Hai Readers ..., Ada yang sudah baca hingga bab ini? Tolong tinggalkan komen di kolom komentar di bawah ini ya 👇 supaya aku bisa tau siapa saja yang sudah mampir membaca ceritanya. Tak lupa, aku juga ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk para Readers yang sudah menyemangati dan mendukung ceritaku dengan cara memberikan vote, follow, dan memberikan ulasan. semoga kalian semua terhibur dengan ceritanya ;) salam Autor ♡ Merisa Storia ♡
Wanita yang masih merasakan sedikit mual berjalan menuju ruang makan. Wajah cantiknya tampak pucat. Perutnya terasa lapar, namun jabang bayi di perutnya seolah menolak makanan yang akan diberikannya. "Ayolah, Sayang. Kasihan bayi kita jika kamu tidak makan. Ia sedang membutuhkan banyak nutrisi. Kamu harus makan banyak supaya anak kita sehat dan pintar." Reyfaldi terus membujuk Sofia. Menyodorkan sesendok nasi ke depan mulut wanita yang tengah hamil itu. Namun, Sofia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Aroma makanan yang menyeruak terasa mengocok perutnya. Tak tahan dengan baunya, Sofia beranjak berjalan cepat menuju toilet. Tak ada makanan yang meluncur dari mulutnya. Hanya saliva yang ia jatuhkan ke dalam closet. Wajahnya kian pucat. Reyfaldi dan Mbok Nah sangat khawatir. "Tuan, mari kita bawa Nona Sofia ke Rumah sakit! Ia sudah tidak makan sedari tadi siang. Jika dibiarkan, saya khawatir kondisinya akan semakin memburuk," ajak pelayan yang sudah seperti ibunya itu. "Ba
Ambar benar-benar merasa sudah buntu. Ia tetap pada pendiriannya. Tak sudi memohon maaf pada Sofia.Raut wajah berubah sinis. Wanita tua itu mendengus kasar dan tersenyum miring. "Apa kamu tau, wanita yang dulu gendut dan mandul itu, sekarang adalah istri dari Bosmu yang bernama Reyfaldi?!" terang Ambar. Alvian terbelalak. "Tidak mungkin. Jangan mengarang cerita, Bu!" "Tanya saja Clara jika tak percaya!" Alvian menautkan kedua alisnya. Kecurigaanya ketika melihat Reyfaldi di rumah sakit satu minggu yang lalu ternyata benar adanya. Sofia yang dimaksud oleh wanita yang mengaku pelayan itu adalah Sofia mantan istrinya. Mengetahui fakta itu, ia merasa harapannya pupus seketika. Merasa tidak mungkin bisa merebut Sofia kembali jika saingannya adalah Reyfaldi. Sedari duduk di bangku sekolah, ia memang sudah merasa kalah jika dibandingkan dengan Reyfaldi. Rasa iri menjadikannya menghasut teman-teman satu gengnya untuk membully Reyfaldi. Alvian terdiam beberapa saat. "Daripada ibu menjami
"Lepas! Lepaskan saya!" teriak Ambar di depan pintu lobi. Wanita tua itu meronta ketika dua sekuriti berusaha menyuruhnya untuk pergi. "Siapa Anda? Mengapa membuat keributan disini?!" tanya Robi dengan nada meninggi. "Saya ingin bertemu dengan Pak Reyfaldi!" Tidak berhasil mendatangi Reyfaldi di kediamannya, wanita yang mengenakan kerudung merah itu memaksa masuk ke dalam kantor untuk bertemu dengan sang CEO. "Ada kepentingan apa anda ingin bertemu dengan Pak Reyfaldi? Robi menatap tajam. "Ini masalah pribadi. Saya harus berbicara secara langsung dengannya. Atau, berapa nomor telepon Pak Reyfaldi? Biar nanti saya sendiri yang menghubunginya!" Tak ada satupun orang di sana yang berani memberikan nomor ponsel pemilik perusahaan itu tanpa persetujuannya. "Silahkan tunggu! Saya akan menghubunginya!" ucap Robi. Pria berumur 40 tahun itu merogoh saku celanannya, meraih ponsel guna menghubungi Reyfaldi. "Perintahkan sekuriti untuk memaksanya keluar dari kantor. Saya tidak suka jika
"Jadi, bagaimana? Bisakah diproses secepatnya? Karena saya butuh cepat!" tanya Ambar pada temannya yang merupakan kepala bagian di salah satu Bank swasta. "Bisa ...! secepatnya akan saya proses!" Tanpa berpikir panjang, Ambar menjaminkan sertifikat rumah kepada Bank untuk membayar kerugian perusahaan Reyfaldi. "Bu ..., apakah ibu sudah memikirkanya matang-matang?" tanya Clara. "Bagaimana jika ibu tidak bisa membayar cicilannya? "Ibu kan masih punya uang pensiun, jd Ibu bisa membayarnya," jawab Ambar. "Tapi, Bu-," Belum selesai Clara berbicara, Ambar sudah menyela. "Sudahlah ..., itu urusan Ibu, kamu tidak perlu repot-repot memikirkannya." Clara yang sedari kecil tinggal bersama Nenek karena Ayah dan Ibunya berpisah, saat ini tidak mengetahui keberadaan orang tua kandungnya. Setelah sang nenek meninggal dunia, Clara hidup seorang diri dan bekerja sebagai ladies karaoke hingga dirinya bertemu dengan Alvian. Rumah yang pernah ia tinggali bersama Neneknya sudah disita oleh bank ka
