Share

Wanita Lain Pilihan Suamiku
Wanita Lain Pilihan Suamiku
Author: Mraazzahra

Kejutan Menyakitkan

Sebuah benda pipih dengan garis merah dua terpampang di depan netra seorang wanita yang berkaca-kaca. Wanita itu tidak menyangka setelah dua tahun menikah, dirinya kini tengah mengandung benih dari suami yang dia cintai. Benih yang selama ini dia tunggu-tunggu agar bisa lebih dicintai lagi oleh lelakinya.

“Pasti kamu akan sangat bahagia mengetahui berita ini, Mas.”

Jihan, wanita cantik dan manja pun selalu dimanjakan itu segera meraih gawainya. Dia menghubungi suaminya saat masih jam kerja, namun Jihan tidak peduli. Menurutnya, berita yang akan dia bawa lebih penting dari segalanya.

Satu kali, dua kali, akhirnya panggilan tersebut disambut oleh orang di seberang sana. “Assalamualaikum, Mas.”

“Walaikum salam. Iya, Jihan?” Nada datar masuk ke gendang telinga wanita itu. Karena sudah terbiasa dengan sikap suaminya, Jihan pun tak ambil pusing akan hal itu.

“Mas, ada sesuatu yang ingin aku beri tahu padamu,” ucap Jihan girang.

“Sama, aku juga ada sesuatu yang ingin aku beri tahu padamu. Kita bertemu di rumah, Mama. Kamu bersiaplah dan jalan dulu, aku akan berangkat dari kantor langsung ke rumah, Mama,” titah pria di seberang sana.

“Baik, Mas.”

“Hem.”

“Ass….” Jihan tidak melanjutkan salamnya karena keburu suaminya menutup panggilan telefon tersebut.

“Huft, selalu saja begitu,” keluh Jihan menatap nanar gawainya.

Jihan memilih bersiap untuk segera datang ke rumah mertuanya, dia harus tiba lebih awal dari suaminya. Meraih kunci mobil, Jihan melajukan audinya menuju kediaman sang mertua. Jihan berhenti di sebuah toko kue terkenal dimana menjadi langganan keluarga sang suami.

Jihan membeli tiga tipe kue sesuai selera masing-masing, yaitu kedua mertua dan kue kesukaan suaminya. Elvano Difran, lelaki yang menyelamatkan kehormatannya dengan menikahi dirinya setelah calon suami mengalami kecelakaan hingga membuat nyawanya melayang sehari sebelum pernikahan.

Berkat kebaikan dan kelembutan yang pria itu tunjukkan pada Jihan, tak sulit bagi Jihan jatuh cinta pada Elvan. Hingga sekarang, Jihan tidak mengetahui tentang perasaan Elvan terhadapnya. Dia berpikir, mungkin Elvan juga merasakan hal sama seperti yang dia rasakan saat ini. Elvan sukses mencuri cinta Jihan dari Devan Difran, Kakaknya.

Sepanjang jalan, senyum tak pernah luntur dari wajah Jihan. Kepalanya membayangkan respon yang nanti akan dia dapatkan dari Elvan. Pasti lelaki itu akan menghadiahi ciuman bertubi-tubi di wajahnya, belum lagi menggendong ala bridalstyle seperti di film-film kebanyakan.

Sepolos itu cara berpikir Jihan, sebagai penggemar drama korea, bayangan romantis dari Elvan memenuhi isi kepalanya. “Aku benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu denganmu, Mas.”

Mobil memasuki carport rumah mewah milik keluarga Difran. Jihan segera mengambil beberapa kue di samping kemudi lalu keluar penuh semangat. “Assalamualaikum,” salam Jihan riang.

Jihan merasa beruntung karena orang tua suaminya sangat sayang padanya seperti anak sendiri. Tak jarang ketika Jihan mengeluh tentang sikap Elvan yang terlalu cuek dan datar, wanita itu akan mendapat pembelaan dari kedua mertuanya.

“Hai, Sayang! Kamu datang kok gak kabari Mama, dulu?” Milea menyambut menantu kesayangan dan satu-satunya itu dengan sebuah pelukan.

“Iya, Ma. Maaf mendadak, Jihan kesini diajak oleh Mas Elvan. Kami sudah janjian untuk bertemu di sini. Jihan punya kabar baik buat Mama dan Papa, tetapi nanti setelah Mas Elvan datang, baru Jihan umumkan kabar baiknya itu.”

