Wanita Kampungan itu Ternyata Calon Istri Bos

Wanita Kampungan itu Ternyata Calon Istri Bos

Oleh:  Reinee  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
122Bab
23.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah ditinggalkan oleh mantan suaminya, Kemala akhirnya berhasil bangkit. Dia bahkan bertemu Abimanyu, pria kaya baik hati, yang menerima keadaanya sebagai janda beranak satu. Meski Ibu Abimanyu belum merestui, tetapi keduanya serius dalam hubungan mereka. Sayangnya, Irene--pelakor yang merebut mantan suami Kemala dulu--tidak senang dengan berita ini. Baginya, Kemala adalah wanita kampungan yang tak layak bersanding dengan Abimanyu yang kebetulan bossnya. Demikian, Irene pun mulai melancarkan aksi-aksi jahatnya untuk menghancurkan hidup Kemala. Lantas, bagaimana cara Kemala menghadapi kelicikan Irene, terlebih ... mantan suami Kemala juga mulai kembali mengejarnya? Akankah Kemala dapat berakhir bahagia dengan Abimanyu dan keluarga kecilnya?

Lihat lebih banyak
Wanita Kampungan itu Ternyata Calon Istri Bos Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Dita Rahmawati
baguuusssss sekaliii ada tegangnya jugaa
2023-11-27 20:50:08
0
122 Bab
PENAMPILAN SEDERHANA PEMILIK APOTEK
"Hei! Gimana sih? Motor butut kok parkir di sini?!” teriak perempuan di dalam mobil dengan nada angkuh Kemala yang baru saja memarkirkan motor di sudut kosong untuk membeli vitamin anaknya, sontak terkejut.“Maaf, Mbak. Saya nggak lihat tadi,” katanya penuh sesal, meski dia tak salah. Kesehariannya melayani pelanggan dengan baik selama ini, membuat Kemala terbiasa untuk meminta maaf terlebih dulu sebelum menanyakan apa yang menjadi keluhan mereka. Dan, Kemala yakin bahwa wanita di depannya kali ini pun juga seorang calon pelanggan apotek miliknya.“Tahu diri dong, motor butut tuh parkirnya jangan di sini. Agak jauh-jauh sana! Menuh-menuhin tempat aja. Untung, tadi aku nggak sampai nyenggol motor bututmu itu. Bisa-bisa lecet nih mobil baruku," ucap wanita itu lagi dengan nada semakin kasar.Mendengar semprotan di siang bolong seperti itu, Kemala mengerutkan kening–bingung. Mau tak mau, wanita berumur 30 tahun itu pun memperhatikan wajah si wanita dengan seksama. Matanya segera membu
Baca selengkapnya
KEANGKUHAN SI PENGHANCUR
“Apa kamu bilang?! Pemilik apotek?” Wanita itu sepertinya sudah benar-benar dikuasai kesombongan. Bahkan, penjelasan dari si Pegawai Apotek yang segamblang itu pun tak lantas bisa membuatnya tersadar. Irene justru semakin terbahak usai mendengarnya. Padahal seandainya dia mau membuka sedikit saja matanya, Irene seharusnya bisa melihat bagaimana perlakuan para pegawai apotek pada Kemala memang tak seperti sedang melayani pelanggan biasa. Namun, Irene tetaplah Irene. Dia adalah tipe manusia yang selalu memandang segala sesuatu dari luarnya saja. “Bu Kemala memang pemilik apotek ini, Bu. Saya tidak mengada-ada,” kata pegawai apotek itu, berusaha terus menjelaskan. “Sudah Mbak, biarkan saja, tidak perlu dijelaskan. Tolong paracetamol-nya, ya?” Merasa tak mungkin bisa membuat Irene diam dan menyadari kesalahannya, Kemala pun harus turun tangan meredakan emosi salah satu karyawan apotek itu. Dengan wajah masih bersungut dan merah padam, si pegawai apotek segera menuruti permintaan Kemal
Baca selengkapnya
PENGGANTI YANG LEBIH BAIK
Melihat muka panik calon suaminya itu, Kemala justru terkikik. Apalagi setelahnya, Abimanyu segera memeriksa seluruh tubuhnya dengan membolak baliknya ke kanan dan kiri. Kemala makin tertawa geli melihat kelakuannya.“Apaan sih, Mas?” tanyanya sambil tak bisa menahan tawa.“Kamu kalau dibilangin, nggak mau nurut sih. Kalau mau kemana-mana tuh bawa mobil aja. Terus motor itu tuh, sudah berapa kali coba aku suruh jual aja? Lagian kan ada motor lain juga yang lebih bagus, kenapa masih suka pakai motor itu?” Lelaki itu mulai mengomel, membuat Kemala dan Mbok Narti langsung saling melempar senyum.“Tuh, Bu. Saya bilang juga apa? Kan saya juga udah bilang jangan pakai motor itu. Motor itu kan memang cuma saya aja yang bisa pakai,” kata Mbok Narti, membela diri.“Ah Simbok nih ada-ada aja. Lagian kan Mbok sendiri yang nggak mau motor itu diganti, ya kan? Tuh Mas, marahin tuh Si Mbok. Suruh siapa motornya nggak mau diganti hayoo? Dia yang ngeyel pengen tetap pakai motor itu. Marahin tuh, Mas!
