Seperti yang dikatakan Kelvin, Riana tidak perlu bersusah payah lagi dalam hidupnya. Termasuk mempersiapkan pernikahan yang begitu cepat.
Meski Riana tak bisa memilih apa yang ingin ia kenakan di hari pernikahannya atau menentukan hal lainnya yang berkaitan dengan pernikahan, ia tetap bahagia karena hari ini semuanya terlihat benar-benar mengubah hidupnya.Hidup yang terasa seperti terlahir kembali meski dengan banyak air mata dan rasa sakit yang harus ia lalui lebih dulu.Malam-malam sendirian yang menikam dalam kesulitan tak akan lagi Riana rasakan karena kini ada Kelvin yang akan menemani hari-harinya.Meski tidak ada keluarga yang mendampingi, bahkan orang-orang dari panti asuhan yang dulu merawatnya sekalipun, Riana berharap ada kehadiran seseorang yang bisa meneminya di hari ini.Namun Riana merasa sungkan untuk minta izin pada Kelvin tentang harapannya di hari pernikahan mereka ini.“Cantik.” Batin Kelvin.Riana yang menyadari kehadiran Kelvin langsung menoleh.“Apa aku terlalu berlebihan?”Kelvin menggeleng dan Riana kembali menatap pria yang berdiri di belakangnya itu melalui cermin yang sedang mereka tatap bersama.“Ada sesuatu yang ingin kamu katakan?” Kelvin seolah bisa membaca kecemasan di raut wajah Riana.“Apa aku boleh mengundang temanku?”“Siapa?”“Teman kerjaku.”Kelvin menatap Riana begitu dalam. Dan ditatap seperti itu Riana sadar diri, Kelvin mungkin belum siap mengumumkan pernikahan mereka kepada banyak orang.Bahkan Riana tidak tahu di mana keberadaan orangtua Kelvin. Ia hanya tahu kalau Kelvin tinggal dengan kakeknya sejak kecil.“Nanti kita undang saat resepsi.”“Resepsi?”Sekali lagi Kelvin mengangguk sambil mengusap puncak kepala Riana dan menatapnya begitu dalam.“Aku tunggu di depan,” bisik Kelvin lalu sedikit mencium pipi Riana.Perias pun menyelesaikan rangkaian riasannya agar Riana segera bisa melangsungkan pernikahannya.Dan ketika semua sudah siap, Kelvin dan Riana pun mulai mengucapkan janji pernikahan yang dihadiri beberapa orang saja termasuk David sebagai saksi.Tak lama setelah acara berlangsung, mereka mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan pernikahan keduanya.Hingga satu persatu tamu yang datang pergi, Kelvin mengajak Riana masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah dirias sedemikian rupa.Tentu saja, malam yang akan mereka lalui sebagai pengantin harus menjadi malam yang spesial meski bukan yang pertama untuk keduanya.Riana pun bersiap, mengenakan pakaian terbaik yang dirasa dapat membuat Kelvin senang dan bahagia.Bahkan bukan saja membuat Kelvin senang, pria yang tak sabar menunggu istrinya keluar kamar mandi itu pun langsung menghampiri dan menggendong Riana ala bridal.Riana memekik namun terkikik kecil dan bahagia dengan perlakuan Kelvin yang memuja.“Sudah mandi?”“Memangnya aku bau?” katanya sambil menidurkan Riana lalu mengukungnya dari atas.“Tidak. Kamu wangi. Dan aku…”Riana mengedip-ngedip lucu. Kalimatnya terputus karena Kelvin mencium bibirnya lebih dulu.“Mas.”“Hmm?”Sudah menjadi suami istri, Riana merasa tidak boleh memanggil suaminya tersebut hanya dengan panggilan nama saja. Dan Kelvin nampak tak keberatan.“Anak laki-laki atau perempuan?”“Dua-duanya.”“Dua?” Kelvin mengangguk. “Kenapa?”“Supaya yang satu bisa menjadi teman ibunya dan satu lagi melindungi kalian berdua.”Entah kenapa Riana merasa aneh mendengar ucapan Kelvin tersebut. Seolah-olah Kelvin akan pergi jauh meninggalkannya.“Memangnya Mas mau ke mana?”