Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
"Hei! Gimana sih? Motor butut kok parkir di sini?!” teriak perempuan di dalam mobil dengan nada angkuh Kemala yang baru saja memarkirkan motor di sudut kosong untuk membeli vitamin anaknya, sontak terkejut.“Maaf, Mbak. Saya nggak lihat tadi,” katanya penuh sesal, meski dia tak salah. Kesehariannya melayani pelanggan dengan baik selama ini, membuat Kemala terbiasa untuk meminta maaf terlebih dulu sebelum menanyakan apa yang menjadi keluhan mereka. Dan, Kemala yakin bahwa wanita di depannya kali ini pun juga seorang calon pelanggan apotek miliknya.“Tahu diri dong, motor butut tuh parkirnya jangan di sini. Agak jauh-jauh sana! Menuh-menuhin tempat aja. Untung, tadi aku nggak sampai nyenggol motor bututmu itu. Bisa-bisa lecet nih mobil baruku," ucap wanita itu lagi dengan nada semakin kasar.Mendengar semprotan di siang bolong seperti itu, Kemala mengerutkan kening–bingung. Mau tak mau, wanita berumur 30 tahun itu pun memperhatikan wajah si wanita dengan seksama. Matanya segera membu
“Apa kamu bilang?! Pemilik apotek?” Wanita itu sepertinya sudah benar-benar dikuasai kesombongan. Bahkan, penjelasan dari si Pegawai Apotek yang segamblang itu pun tak lantas bisa membuatnya tersadar. Irene justru semakin terbahak usai mendengarnya. Padahal seandainya dia mau membuka sedikit saja matanya, Irene seharusnya bisa melihat bagaimana perlakuan para pegawai apotek pada Kemala memang tak seperti sedang melayani pelanggan biasa. Namun, Irene tetaplah Irene. Dia adalah tipe manusia yang selalu memandang segala sesuatu dari luarnya saja. “Bu Kemala memang pemilik apotek ini, Bu. Saya tidak mengada-ada,” kata pegawai apotek itu, berusaha terus menjelaskan. “Sudah Mbak, biarkan saja, tidak perlu dijelaskan. Tolong paracetamol-nya, ya?” Merasa tak mungkin bisa membuat Irene diam dan menyadari kesalahannya, Kemala pun harus turun tangan meredakan emosi salah satu karyawan apotek itu. Dengan wajah masih bersungut dan merah padam, si pegawai apotek segera menuruti permintaan Kemal
Melihat muka panik calon suaminya itu, Kemala justru terkikik. Apalagi setelahnya, Abimanyu segera memeriksa seluruh tubuhnya dengan membolak baliknya ke kanan dan kiri. Kemala makin tertawa geli melihat kelakuannya.“Apaan sih, Mas?” tanyanya sambil tak bisa menahan tawa.“Kamu kalau dibilangin, nggak mau nurut sih. Kalau mau kemana-mana tuh bawa mobil aja. Terus motor itu tuh, sudah berapa kali coba aku suruh jual aja? Lagian kan ada motor lain juga yang lebih bagus, kenapa masih suka pakai motor itu?” Lelaki itu mulai mengomel, membuat Kemala dan Mbok Narti langsung saling melempar senyum.“Tuh, Bu. Saya bilang juga apa? Kan saya juga udah bilang jangan pakai motor itu. Motor itu kan memang cuma saya aja yang bisa pakai,” kata Mbok Narti, membela diri.“Ah Simbok nih ada-ada aja. Lagian kan Mbok sendiri yang nggak mau motor itu diganti, ya kan? Tuh Mas, marahin tuh Si Mbok. Suruh siapa motornya nggak mau diganti hayoo? Dia yang ngeyel pengen tetap pakai motor itu. Marahin tuh, Mas!
"Kurang aj*r! Bener-bener kur*ng ajar!" Irene membanting tasnya ke sofa dan hampir mengenai tubuh suaminya yang sedang duduk bersantai di depan TV."Kenapa sih, Ren? Pulang marah-marah gitu bukannya salam dulu?" Keenan yang kaget karena nyaris terhantam tas branded Irene yang lumayan besar itu menatap istrinya penuh tanya sambil menahan kesal. "Mantan istri kamu tuh, belagunya minta ampun," gerutu wanita berambut sebahu itu jengkel, lalu mendudukkan diri di samping suaminya dengan wajah cemberut.Mendengar kata mantan istri disebut, Keenan langsung membalikkan tubuhnya ke arah Irene."Mantan istri? Siapa? Kemala maksud kamu?" "Siapa lagi? Emang masih ada lagi mantan istri kamu yang lainnya?" Irene mengedikkan bahu, bertambah kesal karena suaminya Kemalah seperti antusias menyebut nama Kemala. "Kamu habis ketemu Kemala?""Iyaa, si gembel itu. Miskin aja belagu." Lagi-lagi, wanita itu menggerutu kesal."Kemala? gembel? Maksud kamu apa sih, Ren? Kok aku nggak ngerti." "Jadi tadi t