Share

Adik madu

last update Huling Na-update: 2022-06-06 15:11:17

***

|Kalau kamu masih juga nungguin Helen di rumah, aku akan bilang ke semua orang kalau aku juga istrimu, Mas|

Hancur sudah persendianku. Mas Andra dengan wanita yang bernama Anita itu ternyata sudah menikah?

Tapi kapan?

Apa sebegitu sibuknya aku selama ini sampai-sampai tidak mengendus perselingkuhan suamiku sehingga hampir menghasilkan seorang anak?

Kuraup udara dengan rakus. Berusaha mengeluarkan semua sesak yang berdesakan di dalam dada. Sekarang bukan waktunya untuk menangis, Helen! Ada masa depan yang harus kamu perjuangkan dan jika Mas Andra memang ingin lepas dari ikatan pernikahan suci ini, maka dia harus kembali menjadi Andra yang dulu. 

Bel di depan rumah berbunyi, aku yakin sekali jika Hazel yang datang menemuiku pagi ini. Selain tanggap, dia juga cekatan selama membantuku mengurus perusahaan yang Papa tinggalkan. Apalagi saat Mama tiriku berusaha merebut harta yang Papa tinggalkan, Hazel berusaha keras agar harta Papa tidak jatuh ke tangan mereka. 

Tiba-tiba air mata menggenang begitu saja saat mengingat semua perlakuan Mama Fiona dan Dewi-- anaknya yang usianya tiga tahun di bawahku. 

Segera kuhapus air mata dengan kasar dan bergegas membuka pintu untuk Hazel. Ada banyak hal yang harus aku urus dengan tanganku sendiri mulai sekarang.

"Selamat pagi, Bu Helena," sapanya ramah.

Aku mengangguk dan mempersilahkan Hazel untuk duduk sementara kuambil laptop di dalam kamar untuk menyalin data-data yang sempat aku minta.

"Apa Bu Helen sudah merasakan ada yang tidak beres?"

Mataku memicing. Kubuka laptop dengan perasaan bingung. Kenapa Hazel bisa bertanya seperti itu?

"Apa yang kamu tau?"

Hazel mengedikkan bahu. "Saya hanya staf biasa, Bu. Mana tau mengenai masalah pribadi ...."

"Hentikan, Hazel!" bentakku. "Berhenti bersikap seperti ini. Panggil aku Helen!"

"Tapi bukankah itu akan terdengar sangat tidak sopan, Bu? Apalagi kalau Pak Andra tau jika kita pernah sedekat nadi lalu tiba-tiba terasa sangat jauh sejauh bumi dan matahari?"

Aku membuang muka. Tidak banyak yang tau kalau kami ....

"Aku masih ingat saat kamu menolak perjodohan kita saat itu, Helena. Saat kamu begitu mempertahankan seorang laki-laki seperti Andra yang bahkan tidak kamu kenal seperti apa perangainya!"

Deg ....

Jantungku berdegup kencang saat Hazel mulai mengungkit masa lalu kami. Hazel yang merupakan anak dari sahabat Papa memang selalu ada di sisiku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai seorang Kakak, tidak lebih. 

"Sekarang apa kamu mulai terusik dengan sikap Andra yang berbeda?"

Lagi-- aku hanya melengos tanpa mau membagi apa yang sudah aku temukan di dalam ponsel Mas Andra. Aku tidak mau Hazel mengetahui keretakan hubungan rumah tanggaku untuk saat ini, meskipun aku yakin jika dia akan selalu membantuku karena balas budinya pada Papa yang dia anggap tidak akan ada habisnya.

"Berhenti membicarakan suamiku, aku ingin kamu menyalin laporan keuangan selama beberapa tahun belakangan!"

Kulihat Hazel menarik ujung bibirnya. Dia membuka laptop dan menyalin semua data yang aku pintakan. "Semoga setelah ini kamu bisa membuka mata, Len. Wanita yang hidup sendiri sepertimu seringkali dimanfaatkan oleh orang terdekat dan kamu tidak merasakan itu."