“Aku tidak ke mana-mana. Memangnya kamu pikir aku akan pergi ke mana?” jawab Kelvin sambil melepskan tali kimono yang menutupi gaun malam seksi yang dikenakan Riana.Begity tubuh indah yang selalu membuat Kelvin kecanduan terlihat, pria itu langsung merunduk. Membaui aroma manis yang membuatnya begitu candu.“Kenapa bicaranya seperti tadi? Memangnya Mas tidak akan melindungiku dan anak-anak kita nanti?”Kelvin tersenyum manis sambil mengubah posisi menaiki tubuh Riana. Membuat wajah Riana seketika merona merah.Meski bukan yang pertama bagi keduanya, namun momen di malam ini tetap saja terasa spesial terutama bagia Riana.Maka, tanpa menunggu malam yang semakin larut, Kelvin mulai merunduk kembali. Mengecup satu persatu bagian wajah Riana sebelum membaui setiap inci kulit sang istri yang selalu membuatnya terpesona.Riana mendesah dibawah kurungan hasrat dan gairah sang suami yang memanas, membuat sekujur tubuhnya ikut memanas dan perlahan menggelinjang ketika Kelvin berhasil menurunkan pakainya dan menyentuh setiap jengkal kulit tubuh Riana yang halus hingga ke bawah.“Mas.”Tak ada jawaban. Kelvin membiarkan Riana menjambak rambutnya sementara ia sibuk membuai kenikmatan untuk sang istri di bawah sana.Sesekali kepalanya menengadah ke atas untuk memastikan bahwa Riana merasa nyaman dengan apa yang sedang ia lakukan.Dan tatapan keduanya yang bertemu tak sengaja membuat Riana buru-buru memalingkan wajah. Ia hanya bisa menggigit jari sambil meremas bantal dan memalingkan wajahnya ke samping.Nyatanya Riana masih saja malu mengakui bahwa ia begitu menikmati semua perlakuan Kelvin di atas tubuhnya. Dan hal itu membuat Kelvin merasa bangga. Terbukti dari desah Riana yang begitu merdu terdengar di telinganya.Kelvin pun semakin tak sabar mendatangi dan mensejajarkan dirinya kembali dengan Riana. Sayangnya, momen yang akan kembali menyatukan keduanya seketika harus terhenti ketika sebuah ketukan tak sabar terdengar di pintu kamar mereka.Kelvin menahan geram. Terlihat dari rahangnya yang mengetat. Namun ia sepertinya sudah tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya tersebut.“Tunggu di sini. Jangan keluar jika aku tidak memintamu.”Riana mengangguk patuh sambil menerima kecupan di keningnya.Kelvin keluar kamar dengan mengenakan celana panjang dan kimono yang semula ia kenakan. Ia lantas membuka pintu namun tak membiarkan Riana melihat siapa yang sudah mengganggu malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri tersebut.Sayangnya hingga lima belas menit berlalu, Kelvin yang tak kunjung kembali membuat Riana penasaran.Perempuan itu lantas membuka lemari seraya mencari pakaian yang lebih baik untuk ia kenakan keluar kamar.Sayangnya, ketika Riana baru saja keluar kamar dua penjaga yang ditugaskan langsung menghadang.“Tuan berpesan agar Nyonya menunggu di kamar,” ucap salah satunya.Riana kaget. Namun ia berusaha tenang dan memberikan alasan yang tepat agar diizinkan pergi.Sayangnya, alasan apapun yang Riana berikan tak membuat kedua penjaga tersebut bergeming dan mengizinkannya pergi.“Saya hanya–“Prakkk…Tiba-tiba saja suara benda pecah dan teriakan seorang wanita membuat Riana terkejut. Bergegas kedua penjaga tersebut memaksa Riana masuk dan menguncinya dari luar.“Buka pintunya! Kenapa kalian mengurungku?” teriak Riana tak digubris.Riana pun terus berteriak sambil menarik gagang pintu. Berharap kedua penjaga tadi membukanya. Sebab dari dalam kamarnya sana ia tak bisa mendengar jelas suara wanita yang sebelumnya terdengar berteriak marah.