuan Steven tersenyum menambah pesona yang memang selalu melekat di dirinya. Tapi ... tapi aku tak suka tatapan itu ....

"Sya–syaratnya apa, Tuan?" tanya Bang Rizal, sekaligus mewakili rasa penasaranku.

Tentu saja, seorang Steven Arnold tidak mungkin membebaskan orang yang berhutang kepadanya begitu saja.

Sudah beberapa orang yang hartanya disita, bahkan sampai cacat tubuhnya dianiaya oleh ajudannya karena tak mampu membayar hutang kepada pria ini.

"Kau ceraikan istrimu dan aku akan memperistrinya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status