Baca selengkapnya
MENGADU
"Kurang aj*r! Bener-bener kur*ng ajar!" Irene membanting tasnya ke sofa dan hampir mengenai tubuh suaminya yang sedang duduk bersantai di depan TV."Kenapa sih, Ren? Pulang marah-marah gitu bukannya salam dulu?" Keenan yang kaget karena nyaris terhantam tas branded Irene yang lumayan besar itu menatap istrinya penuh tanya sambil menahan kesal. "Mantan istri kamu tuh, belagunya minta ampun," gerutu wanita berambut sebahu itu jengkel, lalu mendudukkan diri di samping suaminya dengan wajah cemberut.Mendengar kata mantan istri disebut, Keenan langsung membalikkan tubuhnya ke arah Irene."Mantan istri? Siapa? Kemala maksud kamu?" "Siapa lagi? Emang masih ada lagi mantan istri kamu yang lainnya?" Irene mengedikkan bahu, bertambah kesal karena suaminya Kemalah seperti antusias menyebut nama Kemala. "Kamu habis ketemu Kemala?""Iyaa, si gembel itu. Miskin aja belagu." Lagi-lagi, wanita itu menggerutu kesal."Kemala? gembel? Maksud kamu apa sih, Ren? Kok aku nggak ngerti." "Jadi tadi t
Baca selengkapnya
STALKING
Malam itu usai mengantar sang istri menebus resep di apotek lain, Keenan langsung menuju ke ruang kerjanya saat dilihatnya Irene sudah bersiap untuk tidur. Diam-diam ada sesuatu yang sangat ingin dilakukannya tanpa sepengetahuan sang istri. Di depan komputer, Keenan sejenak termenung. Dia sudah membuka akun sosmed-nya dari beberapa menit yang lalu, tapi dia masih saja ragu untuk mengetikkan sebuah nama di bagian kolom pencarian. Beberapa kali jari-jari tangannya hanya berputar-putar saja di atas keyboard tanpa tahu harus memencet tombol yang mana. Keenan sungguh galau. [ Kemala Andara ]Akhirnya lelaki itu pun menuliskan juga nama mantan istrinya di layar meski gemetar. Tak lama, muncullah sebuah akun dengan foto profil seorang wanita sedang bersama dengan seorang gadis kecil yang berdandan ala princess. Mata Keenan langsung membulat takjub. “Secantik inikah mantan istri dan putri yang dulu kutinggalkan?” gumam Keenan sambil mengerjapkan mata tak percaya. Kembali, ia men-scroll ak
Baca selengkapnya
HARI SIAL
Mendengar jawaban itu, Irene tak begitu saja percaya. Ditatapnya sang suami dalam. "Jujur sama aku, Mas. Kamu ngapain stalking-in f******k mantan istrimu?!" Nyali Keenan menciut melihat wajah murka sang istri yang tengah berdiri di depannya."Eng-gak kok, siapa yang stalking-in Mala sih?" Ingin membela diri, Keenan pun berucap dengan nada yang tinggi. Mungkin dia berharap Irene akan melembutkan sikap melihatnya juga nampak marah karena tersinggung."Mataku belum buta, Mas. Aku lihat dengan jelas tadi. Kamu mau mengelak apa lagi, heh?"Keenan nampak mengucek rambutnya frustasi. Raut wajahnya terlihat penuh sesal. "Mau ngeles apa kamu, Mas?!" Irene makin garang menuduh. "Aku cuma rindu Bia, Sayang. Makanya, aku cari dia di akun Mala," ucapnya dengan nada sudah lebih rendah dan wajah yang memelas. Keenan berharap istrinya akan percaya omongannya kali ini."Alaaa bohong! Anak kamu jadikan alasan saja kan, Mas? Kamu aslinya ingin tahu kabar ibunya, kan?" ketus Irene. Hatinya mencelos. T
Baca selengkapnya
RESTU
Di sisi lain, Abimanyu Haninditya kini melangkah ringan ke dalam rumah usai memarkirkan mobil dengan sempurna di garasi. "Assalamualaikum …""Wa'alaikumsalam. Baru pulang kamu, Bi?" Seorang wanita paruh baya dengan kacamata baca sedang sibuk dengan buku tebalnya di sebuah kursi santai di ruang tengah. Ibundanya memang akan selalu menunggu, selarut apapun anak lelakinya itu pulang. "Iya, Ma. Belum tidur?" Perbincangan yang sama berulang-ulang, tapi sepertinya tak pernah bosan diucapkan oleh sepasang ibu dan anak itu. Kejadian selanjutnya pun sudah bisa ditebak, yaitu adegan cium tangan Abimanyu pada sang ibu. "Sabtu bukannya kamu nggak ke kantor? Memangnya pergi kemana sih, Bi?" tanya wanita itu lagi setelah membiarkan putranya duduk di sebelahnya untuk melepas sepatu. "Biasa Ma, ngurusin apotek," jawab si anak bungsu. "Kamu tuh kalau lagi libur, nggak usah kebanyakan ke luar kenapa sih? Nggak kasihan mama kesepian di rumah?" keluh wanita itu, yang memang sudah menjadi makanan se