“Ah, kamu ini ada-ada saja, suka banget bikin Mama penasaran.” Jihan nyengir kuda lalu melenggang pergi dengan kepercayaan diri penuh.

Sepuluh menit menunggu, akhirnya Elvan datang juga. Jihan tersenyum manis berlari ke depan pintu utama. Jihan mendekati Elvan ketika pria itu keluar dari mobil. “Mas!” Jihan segera menyambut tangan besar lelakinya dan menciumnya takzim.

“Kita masuk!” Jihan melingkarkan tangannya ke lengan Elvan.

Tanpa Jihan tahu, wajah Elvan berubah tidak nyaman atas perilaku Jihan. Saat hendak melangkah, pintu samping kemudi terbuka. Jihan mengernyitkan keningnya penasaran akan perempuan cantik yang sudah berdiri di samping mobil Elvan.

“Dia siapa, Mas?” Tanya Jihan.

“Kita bicara saja di dalam, nanti kamu juga akan tahu.” Elvan masih dengan sikap tenangnya mengajak wanita itu masuk rumah. “Ayo kita, masuk!” Ajaknya.

Jihan masih dengan wajah ceria dan mengapit tangan Elvan posesif. “Mari, mba,” Jihan turut mempersilahkan wanita itu masuk.

“Akhirnya kamu pulang juga,” tegur Milea saat anak dan menantunya masuk rumah.

“Kamu tahu, Elvan? Sejak tadi Mama itu penasaran sekali sama apa yang ingin Jihan kasih tahu ke kita semua. Dia….” Ucapan Milea terhenti setelah suara salam terdengar dari arah pintu.

“Assalamualaikum.”

“Walaikum salam,” jawab semua orang yang ada di sana.

“Duduklah,” ucap Elvan.

Jihan menelisik gadis yang dibawa oleh suaminya, apa lagi tatapan mata teduh yang Elvan berikan pada gadis itu. Sangat berbeda bila Elvan berhadapan dengannya selalu datar, hanya dia yang selalu memberi senyum lebar dan tulus, tatapan memuja serta penuh cinta.

Meski Jihan merasa sedikit aneh, namun wanita itu tidak berani mengambil kesimpulan apa-apa. Dia takut akan terjadi salah paham jika sampai dia membuka mulut untuk menyuarakan rasa penasarannya.

“Ma, perkenalkan, dia sekertarisku. Aku sengaja mengajaknya ke sini hari ini karena ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.” Suasana di ruangan itu mendadak hening.

Jihan mulai tidak nyaman dengan situasi yang ada, perasaan Jihan mulai menangkap ada sesuatu hal antara suaminya dengan gadis di depannya ini. Elvan berdiri dari duduknya di samping Jihan, beranjak menjauhi Jihan lalu mendaratkan tubuhnya di sofa panjang yang sama dimana gadis bawaannya itu duduk.

“Ma, Jihan, Pa.” Elvan menyebut satu per satu orang yang ada pun dengan sang Papa yang baru saja bergabung.

“Elvan ingin menikah lagi.” Elvan mengatakan dengan sangat lancar dalam satu tarikan nafas.

“Apa?” Jawab ketiga orang dalam ruangan itu.

“Kamu sadar dengan perkataanmu itu, Van?” tanya Milea tidak yakin. “Tapi kenapa? Apa kurangnya Jihan sampai kamu ingin menikah lagi?”

“Maaf, Ma. Elvan mencintai Cristal,” jawab Elvan mantap.

Jihan menatap nanar suaminya, sebegitu tidak pedulikah lelaki itu terhadap perasaannya? Bahkan Elvan tanpa meliriknya sedikit pun berkata seolah dia masih bujang, tidak perlu menjaga perasaan orang lain yang tersakiti.

“Cinta? Lalu kamu anggap apa Jihan, Van? Dia istri kamu, selama dua tahun ini dia selalu merawatmu dengan tulus. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana sakit hatinya Jihan atas ucapanmu barusan?” Milea meninggikan nada suaranya.

Mendengar sang Mama menyinggung soal hati, barulah Elvan memandang Jihan yang sudah berderai air mata. Elvan masih sama, menatap wajah Jihan dengan tatapan datar seperti biasanya. “Maaf, Ma. Aku akan bersikap adil, Elvan yakin Elvan bisa membimbing kedua istri Elvan dan tidak akan ada yang Elvan bedakan.” Elvan masih menatap Jihan tanpa mengalihkan sedikit pun.

"Aku...."

"Kau harus setuju aku menikah lagi atau kita akan berpisah," putus Elvan memotong ucapan Jihan.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status