“Ada apa ini?”Riana jelas butuh penjelasan. Namun hingga malam beranjak pagi, Kelvin yang tak kunjung kembali membuat Riana lelah hingga akhirnya tertidur.Bahkan hingga pagi hari Riana akhirnya bisa keluar kamar, tak nampak batang hidung dari suami barunya tersebut.Riana jelas sadar kalau ada yang tidak beres. Ia lantas mencari-cari jejak keributan semalam. Sayangnya semua itu sudah dibersihkan sebelum Riana bisa melihatnya.Ia tampak sungkan untuk bertanya. Dan kepala pelayan yang melihat hal itu bisa merasakan kebingungan Riana.“Tuan ada urusan mendadak, Nyonya. Beliau titip pesan agar Nyonya tidak menghubungi dan menunggunya saja di rumah.”Meski ragu Riana akhinya memberanikan diri untuk bertanya.“Semalam kenapa saya dengar ada yang berteriak serta melempar benda yang pecah?”Tidak ada yang berani menjelaskan. Kedua penjaga yang berjaga di depan kamar Riana tadi malam tak bergeming. Begitu pula dengan kepala asisten rumah tangga yang bersikap sama. Membuat Riana hanya bisa diam sambil menikmati sarapan yang tak menggugah seleranya.Kelvin menemui seseorang. Ia meminta orang tersebut untuk melakukan sesuatu. dan untuk hal tersebut Kelvin membayarnya cukup mahal."Ini data-datanya. Cari di mana keberadaan orang tersebut. Dan jika sudah bertemu, amankan sampai waktunya harus muncul.""Baik, Tuan."Kelvin mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat pertemuan tersebut untuk menuju tempat yang lain.Namun di tengah perjalanan, ia melihat toko bunga yang sedang memajang rangkaian bunga yang sangat cantik.Kelvin teringat ayahnya yang sering memberikan bunga untuk ibunya. Ia lalu terpikirkan Riana. Berhenti lantas membelinya untuk dibawa pulang.Sayangnya karena Kelvin harus menemui kakeknya dan bertemu dengan Angela, ia terjebak dalam sebuah hal yang tak diinginkan.Angela sengaja menyewa wartawan. Membuat berita baru tentang hubungannya dan Kelvin sehingga berita tersebut menyebar cepat. Membuat Riana tahu kalau suaminya tersebut sudah memiliki tunangan."Jadi, aku adalah perebut laki-laki orang?" gumam Riana menitikkan
Sepnjang perjalanan menuju rumah, Riana terus memikirkan tentang percakapannya dengan Reihan atau Gara. Ia lalu teringat akan keberadaan Renata di tempat David. "Tapi Mas Kelvin pasti tidak akan mengijinkanku menemui Renata," gumamnya lalu menatap ke samping.Mobil sedang berhenti di lampu merah. Riana menatap sekitar. Menemukan beberapa sosok anak yang sedang menjual tisu atau mereka yang sedang ngamen dengan alat musik buatan seadanya.Senyum terukir manis di wajahnya. Riana lalu menatap dan mengusap perutnya yang masih rata. Sambil bergumam seraya mengutarakan harapannya terhadap sang jabang bayi."Ada apa itu?" Riana ikut menoleh ketika sang supir mengatakannya."Ada apa memangnya, Pak?""Itu, Nyonya. Ada pria yang ditarik paksa.""Iya, benar. Kenapa nggak ada yang membantu?"Semua hanya diam. Begitupun pengawal yang duduk di samping supir."Sebaiknya kita tolong, Pak." Pengawal tak bergeming. "Pak!""Maaf Nyonya. Tapi tugas saya hanya mengawal dan melindungi Nyonya."Bukan Riana