"Akhirnya, aku bisa membayar kerugian perusahaan si pria sombong itu!" gumam Ambar tersenyum sinis. Wanita tua itu duduk di Sofa sembari menghitung uang yang baru saja cair dari pihak Bank. Ia samasekali tidak memikirkan bagaimana cara mengangsur uang tersebut, sedangkan nominal uang pensiunnya hanya cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Hari ini, ia berniat akan menemui Reyfaldi di kantornya, untuk menghindari bertemu dengan mantan menantunya itu. Sesampainya di depan gerbang perusahaan. Seperti biasa, sekuriti langsung mencekalnya. "Ada apa lagi Ibu datang kemari?" tanya sekuriti yang sebelumnya mengusir Ambar."Katakan pada Bosmu itu, saya ingin membayar uang yang ia minta!" "Tapi, hingga saat ini Pak Reyfaldi belum tiba di kantor." Baru saja sekuriti itu selesai berbicara, mobil mewah milik Reyfaldi berhenti di depan gerbang membunyikan klakson sebanyak dua kali. Tanda untuk sekuriti membukakan pintu gerbang. Sekuriti yang barusan berbicara dengan Ambar langsung mendorong p
Pasangan yang tengah dimabuk cinta itu duduk bersama di ruang makan. Menikmati hidangan yang telah dimasak oleh Sofia. Semenjak ia memutuskan untuk tidak bekerja di kantor. Kini, ia memilih menyibukan diri dengan melayani sang suami di rumah. Salahsatunya yaitu memasak makanan untuk Reyfaldi. "O-ya, Sayang. Tadi siang, mantan mertuamu menemui saya di kantor." Dahi Sofia mengerut. "Ada apa dia menemuimu?""Ia menyerahkan uang ganti rugi perusahaan," terangnya. "Darimana si nenek tua itu mempunyai uang sebanyak itu?" gumam Sofia dalam hati. "Lalu, apakah kamu membebaskan Alvian?!" tanyanya lagi. "Ya! Saya sudah mencabut laporannya sekaligus memecatnya dari perusahaan!" Mantan istri Alvian itu tersenyum miring. Ia merasa dendamnya selama ini sudah terbalaskan. Sofia yakin, setelah ini, Alvian akan hidup dalam kesulitan. Ketika bekerja saja Alvian terkadang kekurangan. Apalagi jika tidak bekerja. "Baguslah ...! Aku senang kamu sudah memecatnya." ***"Silahkan ..., sekarang Anda su
Wanita yang tengah hamil muda itu tiba-tiba merasa mual mencium aroma parfum milik Reyfaldi. "Tapi, Sayang?" "Sana, pergi!" Sofia mendorong tubuh Reyfaldi. Ia benar-benar merasa mual dan ingin pria itu menjauh darinya. Reyfaldi yang khawatir kemudian berteriak memanggil Mbok Nah. Tak sampai menunggu lama. Pelayan yang sangat setia itu berjalan dengan setengah berlari menghampiri Reyfaldi. "Ada apa, Tuan?!" "Tolong Sofia, Mbok. Tiba-tiba saja ia merasa mual," ucapnya dengan panik. Pria yang hendak pergi bekerja itu berdiri dengan gelisah di balik pintu kamar. Ia sangat khawatir Sofia akan mengalami muntah-muntah hingga tak masuk makanan seperti sebelumnya. Setelah menunggu selama beberapa saat. Pelayan berseragam hitam itu membuka pintu kamar. Reyfaldi yang sedari tadi berdiam diri di sana langsung bertanya pada Mbok Nah. "Sofia kenapa, Mbok?" "Nona Sofia hanya merasa mual karena mencium wangi parfum Anda, Tuan. Anda tidak perlu cemas. Memang pembawaan wanita hamil ada yang s
"Mas Alvian?" Wanita yang tengah memegang buah stroberi itu tersentak ketika melihat seseorang yang sudah sangat tidak asing lagi berdiri di balik badannya. Sofia memberi jarak, mundur sebanyak beberapa langkah. Sedangkan Reyfaldi berdiri dengan tegap menyembunyikan wajah tampannya di balik topi hitam. "Mas ..., bagaimana kalau kita ganti susunya dengan-," Kata-kata dari wanita yang tengah menggendong bayi itu menggantung di udara, setelah dirinya melihat tiga manusia yang tengah berdiri saling melempar tatapan tajam. Alvian mendengus kasar. "Jadi, dia adalah suamimu?" tunjuknya pada Reyfaldi. "Ya! Dia adalah suamiku. Kenapa memangnya, hah?!" "Kamu yakin hidup bersama si laki-laki aneh ini?" tunjuknya lagi. Mendengar perkataan Alvian, Sofia tiba-tiba emosi. Ia tak terima jika Reyfaldi dikatakan pria aneh. Meski pada awalnya ia pun menilai Reyfaldi merupakan sosok yang aneh. "Bukan dia yang aneh. Tapi kamu yang aneh. Tidak hanya aneh , kamu pun seorang pengkhianat!" ucap Sofia