"Cukup, Hazel! Cukup kamu memojokkan Mas Andra, bagaimanapun dia suamiku, orang nomor satu di kantor tempat kamu bekerja."

Wajah Hazel memerah. Kulihat dia menarik napas panjang dan jemarinya mulai bergerak di atas laptop. Tidak ada lagi kalimat sarkas yang keluar dari mulutnya, Hazel mendadak diam setelah aku menegaskan jika Mas Andra adalah suami yang seharusnya aku percaya, meskipun sebenarnya di dalam hati perasaanku hancur berkeping-keping mengetahui kebenaran yang lain.

Setelah beberapa laporan masuk ke dalam laptop, aku segera menelisik semuanya. Mulai saat ini aku akan memantau semua pengeluaran dan pemasukan dari Kantor.

"Kenapa bulan kemarin membengkak sekali pengeluarannya, Hazel?"

Hazel mengedikkan bahu. "Bukankah saat itu aku sudah melaporkan itu padamu, dan kamu bilang kalau mungkin suamimu-- orang nomor satu di kantor itu sedang ada keperluan besar," sindir Hazel sinis. "Mungkin memang ada keperluan besar-besaran sehingga uang Kantor terkuras hampir 200 juta. Untuk biaya pernikahan misalnya," celetuknya mampu membuatku berhenti bernapas sejenak.

"A-- apa maksudmu?"

"Kamu masih tidak mengerti, Lena?" Aku menggeleng samar, berusaha menutupi apa yang sedang terjadi dan berharap jika pengeluaran yang cukup besar ini memang digunakan untuk kepentingan Perusahaan, bukan yang lain. "Suamimu itu sudah menikah lagi, dan kamu tau dengan siapa ...?"

Aku tercengang. Benarkah Hazel tau semuanya? Tapi kenapa aku ....

"Kamu terlalu percaya pada laki-laki serakah itu, Helena. Buka matamu, sudah waktunya Perusahaan Om Bagas bergerak lebih maju, tidak hanya menghabiskan dana seperti saat ini. Keluar dari zona nyamanmu sekarang, atau kamu mau Perusahaan yang Papamu dirikan hancur di tangan orang yang salah?"

"Ka-- kamu tau semuanya, Hazel?"

Suaraku tercekat. Kerongkongan terasa begitu sakit saat mengucapkan kalimat tanya pada laki-laki yang sedang duduk di hadapanku ini. 

Kulihat Hazel mengusap wajahnya kasar. Dia mengepalkan kedua tangan dan berkata. "Itu yang sedang ingin aku katakan dari dulu, Len. Tapi kamu ...."

"Kamu begitu mempercayai Andra sampai-sampai penghianatan sebesar ini kamu tidak tau? Cinta memang kerap kali membuat orang begitu bodoh, sekalipun itu adalah orang yang cerdas jika sudah mendewakan cinta maka akan menutup semua mata pada kebenaran yang ada."

Aku sekuat tenaga menahan agar tidak mengeluarkan air mata. Hazel benar, aku adalah wanita bodoh yang begitu mudah percaya pada laki-laki seperti Mas Andra. Siapa kira sikapnya yang selama ini begitu lembut di depanku ternyata ...?

"Apa kamu tau wanita yang menjadi madumu?"

"Aku ... aku ...."

Aku menutup mulut menahan tangis. "Aku bahkan baru tau hari ini, Zel. Aku tidak menyangka jika Mas Andra berani berbuat kotor di belakangku. Anita, wanita yang mengirim pesan pada suamiku itu bernama Anita, haruskah aku menghabisi mereka semua dan membuat Mas Andra mengingat darimana mereka berasal?"

Hazel tersenyum kecut. "Ya. Wanita itu memang bernama Anita. Dewi Anita."

Kedua mataku membulat sempurna. Aku bahkan menggeleng samar mendengar nama yang tidak asing di telingaku.

"Dewi Anita?"