Kretek...Suara tulang belulang yang dipatahkan terdengar begitu kentara. Sang penonton hanya melihat tanpa ekspresi apalagi bersuara."Ah, ampun! Tolong jangan bunuh saya."Seorang pria nampak berlutut sambil memohon agar tangannya dilepaskan. Tidak ada luka pasti yang nampak di sekitar tubuhnya. Hanya saja, kaki dan kedua tangannya kini terasa sangat sakit dan tak berdaya.Hal tersebut tergambar jelas di wajah pria yang beberapa jam lalu tersebut sudah melecehkan Riana di toilet kafe."Ini peringatan pertama dan terakhir," ucap seorang dengan tato yang nampak memenuhi leher hingga telinganya.Jeda keheningan, hanya ada suara napas yang menghela panjang dan berat. Kelvin mematikan ponsel. Menyudahi tontonan video yang dikirim suruhannya.Meski tak seberapa. Namun ia merasa puas karena orang yang sudah mengganggu Riana mendapatkan balasannya.Kelvin meregangkan keduanya tangannya ke atas sebelum kembali ke kamar dan melanjutkan tidur yang terjeda karena rasa penasaran.Paginya...Rian
"Dari mana kalian?!"Langkah Riana dan Gabriella terhenti.Sial sekali memang. Kelvin ternyata pulang lebih awal. Pria itu terlihat sedikit pucat dan kelelahan."Kami habis belanja, Mas.""Iya. Kami tadi belanja ke supermarket. Tuh belanjaannya!" unjuk Gabriella kepada satpam dan pelayan pria yang sedang menjinjing belanjaan."Bibi bilang kalian pergi sebelum makan siang.""Iya. Tadi kami–""Kami mampir ke kafe untuk makan siang dan mengobrol." Gabriella menyela lebih dulu.Selain karena merasa bersalah lupa memberi kabar pada Kelvin, wajah sang sepupu yang terlihat suram membuatnya enggan membuat masalah.Tapi...Masa, sih? Apa Riana ngidam nongkrong di kafe? Batin Kelvin.Satu alis Kelvin yang menanjak ke atas menggambarkan pertanyaan yang enggan ditanyakannya tersebut."Kenapa tidak izin?" Alih-alih, Kelvin malah mengintrogerasi Riana dengan tatapan yang membuat wanita itu menunduk."Saya sudah bilang kalau kamu–""Maaf, Mas. Aku salah."Hah... Riana menangis lagi. Dan itu membua
Berbelanja itu seharusnya menjadi momen menyenangkan bagi kebanyakan wanita. Termasuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Hanya saja karena insiden yang terjadi sebelumnya mood Riana jadi berubah drastis. "Ri, kita nongkrong di cafe, yuk?"Perubahan mood yang nampak jelas di wajah Riana membuat Gabriella berinisiatif mengajaknya pergi lagi daripada pulang ke rumah.Dan lagi, sudah lama sekali Gabriella tidak nongkrong-nongkrong cantik di cafe. Apalagi ia juga berencana mengajak temannya untuk bertemu.Siapa tahu bukan, Riana jadi bisa terhibur dan melupakan kejadian buruk yang menimpanya di supermarket tadi."Aku izin mas Kelvin dulu, ya."Gabriella langsung merampas ponsel Riana."Loh, aku mau chat Mas Kelvin.""Nggak usah. Nanti aku yang laporan saja. Kalau kamu minta izin sekarang, pasti nggak dibolehkan."Riana terdiam. Gabriella ada benarnya. Meski dalam hati ia tetap merasa takut jika tidak menghubungi Kelvin dan meminta izin."Ya sudah. Tapi jangan sampai sore, ya. Aku harus mas
Riana terbangun dini hari karena perut yang bergejolak. Kelvin yang sedang memeluk Riana tentu saja langsung terbangun dan mengikuti istrinya ke kamar mandi.Tangannya dengan peka memijat tengkuk leher Riana. Sesekali juga mengusap pungungnya, menyalurkan kenyaman untuk sang istr yang terlihat kesusahan.Kelvin juga menggendong Riana hingga kembali ke ranjang karena tubuh Riana yang lemas setelah muntah-muntah.Aneh memang.Riana selalu muntah di waktu dini hari sementara ketika pagi hingga petang, perempuan itu malah terlihat sehat bugar bahkan selalu bersemangat setiap melakukan hal yang disukainya beberapa waktu ini, berkebun."Sepertinya anak ini ingin menjadi petani."Riana terkekeh setelah meminum obat mual yang diberikan dokter bersama segelas teh manis yang dibuatkan bibi kepala pelayan."Boleh?""Hmm?" Kelvin mengerutkan kening."Boleh tidak kalau dia nanti jadi petani?"Kelvin tak langsung menjawab setelah mengendiikan bahunya. "Mas?""Tidak masalah. Tapi dia harus jadi peta