Share

Bab 22

"Nara aku ...." Dava menurunkan tangannya, dia tidak sanggup untuk meneruskan ucapannya.

"Kenapa? Kamu masih mau menundanya, Mas?" tanya Nara.

"Ng–nggak," jawabnya terbata.

"Aku tau kenapa kamu bikin teh manis di sini, aku tau kenapa kamu ngajak aku nonton dulu, aku tau kamu sedang berusaha. Yah, walupun kesannya kamu seperti menghindar. Atau memang sedang menghindar?"

"Aku butuh suasana yang berbeda, aku butuh atmosfer yang mendukung, aku butuh beberapa proses."

"Nggak usah terburu-buru. Kita akan melakukannya melalui beberapa proses."

"Maksud kamu?" Mendadak Dava seperti orang bego.

Nara melangkah maju satu langkah, mendongakkan kepalanya seraya mengecup singkat bibir Dava, lalu ia meraih tahan sang suami, meletakkan tangan kekar itu di atas gundukan sintal milik Nara yang memang memiliki ukuran yang lebih besar.

Jantung Dava mulai berdetak kencang, tetapi detik itu juga matanya berkaca-kaca. Wajah Nara tiba-tiba berubah menjadi Hanum yang sedang menangis. Dia memejamkan mata, dalam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status