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampus ajala kau helena. ngapain kau nganhkang aja di rumah dan menyerahkan urusan perusahaan sama si andra. dikasih tau kau marah2 dan g terima. tu otak masih waraskah? apa begitu nyaman hidupmu hanya krn dihombali dan dibohongi?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Ending

    ***"Saudara Hazel, saya nikahkan dan saya kawinkan anda dengan Helena Bagaskara binti Bagaskara dengan mas kawin uang tunai sebesar 2023 dollar, dibayar tunai!""Saya terima nikah dan kawinnya Helena Bagaskara binti Bagaskara dengan mas kawin tersebut, tunai!""Sah?""Sah!""Alhamdulillah ...."Gedung tempat terlaksananya acara riuh dengan doa-doa para tamu. Helena mengusap sudut matanya yang berair. Di sudut ruangan, sekelebat terlihat bayangan Papa dan Mamanya tengah tersenyum ke arahnya."Selamat ya, Sayang. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan," kata Bu Nela haru. "Jangan sedih, Mama dan Papa ada buat kamu."Helena mengangguk. Hatinya membuncah bahagia karena pernikahannya berjalan dengan lancar. Di sebelah Helena, Hazel tak kalah terharu dengan momen sakral yang baru saja ia lakoni. Kini dia menjadi wanita yang memiliki keluarga. Di tempat lain, Kamila dan Mama Desinta duduk berdampingan. Di ujung yang lain terlihat Mama Fiona menangis haru sambil memangku c

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Memaafkan

    ***"Kamu baik-baik saja, Mil?"Kamila menangis namun kepalanya mengangguk memberi jawaban. Helena dan Hazel membawa adik Andra itu ke sebuah Rumah Sakit terdekat. Luka di wajah Kamila harus mendapatkan perawatan. "Terima kasih, Mbak ....""Jangan bicara dulu, bibirmu makin robek," kata Helena mencegah. "Diam saja, kalau sudah mendapat pengobatan di wajahmu, baru berbicara!"Kamila terus menangis. Sesekali tangannya mengusap perut yang terasa perih namun ia enggan menceritakannya itu pada Helena. Kamila tidak mau dianggap sebagai orang yang memanfaatkan kebaikan orang lain, apalagi orang itu adalah Helena. Di kursi kemudi, Hazel tidak berbicara sepatah katapun. Dia terus menatap ke depan seakan-akan Helena dan Kamila di belakang tidak mempengaruhi keadaan hatinya saat ini. Hazel cemburu. Tentu saja. Wanita yang Helena tolong adalah mantan adik iparnya. Ada perasaan nyeri di hati Hazel saat ini. Sesampainya di rumah sakit, Helena dengan sigap meminta bantuan perawat untuk mengobati

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Malangnya Kamila

    ***"Maafkan Tante, Len. Sungguh, Tante minta maaf," cicit Mama Fiona. "Kamu sebaik ini pada Tante padahal Tante sudah menyakiti kamu, Helena. Maafkan Tante ...."Helena membuang muka hingga tanpa sadar dia menatap Hazel yang sedang memperhatikannya dengan tatapan lembut. Pria itu mengangguk samar di depan Helena seolah sedang berkata. "Kamu bisa, Sayang!""Aku belum bisa memaafkan semua kesalahan Tante," kata Helena datar. "Mau sebanyak apapun Tante meminta maaf, aku sepertinya tidak bisa memaafkan begitu saja," imbuhnya."Aku tidak perduli apakah nanti berdosa sudah menyimpan dendam, tapi ... sungguh, aku tidak bisa memaafkan semuanya, Tante. Aku melakukan ini karena tidak bisa membiarkan bayi yang tidak bersalah menanggung dosa Ibu dan Neneknya. Tante tau bukan jika aku tidak punya urusan apapun pada bayi itu? Seharusnya aku bisa abai, tapi berulang kali Mama hadir dalam mimpi. Dia terlihat sedang menggendong bayi di depanku ...."Mama Fiona menangis tergugu di depan Helena. Terbay