Baca selengkapnya
PERMINTAAN SANG CALON ISTRI
Malam itu, Kemala sedang berada di kamar putrinya untuk membacakan dongeng seperti biasa. "Gimana kalau sekarang gantian Bia yang bacain cerita buat mama? Mama ngantuk nih, pengen tidur sambil didongengin," kata wanita itu manja, usai menyelesaikan sebuah kisah lumayan panjang untuk Abiya. "Enggak ah. Mama aja yang bacain cerita. Bia kan nggak bisa," ucap gadis kecil itu dengan muka cemberut. "Loh kok gitu? Masa' dari Bia kecil, mama terus yang bacain cerita. Sekali-kali dong ganti Bia yang dongengin mama," kata wanita yang tengah mengenakan setelan piyama panjang berbahan satin itu. Dia makin melebarkan senyum melihat anak semata wayangnya makin cemberut. “Telpon papa Abi aja yuk, Ma?” kata Abiya tiba-tiba dengan raut muka sudah kembali ceria. Padahal sebenarnya gadis kecil itu hanya ingin mengalihkan perhatian ibunya saja padanya. Kemala melirik sebentar arloji di tangannya, lalu berkata. “Ini sudah malam, Sayang. Nanti gangguin papa Abi.”“Cuma sebentar aja kok. Bia mau tanya
Baca selengkapnya
PERDEBATAN
“Ke rumah sama Bia?” Abimanyu kaget bukan kepalang. Tapi demi tak membuat Kemala tersinggung, dia berusaha menanggapi hal itu dengan santai. “Iya, Mas. Kenapa? Mas masih belum siap aku ketemu sama mamamu?” Kemala sambil menahan nafas saat menanyakan itu. Sebenarnya bukan hanya Abimanyu saja yang mungkin belum siap mempertemukan kembali dirinya dengan keluarganya, dia pun sama. Tapi demi melihat keseriusan Abimanyu dan mengetahui kepastian hubungan mereka ke depan, Kemala dengan terpaksa mengajukan permintaan itu. “Jika tidak dimulai dari sekarang mendekati calon ibu mertuanya, kapan lagi?” pikirnya. Sedangkan hubungannya dengan lelaki itu pun sudah sangat jauh. Fitnah kemungkinan besar akan segera terjadi jika hubungan keduanya tak segera diresmikan. Dia tak bisa menunggu dalam ketidakpastian lebih lama lagi. Apalagi, Bia makin tumbuh dewasa. “Bukan gitu. A-ku sih nggak masalah kamu sama Bia mau ke sini. Aku justru senang kamu bilang kayak gitu, Sayang. Tapi kan kamu tahu mama itu
Baca selengkapnya
WANITA LAIN LAGI
Pagi itu suasana hening di meja makan rumah Bu Rosmala. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu di piring, nyaris tanpa celotehan wanita itu seperti biasa. Di seberangnya, putranya sesekali menatap sang ibu dengan bimbang. Ingin mengajaknya bicara, tapi masih takut jika ibundanya itu belum berkenan mengobrol dengannya. “Pak Abi mau nambah nasi gorengnya?” Suara Lastri dari samping tempatnya duduk, membuyarkan lamunan Abimanyu. “Eh, enggak. Makasih,” jawabnya singkat. “Mama barangkali mau nambah?” tanyanya kemudian pada wanita yang masih khusyu’ dengan piring di depannya. Bu Rosmala rupanya juga sedang larut dalam pikirannya sendiri hingga sedikit kaget saat anak lelakinya itu mengajaknya bicara. “Apa?” tanyanya, membuat Abimanyu sedikit lega karena ternyata ibundanya sudah mau berbicara padanya. “Mau nambah nasi goreng lagi, Ma?” ulang Abimanyu. Tapi Bu Rosmala malah memandang Lastri yang kini telah berdiri di sebelah sang nyonya rumah dengan siaga..“Oh, enggak Las, makasih. A
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status