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Ikhlas di Hati Helena

    ***"Tidak bisa, kami tidak mau menerima pekerja dengan membawa anak.""Maaf, Ibu. Kami menolak pekerja yang usianya sudah tidak muda lagi.""Lebih baik di rumah saja, Nek, sudah tua masih saja mikirin dunia!""Sudah sana pergi! Gak ada lowongan pekerjaan disini!" Banyak sekali kalimat-kalimat menyakitkan yang Mana Fiona terima hari ini. Rumah yang ia tempati seharusnya sudah jatuh tempo biaya bulanan namun Mama Fiona bahkan tidak memiliki sepeserpun uang. Beruntung susu yang Helena belikan masih ada jadi cucunya bisa menyusu tanpa takut kelaparan. "Permisi ...."Seorang wanita muda berpakaiannya terbuka muncul di ambang pintu. "Jangan minta-minta disini, sana!"Mama Fiona seketika menggeleng. "Mbak, bisa saya melamar bekerja disini?"Wanita dengan belahan dada rendah itu tertawa terbahak-bahak. Dia menepuk-nepuk pipi Mama Fiona dan menjawab. "Bu, disini itu salon kecantikan. Kalau kamu yang penampilannya kucel dan lusuh seperti ini bekerja di tempatku, bisa kabur semua pelangganku.

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Menjelang tamat II

    ***"Ma, gak bisa gitu dong! Aku maunya bebas!" Anita menggebrak meja tanpa peduli apakah bayinya akan terkejut dan menangis atau tidak. Beruntung sebelum berangkat mengunjungi Anita, Mama Fiona sudah memberi susu yang cukup untuk cucunya. "Enak saja Mama mau lepas tangan, ingat ya ... semua ini gara-gara rencana Mama!"Mama Fiona menunduk menatap wajah cucunya yang tertidur sangat pulas. "Mama tau, Nit. Mama mengaku salah, tapi tolong mengertilah ....""Aku tidak bisa mengerti apapun saat ini! Melihat Mama bebas sementara aku terkurung di penjara rasanya hatiku seolah terbakar. Aku marah, tentu saja!""Dengarkan Mama, Anita!" bentak Mama Fiona lantang. "Dengarkan Mama sekali ini saja, setelah itu ... terserah langkah apa yang mau kamu ambil."Anita diam meskipun dadanya naik turun menahan amarah. Bagaimana tidak, otak dari rencana kejahatan ini adalah Mama Fiona namun wanita paruh baya itu justru bebas sementara Anita yang harus mendekam di penjara. "Mama sudah terlanjut mendapatkan

  • Wanita Hamil di Rumah Mertua   Keputusan

    ***Helena dan Bu Nela sama-sama menangis. Hazel yang sedang membawa nampan berisi minuman hanya bisa terpaku di balik dinding penyekat antara dapur dan ruang keluarga. "Den, mau Bibi bawakan?" Hazel menggeleng, "Tidak perlu, Bi. Aku sengaja menunggu sampai Mama dan Helena tenang," kata Hazel menolak.Bibi mengangguk pasrah dan kembali ke dapur, sementara Hazel masih terus berdiri dengan telinga yang sedang mencuri dengar perbincangan dua wanita hebat dalam hidupnya. "Aku ingin sekali membenci, Ma, tapi entah kenapa aku justru merasa bersalah sekarang," tutur Helena di tengah isak tangisnya. "Mama Fiona dan Anita sudah menghancurkan hidupku, tapi kenapa aku justru iba pada bayinya? Tidak bisakah aku membenci bayi itu juga, Ma?""Dia tidak bersalah, Sayang ...." Bu Nela menyahuti ucapan calon menantunya dengan sigap. "Mau sebanyak apapun kesalahan dan kejahatan yang Anita dan Ibunya lakukan, bayi itu tidak bersalah, Helena."Helena menatap wajah Bu Nel lamat-lamat. "Aku ingin memban

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status